Mentari sudah menampakkan wujudnya saat Shaquilla baru membuka mata. Gadis tersebut bangkut dari tidurnya dan menggeliat sedikit untuk meregangkan badannya. Ia menguap sembari bangkit juga mengucek matanya, berjalan menuju pintu kamarnya yang sudah diketuk lembut oleh seseorang diluar.
"Pagi," ucap Sakala saat pertama kali melihat Shaquilla membuka pintunya. Lelaki tersebut langsung membawa gadisnya ke dalam dekapan hangat di pagi hari yang lumayan dingin ini.
Shaquilla merasa nyaman dan hampir tertidur lagi karena pelukan hangat yang diberikan oleh Sakala padanya. Ia melepaskan terlebih dahulu pelukan tersebut, "gue mau sikat gigi sama cuci muka dulu,"
"Oke. Nanti langsung ke meja makan ya," setelah itu keduanya berpisah. Shaquilla ke kamar mandi dan Sakala yang menuju dapur.
Di kamar mandi, Shaquilla tak langsung mengerjakan niat awalnya. Ia berdiri di depan wastafel dan menatap dirinya di cermin. Saat ini ia sudah sadar sepenuhnya. Ia menutup mukanya dengan kedua tangannya karena malu. Bisa bisanya seorang Sakala ini membuat hatinya berdebar tak karuan di pagi hari. Lumayan lama Shaquilla di kamar mandi, bukan karena menggosok gigi dan mencuci muka. Ia banyak menenangkan diri di kamar mandi sebelum keluar dan bersitatap kembali dengan Sakala 'pacar'nya itu.
Saat Shaquilla sudah sampai meja makan, ia dikagetkan dengan makanan yang memenuhi meja makan. Tak lupa dengan sepotong kue dan segelas susu stroberi. Di depannya ada segelas kopi latte yang asapnya masih mengepul.
Sakala yang melihat Shaquilla menarik kursi untuk mempersilahkan gadisnya untuk duduk sembari melemparkan senyum yang hangat. Setelah itu ia baru duduk di hadapan Shaquilla dan mereka menikmati sarapan masing masing.
"Ini semua lo yang buat?" tanya Shaquilla di sela sela makannya. Sakala mengangguk terlebih dahulu karena mulutnya penuh dengan makanan.
"Cuma makanan kecil kok. Gue dibantu sama Youtube juga,"
Shaquilla hanya menganggukkan kepala, "gue takut aja kejadian lo waktu pertama dateng keulang," ejek Shaquilla yang membuat Sakala cemberut.
"Habis kita makan, lo langsung siap siap ya," ujar Sakala sembari menyesap kopinya.
"Kemana?" tanya Shaquilla sembari mengambil tumis sayur di depannya.
"Mau jenguk ibunya kak Haidar," jawaban Sakala sekali lagi hanya dijawab anggukan oleh Shaquilla.
Setelah mereka selesai, Sakala bangkit dari duduknya dan membereskan piring bekas mereka sarapan barusan. Sakala berjalan menuju wastafel dan bersiap untuk mencuci piring dan gelas yang kotor. Shaquilla yang mendengar berisiknya dentingan antar piring, gelas, dan sendok mulai menyimpan tabletnya.
"Gue yang cuci piring dong, lo kan tadi udah nyiapin sarapan," ujar Shaquilla sembari menyenderkan diri di pantry sebelah Sakala.
Sakala ternyata sudah selesai dengan kegiatan mencuci piringnya. Ia mengeringkan tangannya menggunakan handuk kecil yang menggantung lalu ia berbalik mendekati Shaquilla. Ia tersenyum mencurigakan dan mengurung badan Shaquilla diantara kedua tangan besarnya.
"Mau ngapain?" ujar Shaquilla sembari memundurkan badannya dan mencoba untuk keluar dari kungkungan lelaki di depannya.
Namun, Shaquilla malah tetap memajukan wajahnya dan tersenyum jahil, "di pikiran lo...gue mau ngapain?"
Semakin dekat, Shaquilla menutup mata dengan erat, tapi yang ia dapatkan hanya kecupan di dahinya lalu terdengar kekehan Sakala.
"Gue cuma mau ambil lap di belakang lo buat lap in bekas cuci piring tadi," ujar Sakala masih dengan kekehannya. Ia lalu menjauh dari posisi sebelumnya, lalu mulai mengelap air air yang berada di wastafel.
"Emang lo mikir gue mau ngapain?"
Pertanyaan dari Sakala membuat wajah Shaquilla memerah. Shaquilla langsung berlari begitu saja menuju kamarnya. Sakala yang mendengar bantingan pintu hanya bisa tertawa juga tersipu malu. Sedangkan Shaquilla sedang merutuki wajah merahnya yang tak bisa ia kontrol.
Apakah ini artinya Shaquilla sudah benar benar menjadi orang tidak waras?
-----
"Sha, bangun. Udah sampe,"
Sakala mendekat kearah Shaquilla dan membukakan sabuk pengaman yang selama perjalanan tadi mendekap badan gadisnya demi keselamatan. Shaquilla menggeliat dan melihat sekitar. Sebuah kampung asri nan segar. Tak terlalu keliatan seperti kampung sih, mungkin bisa disebut kampung modern.
"Gue tadi tidur lama?" Shaquilla menguap. Sakala membuka sabuk pengamannya lalu melirik gadisnya sembari tersenyum. Memutar badannya ke samping dan membenarkan anak rambut yang menghalangi wajah cantik sang gadis. Sakala lama memandang ciptaan Tuhan yang indah di depannya.
"Kalaaa, gue nanya itu dijawab,"
Sakala tersenyum sembari mengusap kepala Shaquilla, "lumayan,"
"Sorry gak nemenin lo waktu nyetir,"
Sakala masih tetap memainkan rambut sang gadis, "gak apa apa kok sayang. Ayo turun,"
Setelah itu mereka berdua turun dari mobil sedan Sakala. Sang supir sekaligus pemilik mobil tersebut meregangkan badan setelah perjalanan 2 jam membuat pinggangnya sedikit pegal.
Shaquilla melirik sepatu yang dipakainya. Berwarna putih dan jalannya di depan itu tanah. Ia menjerit dalam hati karena ia salah memilih sepatu.
"Kenapa gak jalan?" ajak Sakala yang sudah ada di depan. Shaquilla hanya menunjukkan wajah cemberutnya sembari menunjuk sepatu yang dipakai oleh jarinya. Sakala melihat ke arah sepatu sang gadis lalu terkekeh. Sakala kembali dan berjalan menuju Shaquilla lalu menjongkokkan dirinya. Seolah menawarkan Shaquilla untuk naik ke punggungnya.
"Ngapain jongkok?"
Sakala memutar kepalanya untuk menatap Shaquilla, "ya..buat gendong lo Shasayang,"
"Berat nih gue,"
"Beratan beban hidup gue. Ayo ah cepet," Sakala membenarkan posisi jongkoknya lagi.
"Gak apa apa nih?"
Sakala menghela nafas, "Gak apa apa, sayang,"
Shaquilla akhirnya naik ke punggung Sakala, "stop calling me with that word, mr. actor,"
"Emangnya mau di panggil apa?"
"Panggilan biasa aja sih. Geli gue dengernya pengen muntah,"
Lalu setelah itu mereka bercanda ria menuju rumah orang tua Haidar. Sesampainya disana, mereka disambut oleh Haidar yang sedang menyapu halaman rumah. Haidar awalnya tak menyadari, namun suara pagar kayu yang dibuka membuat ia melirik dua insan yang baru sampai tersebut.
"Loh, kok kalian mau apa kesini? Loh kok? Jadi pasutri muda beneran ini?"
Sepertinya, ini bukan agenda menjenguk orang tua Haidar, tapi mereka juga akan membuka sesi cerita kepada Haidar.
-----
20/09/23
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dear Actormate [SUDAH TERBIT]
Teen FictionSiapa sih yang gak kenal dengan aktor muda tampan, Sky Alvino? Iya, aktor yang sudah mempunyai nama besar di berbagai penghargaan ini nyatanya tak terlihat se ramah dan sebaik hati itu seperti kata media. Menurut Shaquilla yang sudah melihat berbaga...