O1

1K 62 4
                                    

Keju nekat? Woiya jelas dong~

Happy reading and sorry for typo!

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Basket, olahraga favorit Harua. Dimana pun ia berada, apapun yang terjadi dan apapun itu masalahnya, pasti selalu ada bola basket di dalam tasnya. Bahkan, cowok imut ini diberi julukan 'maniak basket' oleh sahabatnya sendiri, Yang Jungwon. Contohnya saat ini, jam pelajaran olahraga.

Suara bola oranye yang memantul keras dengan permukaan lapangan beton itu mulai membuat beberapa teman sekelasnya sedikit risih. Harua menulikan pendengarannya saat bisikan-bisikan kecil mulai terdengar, dan tentunya itu tertuju buat dia.

Harua tau, kalau bisik-bisik itu dilakukan agar dia berhenti memantulkan bola oranye kesayangannya yang diberi nama 'Sotong' itu. Tapi ya, peduli setan. Toh, Harua tak peduli, selagi ia tidak memantulkan bola itu ke arah kepala mereka.

"Harua!" Panggil Jungwon, berlari kecil menghampiri Harua.

"Apa?" Balas Harua cuek, tangannya masih fokus sama sotong yang masih loncat-loncat pelan.

"Mending udahan deh, lo gak mau kan kalau sotong di ambil sama pak Yuta trus di jadiin aset milik sekolah?" Ucap Jungwon sedikit merinding. Tak bisa membayangkan bagaimana sahabatnya ini bisa hidup tanpa adanya sotong.

"Gak bakal. Emang punya hak apa sampai bisa jadiin benda punya gue pindah kepemilikan jadi punya sekolah" Balas Harua. Jungwon diam tak memberi tanggapan.

Harua itu tipe orang yang keras kepala, bahkan lebih keras daripada batu yang bisa aja terkikis oleh air. Nah ini juga ibaratnya batu, tapi beda jenis aja. Itu sih menurut Jungwon.

"Ya udah. Kalau sotongnya di ambil, jangan nangis-nangis ke gue ya" final Jungwon. Sebelum akhirnya berdiam diri di tepi lapangan, memperhatikan bagaimana lincahnya Harua dalam bermain basket.

᠂࣭.🏀↳ BASKETBALL ★

"Semua ini gara-gara lo!" Harua terus menyalahkan Jungwon, kala sotongnya benar-benar diambil dan dijadikan aset milik sekolah sama Pak Yuta. Jungwon yang disalahin hanya bisa memutar bola matanya malas.

Tuk!

Jungwon menyentil dahi Harua. "Salah sendiri, dibilangin gak mau dengar" balas Jungwon tak mau kalah. Siapa suruh kepala batu, benaran kejadian baru nangis. Harua banget itu. Harua mencebikkan bibirnya, sebelum berdiri dan meninggalkan Jungwon sendirian. Posisinya mereka masih di lapangan sekolah, habis jam olahraga.

Jungwon menggelengkan kepalanya pelan. "Heran deh" gumamnya sebelum menyusul Harua yang terlihat masih kemusuhan sama dia.

"Haruu jangan marah dong" ujar Jungwon membujuk sahabatnya, walau nyatanya bukan dia yang salah, secara Jungwon benar-benar gak merasa bersalah atas insiden 'penyerahan sotong kepada pak yuta' itu. Jungwon berjalan mundur dengan menghadap ke arah Harua, gak peduli kalo dia bisa aja jatuh atau nggak ya nabrak orang.

"Ayolah Haruu, sotong bakal baik-baik aja kok. Nanti gue beliin sotong yang baru deh, atau lo bisa namain pake nama baru gitu" cerocos Jungwon. Harua mah bodo amat, mau dibeliin bola basket baru lah, di traktir selama satu minggu sama Jungwon kah, gak peduli. Dia cuma mau sotongnya balik lagi ke tangan dia.

Telinganya mulai terasa panas ketika terus menerus mendengar ocehan tak berfaedah dari Jungwon di sepanjang koridor. Cowok manis bagai kelinci itu menghentikan langkahnya, yang mana membuat Jungwon juga ikut berhenti melangkah.

"Bacot Won. Lo tau kan, kalau sotong itu udah kaya belahan jiwa gue? Lo pasti tau juga, kalau sotong itu pemberian dari kak—"

"Kak Fuma. Iya, iya, gue tau kok" potong Jungwon yang mengerti kemana arah pembicaraan ini. Harua mendengus sembari membuang mukanya. Wajahnya mulai memerah tipis bak dipakaikan Blush-on.

"Ntar gue suruh lagi deh kak Fuma beli bola basket spesial buat lo" lanjut Jungwon malas.

Dugh!

"Aduh! Anjink! Siapa sih yang lempar-lempar bola di koridor?!" Jungwon mengaduh kala bola berwarna oranye menyapa kepalanya. Harua pengen ikutan marah saat kepala sahabatnya itu terkena lemparan bola basket yang terlihat ada coretan gambar kelinci— tunggu... coretan gambar kelinci?

"SOTONG!" Heboh Harua memunguti bola oranye yang diberi nama 'Sotong'. Tak salah lagi, itu sotong, si bola basket kesayangannya yang merupakan hadiah pemberian dari kakaknya Jungwon, Murata Fuma.

Jungwon membulatkan manik rubahnya, perasaan tadi si sotong udah sama pak Yuta deh. Kok bisa benda tak bernyawa itu tiba-tiba terbang meluncur mengenai kepalanya, dan kembali ke dalam pelukan seorang Shigeta Harua.

"Itu bola punya teman lo, 'kan Won?" Tanya seseorang menghampiri mereka —Harua & Jungwon—. Jika dilihat-lihat, sepertinya ia adalah kakak kelas.

Jungwon tersenyum dan tak jadi marah, saat mengenali orang yang menjadi pelaku penimpukan kepalanya. "Hai, kak Jo. Iya nih, itu bolanya Haru. Tadi sempet diambil sama pak Yuta, kok bisa bolanya ada sama kakak?" Tanya Jungwon membuka percakapan.

Asakura Jo, si kakak kelas yang merupakan teman Fuma. Jadi wajar saja jika Jungwon mengenalnya, begitu pula sebaliknya. Secara, Jo juga sering terdampar dirumahnya atas ajakan sang kakak tercinta.

"Iya, pak Yuta bilang itu disumbangin buat ekskul basket. Tapi di sana ada coretan dengan nama Harua, dan ternyata itu teman lo" jelas Jo, yang membuat Jungwon menganga. For the first time in forever, Jungwon baru melihat seorang Asakura Jo yang katanya terkenal dingin, malah nyerocos di depannya.

Jungwon menggeleng pelan, kembali pada dunianya. "Ahh gitu ya, oke deh kak. Haru, makasih dulu sama kak Jo!" Seru Jungwon menarik kepala Harua agar membungkuk 90° kepada Jo, sebagai tanda terima kasih.

"Makasih kak!" Ucap Harua.

"Sama-sama. Gue duluan Won, temannya Jungwon" pamit Jo, sebelum meninggalkan tempat kejadian perkara kembalinya sotong pada Harua.

"Dia siapa, Won?" Tanya Harua kembali menegakkan tubuhnya.

"Oh, itu temannya kak Fuma. Namanya Asakura Jo" jawab Jungwon seadanya. Harua manggut-manggut doang.

"Kalau dilihat-lihat, kak Jo itu ganteng juga ya..." batin Harua yang kesengsem sama Jo.

PLAKKK

"Goblok kenapa lo nampar diri sendiri!" Kaget Jungwon saat melihat Harua menampar pipinya sendiri dengan kuat. Bahkan sampai ada bekas merah di pipi gembil itu.

"Gak apa-apa, pengen doang" balas Harua random, sebelum ikut meninggalkan Jungwon sendirian di sana.

"Ingat kak Fuma, gak boleh oleng" batin Harua menguatkan dirinya.

"Lah, itu anak kenapa deh?" Heran Jungwon.

TBC
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Oke ini untuk penutupnya. Selamat malam, semoga mimpi indah

Basketball || JoruaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang