SIXTEEN

486 56 22
                                    

Happy Reading!!!
.
.
.


Cio yang sedang memakan cookies yang dibelinya di supermarket sembari menonton film di ruang TV rumahnya. Matanya memang melihat ke film tapi pikirannya ntah kemana. Saat sejenak dia mengingat gimana pacarnya itu menggagahi pria lain dengan kenikmatan di sana hatinya terasa tercubit. Tak terasa bulir bening dari matanya turun lagi.

"Hikss gak enak banget makan sambil nangis." Gumamnya pelan. Saat ketika dirinya beranjak ingin kembali kekamar untuk tidur tiba-tiba ada yang mencekal tangannya menahan Cio agar tidak pergi.

"Sayang tunggu!" Suara itu Cio sangat mengenal, setelahnya dirinya menoleh dan segera melepas cekalan itu. "Ada apa kak kesini? Emangnya aku ijinin?" Tanya Cio dengan datar dan raut wajah yang sangat biasa saja namun terlihat sembab di sana.

"Sayang dengerin kakak dulu bisa? Kakak kangen udah satu minggu lebih Cio gak mau bicara sama kakak, kali ini beri kakak kesempatan ya sayang? Kakak mohon.." Matthew berusaha menahan isaknya disana, suaranya bergetar dan mata yang sudah berkaca-kaca. Cio sebenarnya tidak tega namun kalau mengingat kejadian itu dirinya pun lebih sakit.

"Bicara sekarang dan segera selesaikan kak." Matthew tersenyum dengan jawaban Cio dan dirinya segera membawa Cio kembali duduk di sofa yang ada diruang TV.

"Sayang sebelumnya kakak mohon maaf sekali lagi, kakak akui kakak memang salah. Waktu itu gak seharusnya kakak lupa sama keberadaan kamu, kakak gak ngelak lagi kakak memang salah. Tapi kakak gak ada maksud seperti itu sayang, itu diluar kendali kakak." Ucap Matthew sembari mengelus tangan lembut Cio di genggamannya.

"Dia siapa?" Pertanyaan singkat namun membuat Matthew bungkam. "D-dia temen kakak dulu." Jawabnya sedikit gugup. "Jujur aja." Ucap Cio lagi dengan datar.

Matthew menghela nafasnya dahulu sebelum menjawab yang sebenarnya. "M-maaf dia masalalu kakak yang saat itu tinggalin kakak pas lagi sayang banget sama dia. Dia selingkuhin kakak karena alasan yang gak wajar. Setelah itu dia pergi ninggalin kakak dengan rasa sakit. Dan kemarin tiba-tiba dia muncul buat hati kakak sedikit senang disana. Maaf sayang kakak gak bermaksud nyakitin kamu, kakak sayang banget sama Cio. Itu cuma reflek kakak aja." Mata Cio memanas dan tak sadar isakannya keluar.

"Jadi hiks kakak masih sayang sama dia? Terus 2tahun kita apa kak? Udah hampir 3tahun kita  ngejalin hubungan dan kakak dengan gampangnya lupain keadaan Cio karena kedatangan masa lalu kakak. Kalo hiks kakak masih sayang dia hiks...yaudah gakpapa silahkan." Matthew menggeleng langsung mendengar ucapan Cio yang seakan-akan ingin putus darinya. Dirinya memeluk tubuh Cio yang bergetar dengan isakan yang menurutnya sangat pilu.

"Enggak sayang enggak, kakak sayang banget sama kamu. Jangan tinggalin kakak, kakak mohon. " Matthew memohon tapi Cio hanya diam dengan wajahnya yang ada di ceruk leher Matthew.

"Semalam kakak dimana?" Tanya Cio memancing, mencoba ingin tahu jawaban apa yang ia dapat. Mendengar pertanyaan itu Matthew sedikit menegang namun berusaha tenang. " Setelah dari kampus Cio, kakak langsung pulang ke apart, kakak berfikir untung menenangkan diri dan memikirkan cara bagaimana memohon maaf sama kamu sayang." Jelas Matthew disana membuat Cio makin sakit.

"Kamu bohong kak." Batin Cio.

Segera Cio melepas pelukan itu, mengambil ponselnya dan membuka galeri untuk menunjukkan sesuatu. Setelah nya ia menyerahkan ponsel itu kepada Matthew.

"Terus ini siapa kak?" Tanyanya lirih. Mata Matthew melotot, bagaimana bisa Cio tahu itu. Hatinya serasa tercubit telah menyakiti pacar manisnya itu. "S- sayangg kakak bisa jelasin."

"Gak ada yang perlu dijelasin kak, semuanya udah jelas. Kalo memang kakak masih ingin bersama masalalu kakak silahkan aku gak akan nahan kakak lagi." Cio berkata menahan sesak didadanya, sungguh sakit hatinya.

"Aku pergi ya kak?" Ucapan singkat Cio kali ini membuat Matthew menangis memohon dihadapan Cio. "Hikss enggak sayang enggak tolong jangan tinggalin kakak. Ini gak seperti apa yang kamu lihat hiks." Matthew menangis benar-benar menangis.

"Kakak pulang." Perintah Cio namun Matthew masih enggan pergi dari posisinya.

"Pulang kak!" Sekali lagi dan Matthew masih setia bersujud dihadapan Cio membuat yang muda kesal.

"PULANG ATAU AKU PUTUSIN KAKAK SEKARANG JUGA!" Teriak Cio dengan nafas yang tersengal membuat dadanya sesak. Matthew segera bangkit dan berdiri didepan Cio.

"Iya kakak pulang, jangan pergi ya." Tanpa menunggu jawaban Cio , Matthew langsung pergi meninggalkan Cio dengan kaki yang terasa berat beranjak dari sana.

Cio jatuh kakinya terasa lemas dengan ini semua. Selama 2tahun belum pernah mereka ada masalah sebesar ini, tapi kali ini? Ntahlah Cio belum bisa berfikir jernih.

☀🌻

Matthew sampai diparkiran rumahnya, setelahnya dia berjalan gontai menuju dalam rumah. Disana terlihat papa dan mama nya sedang bersantai diruangan keluarga dan sejenak mengerutkan keningnya melihat keadaann kacau anaknya.

"Matthew kenapa?" Tanya mamanya membuat Matthew jatuh dipelukan mamanya dan menangis merasakan sesak didadanya. Orangtuanya heran, baru kali ini anaknya ini terlihat hancur.

"Hiks maa aku nyakitin Cio. Matthew gak mau ditinggal ma hiks Matthew mau sama Cio tapi Matthew udah nyakitin Cio sebegininya." Matthew berucap membuat kedua orang tuanya makin bingung.

"Cerita dengan benar sayang." Ucap mamanya lembut.

*****

Bugh!!

"Bajingan!"

Hello aku balik lagiiiii, jangan lupa ye seperti biasa vote dan komennya.

Ini gimana nih bingung bet mau dibuat putus gak, kasihan akutu kalo putus haha.

Mau dibuatin flashback Matthew & Ata gak?

See you

Sick But Interesting 18+ (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang