11

6 2 0
                                    

Kicauan burung dan semilir angin menemani obrolan mereka. Haidar yang tadi izin ke belakang untuk mengambil minum dan makanan ringan akhirnya datang, dengan wajah masih menunjukkan jahilnya.

"Bang udah dong. Kan tadi udah dijelasin panjang lebar gimana sih," ujar Sakala

Haidar menaik turunkan alisnya sembari melirik Shaquilla dan Sakala, "cieee pada malu malu,"

"Ibu kakak ada di dalem kan? Aku boleh ketemu gak?" potong Shaquilla. Berusaha menghindari olokan Haidar. Setelah ia diizinkan untuk masuk, Shaquilla lalu bangkit dan pergi dari dua lelaki tersebut.

Haidar masih belum berhenti menggoda sang aktor, "kok bisa sih? Lo gimana nembak nya?"

"Yaa bisa lah. Orang gue sama dia serumah, kalo buat nembak nya sih ada lah lo gak usah tau," ujar Sakala lalu menyesap air putih yang disediakan oleh Haidar tadi. Setelah itu Sakala bangkit untuk menyusul gadisnya yang sedang di dalam kamar ibu Haidar.

Setelah mereka menjenguk dan mempersilahkan ibu Haidar untuk istirahat, baik Sakala dan Shaquilla keluar dari kamar. Saat di luar, mereka disambut Haidar yang sedang menyapu halaman rumahnya.

"Kak Haidar, aku bantuin kerjain kerjaan di rumah boleh?"

Haidar langsung memberhentikan aktifitasnya, "Sebenernya gak usah tapi kalo lo maksa yaudah kerjain aja gak apa apa. Thanks ya udah mau menawarkan diri," Haidar menekankan kata terakhirnya sembari melirik Sakala yang berada di belakang Shaquilla.

Shaquilla akhirnya kembali ke dalam untuk membantu membereskan rumah Haidar yang seperti tak terurus karena memang hanya Haidar dan sang ibu yang menempati rumah tersebut. Sakala di luar sudah merutuki kelakuan Haidar yang seenaknya malah menyuruh ini itu pada tamunya sendiri. Sampai akhirnya ia ikut masuk ke dalam untuk membantu Shaquilla.

Sakala menghampiri Shaquilla yang sedang menggulung bajunya untuk mulai mencuci piring. Sakala yang melihat Shaquilla kesusahan menghampirinya dan langsung membantu gadisnya itu untuk menggulung lengan bajunya tersebut.

"Lo kok mau mau aja menawarkan diri?" ujar Sakala masih fokus pada aktifitasnya menggulung lengan pakaian gadisnya dengan lembut dan perlahan.

"Gue udah biasa beres beres di rumah kok,"

"Iya sih keliatan waktu gue pertama kali masuk apart lo,"

"Iyaa sekarang apart gue jadi berantakan gak tau gara gara siapa," sarkas Shaquilla yang malah dibalas kekehan oleh Sakala. Setelah lengan pakaiannya tergulung hingga siku, Shaquilla sudah bersiap untuk mencuci piring, namun Sakala menghentikan Shaquilla.

"Gue aja yang cuci piringnya, lo nanti yang lap piringnya supaya cepet kering," Sakala dengan entengnya menggeser Shaquilla dengan menggendong kecil sang gadis ke samping.

Akhirnya mereka melaksanakan tugas mereka masing masing. Sakala mencuci piring dan Shaquilla yang mengelap dan menata piring ke rak piring.

"Mumpung kita lagi di sini, mending kemana Sha?"

Shaquilla nampak berpikir, "kayaknya gue pengen liat sunset deh. Kan disini bisa di liat dari atas, keren kali ya," Shaquilla menengadah, memikirkan indahnya langit sore berwarna jingga, ditambah kabut tebal yang mulai muncul karena suhu yang dingin menuju malam.

"Sha," panggil Sakala.

Shaquilla menjawab dengan dehaman lalu membalikkan kepala kearah samping. Sakala dengan sengaja mengusapkan telapak tangan penuh sabunnya itu ke pipi Shaquilla. Shaquilla kaget dan mulai merengek.

"SAKALAAAA!!! AWAS LOOO!" setelah itu Shaquilla mengambil sabun cuci piring ke spons cuci piring lalu mengairinya dan meletakkannya ke telapak tangan, berniat untuk membalas kejahilan Sakala. Mereka akhirnya saling mengejar dan berlarian larian.

Haidar yang sedang berada di luar mendengar kebisingan mereka. Ia menghela nafa berat dan menyimpan sapu lidinya ke tanah sebelum ia berteriak, "WOY JANGAN BERISIK AH IBU KAN LAGI ISTIRAHAT!"

Sakala dari dalam menyahut, "LO JUGA TERIAK TERIAK BANG!"

Lalu Haidar menutup mulutnya dan menyadari kalau ia juga berteriak barusan. Haidar jadi ragu, apakah ia harus menyetujui mereka berdua atau mending membuang Sakala ke jurang dan memiliki Shaquilla seutuhnya? Jika dipikirkan, ide tersebut cukup bagus. Haidar di luar berpikir dan menyusun siasat.

Siasat cara cepat mendapat berkat.

-----

"Ini lo gak berat apa gendong gue?" tanya  Shaquilla dibalik punggung Sakala.

"Gak berat. Udah makanya lo diem jangan goyang goyang," ujar Sakala sembari membenarkan gendongannya lagi.

Shaquilla cemberut, "tapi gue pengen jalan,"

"Nanti sepatu lo kotor,"

Shaquilla menggoyangkan badannya, "gak apa apa ah ayo cepet turunin gue,"

Pada akhirnya, Shaquilla diturunkan karena daritadi gadis tersebut goyang goyang terus yang membuat langkah Sakala menjadi tidak seimbang dan ia juga menghindari resiko terjatuh.

"Seneng lo?" tanya Sakala yang dibalas anggukan juga senyum riang oleh Shaquilla.

Lalu setelah itu Shaquilla berlari mendahului Sakala yang masih berada di belakangnya. Lelaki tersebut tersenyum melihat tingkah laku kekanak-kanakan pacarnya itu. Sakala berlari kecil menghampiri Shaquilla. Setelah ia berada di samping gadisnya itu, ia meraih tangan Shaquilla untuk digenggam hangat. Shaquilla tak menghindar karena ia merasa kedinginan dan memang tangan Sakala nyaman untuk ia genggam.

"Akhirnya kita sampe juga dan bisa ngeliat sunset. WAAAAA," Shaquilla melepaskan genggaman tangan mereka dan merentangkan tangannya. Mencoba menikmati semilir angin dan indahnya langit jingga yang memanjakan mata.

Sakala membuka jaketnya dan disampirkan pada kedua pundak gadisnya itu. Ia berdiri di samping sembari memasukkan tangannya pada saku celana. Entah kedinginan atau ragu untuk merangkul sang gadis. Sebab di sekitar mereka ternyata cukup banyak orang orang yang berkunjung dan sama sama ingin mengagumi keindahan ciptaan Tuhan.

"Kala, boleh minta foto gak?" Shaquilla menyodorkan ponselnya ke Sakala.

Sakala dibuat gemas dan terkekeh, "boleh aja sayang, apasih yang enggak buat lo,"

Shaquilla memberikan gaya gayanya selama beberapa menit. Setelah itu Sakala menyerahkan kembali ponsel kepada pemiliknya untuk melihat lihat hasil jepretannya. Kali ini ia yang mencoba untuk menikmati lautan awan berwarna jingga tersebut.

"Kala, mau foto gak? Mereka nawarin buat fotoin kita soalnya gue barusan bantuin mereka," ucap Shaquilla panjang lebar yang tentu saja dijawab oleh anggukan.

Mereka berdiri berdampingan dan mulai berpose. Lalu tiba tiba salah satu orang dari rombongan tersebut menyeletuk, "coba rangkul pundak pacarnya mas,"

Dengan tiba tiba, Sakala bukan merangkul pundak Shaquilla. Ia malah merangkul pinggang gadisnya dan tersenyum sembari menatapnya lekat.

"Liat kamera, Sha," ujar Sakala langsung menatap kamera di depannya

Pose pertama dan kedua masih aman, untuk pose ketiga sepertinya Shaquilla ingin terjun saja ke jurang. Sebab perilaku Sakala yang tiba tiba mengecup pucuk kepalanya membuat perutnya diserang kupu kupu yang berterbangan.

Coba katakan pada Shaquilla ia harus melambaikan tangan ke arah mana.

-----

21/09/23

My Dear Actormate [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang