05

6 2 0
                                    

Keadaan di apartemen Skylla--Sky Shaquilla--terasa canggung. Shaquilla dan Sakala saling menyapa tak seperti biasanya. Mereka memutuskan untuk memesan makanan dalam sarapan kali ini, Karena mereka berdua memang tak jago dan tak ahli di dapur.

Di meja makan hanya terdengar dentingan sendok yang beradu dengan piring. Namun, karena Sakala tak tahan dengan keheningan ini, ia akhirnya membuka suara.

"Lo kuliah di universitas aksara bangsa?" tanya Sakala sembari meraih gelas air minum. Pertanyaan Sakala hanya dibalas anggukan oleh Shaquilla karena mulutnya penuh dengan makanan. Karena kebanyakan makanan yang di kunyahnya, Shaquilla tersedak. Ia disodorkan gelas oleh Sakala.

"Pelan-pelan aja, Sha. Nasi goreng lu gak bakal gue ambil kok," Sakala kembali memposisikan dirinya untuk duduk kembali.

"Emang lo kuliah disana juga?" tanya Shaquilla.

Sakala menganggukkan kepalanya. Ia mulai membereskan piring piring yang sudah mereka gunakan dan membawanya ke wastafel untuk dicuci. Sakala mulai mencuci piringnya saat Shaquilla datang dari meja makan dan menuju kulkas, membawa jus stroberinya untuk di tuangkan ke dalam mug sapinya.

"Tumbenan lo mau cuci piring," ejek Shaquilla sembari menyenderkan tubuhnya pada kulkas.

"Gue sih gak mau nganterin lu buat kelas ya," setelah ucapan Sakala itu terlontar, Shaquilla membuka ponselnya yang memang sedari tadi makan tak ia buka karena memang sudah kebiasaan kalau makan tak boleh ada ponsel.

"LU KENAPA GAK INGETIN SAKALA!!!" lalu setelahnya Shaquilla lari terbirit birit untuk mandi dan bersiap kuliah paginya.

Sakala terkekeh melihat tingkah laku Shaquilla. Ia mencipratkan sisa air di tangannya lalu mengelap tangannya pada handuk kecil. Setelah itu ia memasuki kamarnya. Mengambil jaket dan menuju parkiran. Setelah menunggu mungkin selama 20 menit, ia melihat sosok Shaquilla sedang tergesa-gesa dengan tas ranselnya. Sakala yang tadi bersandar pada mobil, menghampiri Shaquilla.

"Gue anterin sini," Sakala membawa tas sang gadis lalu membukakan pintu penumpang dan mempersilahkan untuk masuk.

Setelah Shaquilla sudah duduk, Sakala berputar menuju ke sebelah untuk masuk ke tempat kemudi. Suasana di dalam mobil hening. Hanya terdengar deru mesin, nafas Shaquilla yang terengah engah karena habis berlari, juga ada kebisingan lain dari detakan jantung mereka.

-----

Shaquilla yang sudah di kantin duluan dengan tablet di tangannya seperti biasa, mendengar bisikan bisikan dari sekitarnya. Ia tak peduli dan tetap fokus dengan tabletnya sebelum kehebohan terjadi karena Cherry.

"SHASHA!!! LO DIANTERIN SAMA SKY?????"

Cherry datang kearah Shaquilla dan menggoyang goyangkan badan sahabatnya itu. Shaquilla dengan ekspresi pasrahnya melepas tangan Cherry dari pundaknya.

"Emang kenapa sih? Lo naksir?" tanya Shaquilla.

Cherry dengan dramanya duduk di sebelah Shaquilla dan memasang wajah semangat untuk menceritakan panjang lebar, sebelum Celline menginterupsi.

"Lo jangan pernah mau dengerin Cherry ngejelasin tentang Sakala deh. Kuping lo bisa berdarah,"

Celline duduk di hadapan mereka berdua dengan Hilmi di sampingnya. Hilmi menyimpan tasnya dan tas Celline ke samping bangku kantin.

"Hai, Hilmi," sapa Cherry.

"Sha, untuk desain dekorasi buat pameran nanti udah lo kerjain belum?" tanya Hilmi ke Shaquilla. Kebetulan Hilmi dan Shaquilla ini bergabung dalam unit kegiatan mahasiswa seni lukis.

"Udah oke kok. Lo mau liat?" baru saja Hilmi meraih tablet Shaquilla yang diserahkan padanya untuk memperlihatkan desain, Celline mengambil terlebih dahulu tablet tersebut.

"Gue bilang kalo udah masuk meja makan, berarti kita mau makan, 'kan?" Shaquilla, Cherry dan Hilmi menganggukkan kepala serentak.

"Yaudah aku minta tolong kamu ya, Hil buat pesenin makanan kita,"

"Siap tentu saja, my love," setelah itu Hilmi langsung melesat menuju kios kantin untuk memesan makanan mereka. 

Tiba tiba kantin riuh entah karena apa. Cherry dan Shaquilla mencoba menengok ke belakang dan menemukan ada Sakala yang ngos-ngosan sembari membawa pouch putih milih Shaquilla. Sakala mengedarkan pandangan ke sekeliling dan menemukan Shaquilla setelah itu menghampirinya.

"Nih pouch lo ketinggalan di ru--"

"Ru...ang dosen kan? Iya ruang dosen. Soalnya gue tadi habis ngumpulin tugas prof. Farah,"

Celline hanya menatap keduanya curiga. Lalu setelah itu Hilmi balik lagi.

"Aku lupa nanyain pesanannya. Eh Sakala lo ngapain disini?" tunjuk Hilmi pada Sakala yang tumben ada di kampus.

"Gue nganterin pouch punya Shaquilla,"

Cherry tiba tiba nyeletuk, "Sky kenal Shaquilla darimana emangnya?" gadis satu itu memang tak pernah paham situasi. Keinginan Shaquilla untuk menjitak kepala Cherry benar benar tinggi sekali untuk kali ini.

"Tadi lo nganterin Shaquilla? Kok lo bisa tau bareng sama Shaquilla? Tau emangnya alamat rumah Shaquilla?" rentetan pertanyaan itu kan berlanjut jika Hilmi tak menghentikan.

Shaquilla menggaruk tengkuknya dan mengambil tablet untuk dimasukkan ke dalam tasnya, "gue pamit duluan ya, bye!" Shaquilla menarik Sakala untuk pergi dari situasi menyeramkan barusan. Bisa berantakan urusannya jika sahabatnya tau bahwa dirinya satu rumah dengan Sakala, si aktor.

"Lagian lo ngapain sih malah balik lagi dan nyamperin gue ke kantin?" ujar Shaquilla masih narik Sakala di sepanjang koridor menuju parkiran. Orang orang yang dilewati mereka terkagum kagum melihat sosok Sakala yang berada di kampus setelah sekian lama.

Karena memang Shaquilla anaknya ceroboh, ia hampir tersungkur jika Sakala tak menahannya. Sakala menahan pinggang sang gadis dan akhirnya menciptakan adegan bak di drama drama korea. Niat ingin menghindari perhatian sekitar, ia malah membuat sekitarnya berhenti untuk menikmati momen romantis di hadapan mereka. Sakala mungkin harus bersiap siap untuk berperang melawan media besok. Kehidupan Shaquilla pun mungkin tak akan bisa lagi tenang untuk kedepannya.

-----

15/09/23

My Dear Actormate [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang