02

17 3 0
                                    

Shaquilla mendudukkan diri pada kursi meja makan dan menyodorkan kertas perjanjian mereka. Sakala yang sedang menyeruput kopinya dibuat terkejut oleh kedatangan Shaquilla yang tiba tiba. Sebenarnya ia sudah sangat was was dan berupaya untuk menghindari gadis tersebut dari kemarin.

"Kayaknya ada beberapa peraturan dan batas batas yang harus kita tambahin ke dalam perjanjian ya, aktor,"

Perkataan lembut nan dingin itu membuat Sakala menelan kopinya dengan susah payah. Lalu, mengangguk pasrah apa yang dikatakan oleh gadis di depannya. Setelah itu mereka mendiskusikan dengan tidak damai tentang peraturan apa saja yang ingin mereka tambahkan.

"KOK WAKTU MANDI MAKSIMAL 10 MENIT SIH??" protes Sakala.

Shaquilla mengacungkan pulpen yang dipegangnya kearah Sakala, "kalo gitu lo tidur di kamar mandi aja sekalian, mau?"

Omongan Shaquilla seperti perintah yang tak bisa diganggu gugat dan mutlak hukumnya. Sakala tak ingin mencari ribut sih sebenarnya. Ia daritadi melirik terus jam dinding di ruangan tersebut.

"Ini peraturan paling lawak sih dari lo. Gue? Jatuh cinta sama lo? Gak waras kali gue," ujar Shaquilla sembari tertawa lepas setelah membaca kertas perjanjian mereka. Padahal Sakala merasa peraturan tersebut tidak lucu sama sekali. Ia hanya mengantisipasi jika tumbuh sesuatu yang tak pernah ia rencanakan. Entah itu peringatan untuk gadis di depannya atau peringatan untuk dirinya sendiri.

Saat jam di dinding sudah menunjukkan pukul 09.00 pas, Sakala mengambil jaket yang ia sampirkan di kursi sebelahnya dan beranjak dari meja makan. Ia melewati Shaquilla yang sedang membaca tabletnya juga menyeruput jus stroberinya.

"Jangan sampe lo jadi orang yang gak waras ya, author," bisikan lembut yang mengudara di telinga Shaquilla membuat dirinya berhenti menyeruput jus kesukaannya tersebut.

Shaquilla sepertinya akan mempertimbangkan tentang Sakala yang seharusnya tidur di kamar mandi.

-----

Sakala menyapa semua staf yang ada di ruangan tersebut. Ia sudah selesai melakukan pembacaan naskah untuk serial yang akan ia bintangi nanti. Serial dengan genre action yang merupakan genre baru bagi Sakala untuk diperankan.

Disaat semua orang sudah beranjak dari tempatnya, Sakala malah membuka kembali naskah yang ada di hadapannya. Ia merasa tidak puas dengan dirinya sendiri, dengan kemampuannya tadi. Biasanya dia mampu untuk menyerap karakter sang tokoh utama, tapi mungkin karena ini genre baru dan karakter yang amat sangat bertolak belakang dari karakter yang biasa ia mainkan, Sakala agak kelimpungan.

"Gue saranin lo banyak nonton film action dan amati karakter utama yang ada di film itu. Gue yakin lo bisa dapet feel pemeran utama," ujar lelaki yang sepantaran dengannya. Lelaki tersebut bersandar pada meja di belakangnya.

Ia juga sama seperti Sakala, membaca naskahnya lagi.

"Gue aktor baru, Keandra," ucap lelaki tersebut sembari mengulurkan tangannya tanda mengajak Sakala berkenalan.

Sakala menerima uluran tangan Keandra dan tersenyum, "Gue Sky atau lo manggil gue Sakala juga oke,"

Keandra terkekeh, "lo gak memperkenalkan diri lo aja gue udah tau lo siapa," setelah itu hening diantara mereka berdua. Sakala membuka ponselnya yang berdering dan menampakkan nama sang manajer, menandakan bahwa sang manajer sudah sampai dan siap menjemput dirinya.

"Gue duluan ya bro. Masih ada schedule lain," pamit Sakala sembari melakukan salaman ala pria.

Saat sudah melangkah, Keandra berteriak, "jangan lupa buat traktir kopi ya, senior,"

Sakala yang mendengarnya hanya bisa terkekeh dan mengacungkan jempolnya. Berjalan menuju parkiran sembari memakai jaket dan merapikan penampilannya. Saat sudah dekat dengan mobilnya, ia dikejutkan oleh pintu yang terbuka tiba tiba dan menunjukkan ketiga sahabatnya.

"Ngapain lo pada ada di mobil gue?" pertanyaan itu terlontar saat Sakala sudah mulai menyamankan diri di kursi penumpangnya.

"Lah bang Haidar kagak ngasih tau lo? Schedule lo selanjutnya itu kita nge band bro, habis nge band kita mau liat apartemen baru lo lah," ujar salah satu temannya yang berambut sepundak, Ari Julian atau sering teman temannya panggil dengan nama 'Ijul'

"Bahkan Tama udah excited beli makanan buat kita merayakan kepindahan lo itu," ujar temannya yang lain. Mahen namanya, dengan penampilan khasnya yang sederhana. Mahen menunjuk teman mereka yang mengacungkan dua kresek penuh minuman bersoda dan snack lainnya, Tama.

"Menurut gue lebih sedap kalo ngerayainnya di tempat kita nge band gak sih? Gue traktir semuanya deh," elak Sakala. Bisa ribet urusannya kalo mereka tau dia serumah dengan seorang gadis.

"Kan kita mau ngerayain kepindahan lo, masa di rayain diluar sih," ujar Tama yang sedari tadi hanya diam.

"Tetangga apart gue gak bisa diajak kerjasama. Bawel mulu kalo denger berisik dikit," ucap Sakala yang sebenernya sedang membicarakan tetangga kamarnya bukan tetangga apart nya, yaitu Shaquilla.

"Ohhh gitu ya. Yaudah deh mari kita habiskan semua duit aktor kita guys," teriak Ijul dengan semangat.

Sakala hanya dibuat geleng geleng kepala dengan kelakuan teman temannya itu. Tak terbayang kalau ia benar benar membawa mereka ke apart nya. Bisa bisa besok ada berita kalau Sky sudah menjadi sate.

-----

Shaquilla di kamar lagi pusing ngerjain naskah novel romance nya. Salah satu genre yang dihindari Shaquilla. Memang penerbitnya ini ada ada saja mengusulkan dirinya untuk membuat sebuah novel romansa yang bahkan benar benar bukan tipenya.

Namun, konsentrasinya agak terganggu dengan suara berisik dari luar sana. Ia malas keluar dan bertatap muka dengan sang artis. Entah, ia merasa muak. Ia selalu berpikir kenapa manusia menyebalkan dan berisik kayak Sky disukai banyak orang?

Baru saja ia mengetikkan sebuah kata di tabletnya, notifikasi datang lagi dari Sky yang menanyakan gelas, piring, dan cara menyalakan mesin pembuat roti. Ia memarahi Sky dan mematikan telepon karena merasa seperti dijadikan pembantu disini. Shaquilla yang jengah pun akhirnya keluar dari kamarnya dan menghampiri Sakala yang sedang di dapur.

"Gue udah bilang dan catat kalo lo dilarang memasuki dapur ya, aktor," Shaquilla dengan kesal menyalakan alat pembuat roti tersebut.

"Lagian lo tinggal ketuk pintu gue minta bantuan kagak usah telepon telepon. Berisik,"

Sakala mengintip dari belakang Shaquilla, "kalo gue ketuk pintu kamar lo mulu, malah lebih berisik gak sih?" ucapan Sakala membuat Shaquilla memberi tatapan tajam.

Shaquilla menuju kulkas dan membawa jus kesukaannya. Mulai menyeruput dengan cepat karena ingin kembali lagi ke kamar. Namun sial, perutnya gak bisa diajak kompromi dan malah berbunyi di depan Sakala.

Sakala terkekeh dan mulai mengeluarkan ponselnya, "Bilang kalo laper. Mau pizza atau ayam?"

"Ayam," setelah mengucapkan satu kata tersebut, Shaquilla berjalan menuju kamarnya dan mengunci dirinya disana. Menutup mukanya karena malu dan merasa sikapnya yang berusaha keren di hadapan Sakala hancur begitu saja.

Sakala masih mempertahankan kekehannya sembari berjalan menuju kearah sofa yang ada di depan TV. Ia mulai menyantap roti dan susu, pengganjal perut di malam hari ini.

Menunggu ayam pesanannya sembari membaca naskah series nya, Sakala malah dibuat terkekeh lagi dengan kejadian barusan. Menurut Sakala, Shaquilla gak cocok menjadi sok keren, masih saja berlagak sok keren. Memang gadis aneh. Atau malah dirinya yang aneh?

Di kamarnya, Shaquilla masih saja kesal dengan kejadian barusan. Kesal kepada dirinya sendiri dan kepada Sakala. Padahal tadinya ia ingin menolak saat ditawari Sakala, tapi saat mendengar kedua nama makanan tersebut membuat perutnya kembali keroncongan. Ah kenapa rasa malunya tak berkurang? Padahal sebenarnya hal tersebut tak usah dipikirkan, tapi entah kenapa ia merasa sangat malu. Hari ini akan Shaquilla peringati sebagai hari teraneh selama 21 tahun ia hidup.

-----

12/09/2023

My Dear Actormate [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang