24

3 2 0
                                    

Sakala menggedor gedor rumah kecil namun mewah itu selama 5 menit. Ia menarik nafas karena tak sabar untuk bertemu gadisnya. Saat pintu perlahan terbuka, senyum Sakala merekah. Namun, imajinasi yang ia harapkan Shaquilla yang membuka pintu pun gagal. Sakala malah dihadiahi tatapan tajam oleh salah satu temannya Shaquilla sekaligus pacar temannya, yaitu Cherry.

Cherry bersedekap dada, "mau apa lo kesini?"

"Shaquilla nya ada?" tanya Sakala yang hanya diberi tawa sarkas Cherry.

"Shaquilla gak ada. Dia udah pergi tadi pagi. Punya firasat kali kalo bakal kesini jadi dia pergi,"

Sakala terdiam, hendak menanyakan sesuatu sebelum Celline juga datang keluar dan menemui Sakala. Ia hanya menatap Sakala seperti biasa, karena memang wajah Celline yang sudah menegangkan.

"Shaquilla pulang ke rumahnya. Gue saranin lo beresin dulu masalah lo sebelum nemuin Shaquilla dan baikan. Gue gak membela lo dan gue juga tidak membenarkan tindakan Shaquilla yang lari dari masalah. Tapi, berbohong itu adalah salah satu sifat yang paling gak disukai sama Shaquilla. Gue kasih tau ya Sakala. Shaquilla gak pernah mempercayakan siapapun di dunia ini dulu. Dia nunjukkin dan cerita kalau dia udah nerbitin buku aja baru baru ini. DIa gak pernah mau nyeritain dirinya sendiri waktu dulu pertama deket sama kita. Butuh 1 tahun buat Shaquilla berani cerita tentang dirinya. Lo cuma butuh waktu setengah tahun untuk bisa dipercaya seorang Shaquilla Winata, Sky,"

Celline mengeluarkan secarik kertas dari saku celananya, "Shaquilla titip ini ke gue. Dia bakal pergi dari sini sampai waktu yang tidak bisa di tentukan," ujar Celline sembari menyerahkan secarik kertas itu ke dalam genggaman Sakala.

"Kalau untuk gue, lo brengsek banget tau gak? Muka lo beneran pengen gue tonjok, tapi gue kasian liat muka lo yang masih bonyok. Jadi, gue biarin lo bukan maafin lo ya! Udah ah sana pergi lo ganggu gue sama Celline skincare-an," ujar Cherry sebelum menutup pintu dengan keras di hadapan Sakala.

Sakala menatap kertas tersebut. Sakala sungguh membayangkan bagaimana Shaquilla menulis kartu tersebut dalam keadaan menangis karena Sakala tahu Shaquilla adalah gadis yang terlihat tegar namun rapuh. Hari ini, ia tak akan menyerah. Ia akan mendapatkan maaf dari Shaquilla.

Ia akan membawa gadisnya kembali ke dalam dekapannya.

-----

Kicauan burung dan suasana yang asri ini yang dirindukan oleh Shaquilla. Ia berjalan sembari menikmati dinginnya angin sepoi yang lewat dengan bebas. Ia memberi senyuman pada siapa saja yang ia kenal. Setelah perjalanan sekitar 5 menit dari tempatnya turun depan gang tadi, akhirnya ia sampai di rumah kenangannya.

Rumah di mana semua kehidupan Shaquilla habiskan di bangunan tersebut. Ia jadi teringat pada masa SMP yang setiap pulang sekolah sore pasti sang ayah sudah duduk di teras depan. Menunggu dirinya datang dan menyambutnya dengan pelukan hangat dan kata-kata apresiasi. Ayahnya itu seseorang yang menyukai sastra, kata sang ibu. Bakat sang ayah akhirnya diwariskan kepada anak perempuan satu-satunya ini.

Saat ia sedang mengenang segala kenangan sang ayah, tiba-tiba seseorang dari belakang mengejutkan Shaquilla. Baru saja ia akan mengumpat, ia malah dibuat ternganga oleh kehadiran sang kakak sepupu.

"Bang Juna?? Abanggg Illa kangen banget sama abang," ujar Shaquilla sembari memeluk sang kakak sepupunya yang sudah ia anggap kakak.

Sang kakak sepupu, Juna itu mengusap lembut rambut adik kecilnya yang tak terasa sudah besar. Ia mendekapnya dengan penuh kasih sembari sesekali mengelus-elus rambut Shaquilla lembut.

"Selamat datang di rumah tercinta, adik kecil kesayangannya Juna,"

Shaquilla malah cemberut dengan perkataan Juna barusan, "bang jun jelek banget sumpah. Bikin aku nangis mulu ih gak sukaaa,"

Juna hanya tertawa melihat adik kecilnya itu merengek. Ia merangkul Shaquilla untuk memasuki kawasan rumahnya, "tumben kamu inget jalan pulang?" jahil Juna yang dibalas cubitan di perutnya oleh Shaquilla. Membuat Juna mengaduh tetapi diiringi dengan tawa.

"Lagi pengen pulang aja sih. Kangen rumah," lalu setelah itu Shaquilla berlari menuju rumahnya, mencari sang ibu, tujuan utama Shaquilla pulang.

Namun, ia malah menemukan ibunya tergeletak pingsan di lantai dapur. Shaquilla diam sebentar karena terkejut lalu langsung menghampiri ibunya untuk mengecek nafas. Ia takut lagi kalau ibu nya ikut meninggalkan dirinya sendiri lagi.

"BANG JUNAAA BANTUIN ILLAAAA!!!! MAMA PINGSAN!!" lalu setelah itu Juna datang dan langsung membawa sang tante menuju kamarnya.

Shaquilla bukannya tak mau membantu. Tangannya gemetar sekali dan kakinya terasa lemas. Shaquilla tak ingin lagi kehilangan sosok berharga dari hidupnya. Shaquilla tak ingin mengalami mimpi buruk itu lagi.

-----

04/10/23



My Dear Actormate [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang