13

350 40 0
                                    

Nee nee, pengen update aja sih hehe

Happy reading and sorry for typo!

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Dua hari berlalu dengan cepat, Harua sekarang duduk di kursi teras rumahnya sambil ikat tali sepatu, nungguin Kyujin yang daritadi gak keluar-keluar. Padahal Papa Harua udah stand by di dalam mobil, tinggal injak pedal gas terus berangkat.

"Kyujin!" Terk Harua malas.

Tak lama setelahnya, terdengarlah langkah kaki tergesa dari arah tangga. Yap, Kyujin baru saja keluar dari kamarnya. Berisik banget, grasak-grusuk sambil menggendong tas ranselnya beserta paper bag yang entah apa isinya di tangan kiri dan kanvas berukuran 40x60 pada tangan kanannya. Dasar cewek, ribet banget emang.

"Tolong bawain dong." Melas Kyujin saat sampai di pintu rumah, menyodorkan paper bag dan kanvas itu pada Harua, sambil menunjukkan puppy eyesnya. Harua mengernyitkan dahinya, tapi tetap ia bantuin kok. Walaupun rada julid, love language Harua itu act of service loh.

Tanpa sepatah kata pun, Harua langsung berjalan menuju mobil, masuk dan duduk di kursi sebelah sopir. Kyujin? Mau pamit dulu lah sama Mama nya Harua plus pasang sepatu.

Setelah sampai di sekolah, Harua sama Kyujin pamit sama tuan Shigeta. Lanjut masuk gerbang terus ke kelas masing-masing. Kebetulan kelas mereka satu arah, jadi sekalian aja Kyujin ngebabuin Harua buat bantuin dia bawa itu kanvas.

Di tengah perjalanan menuju kelas, ada rombongan Fuma yang entah kenapa ada di area anak kelas satu. Mana ada Jo lagi, kan Harua jadi teringat kejadian dua hari yang lalu. Oke lupakan, pipi Harua terasa memanas sekarang. Cowok imut itu berharap tidak ada rona merah pada pipinya.

Harua mengode Kyujin, agar segera mempercepat langkah mereka dengan cara menarik hoodie yang dikenakan oleh sepupunya itu. Kyujin sadar, tapi ia salah mengartikan sinyal yang diberikan oleh Harua. Cewek bermata kucing itu malah menyapa kakak kandung Jungwon dengan ramahnya.

"Pagi, kak Fuma!" Sapa Kyujin tersenyum cerah, membuat perhatian Fuma dkk teralih padanya juga Harua.

"Sial." Batin Harua. Tolong seseorang ingatkan Harua buat menjejalkan mulut Kyujin pake cabai rawit nanti.

"Pagi, kak." Harua ikut menyapa. Ya kali gak nyapa, yang ada buruk citra dia di depan Fuma dkk. Apalagi ada Jo di sana, sudahlah rasanya Harua ingin mengubur diri hidup-hidup.

"Pagi Kyujin, Harua." Balas Fuma tak kalah ramah. Cowok itu tersenyum, aduhh jantung Harua kan jadi gak sehat. Tapi teringat jika Fuma sudah memiliki kekasih, membuat Harua tersadar dan semakin sakit hati.

"Move on, Harua. Move on." Batin Harua.

Secara tak sadar, Harua menghela nafasnya panjang. Fuma yang melihat itu terlihat sedikit khawatir.

"Harua, kenapa? Pusing?" Tanya Fuma.

Harua mendongak, lalu menggeleng pelan.
"Nggak, kak." Jawab Harua.

Fuma menghela nafas lega. Tangan cowok ganteng itu mendarat di atas pucuk kepala Harua. Mengelus surai hitam itu pelan.

"Kalau masih sakit, jangan dipaksain sekolah." Ujar Fuma, memberi sedikit pencerahan pada Harua.

Harua sendiri hanya mengangguk kecil. Menikmati sensasi tangan besar itu bertengger pada kepalanya dan bergerak pelan guna mengelusnya.

"Ekhem."

Deheman menyadarkan mereka.

"Gue duluan, Sunghoon nyariin." Ucap pelaku yang berdehem itu, sambil memperlihterlihatkan layar handphone berisi pesan dari Sunghoon.

Basketball || JoruaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang