26

5 2 0
                                    

Shaquilla meletakkan segelas air putih dengan malas ke hadapan Sakala. Ia menyandarkan badannya pada pintu depan, sedangkan Sakala duduk di kursi teras. Shaquilla sudah malas untuk berdekatan dengan Sakala.

Sakala meminum airnya hingga habis tak tersisa. Perjalan yang memakan waktu 3 jam membuat Sakala benar benar kehausan karena dirinya terburu-buru menuju rumah sang gadis setelah menemukan secarik kertas yang diberi oleh Celline tiga hari yang lalu. Tadi ia secara iseng membuka kertas yang diberi oleh Celline sehabis pulang syuting, dan malah menemukan sebuah alamat. Ia langsung melesat dan tak membawa apa apa, kecuali dompet, ponsel, dan diri.

"Lo gak ada malu buat dateng kesini setelah lo nipu gue?"

Sakala beranjak dari duduknya dan menghampiri Shaquilla, "gue mau jelasin semuanya, Sha,"

Shaquilla terkekeh sarkas. Lalu mengatur kembali ekspresi wajahnya.

"Gue udah gak mau lagi dengerin penjelasan gak guna lo,"

Setelah itu Shaquilla pergi dari sana, masuk ke dalam rumah.. Sakala tak berani mengejarnya karena ini bukanlah rumahnya yang bisa masuk keluar seenaknya.

Sakala kembali duduk di kursi kayu teras rumah Shaquilla. Ia menengadahkan kepalanya dan mencoba untuk menutup matanya sebentar sebelum dehaman berat terdengar dan membuat Sakala kembali duduk dengan tegap.

"Kamu daripada gak kerjaan, mending ikut saya," ujar Juna yang langsung membuat Sakala berdiri dari duduknya. Ia sebenarnya mengantuk, namun demi mendapatkan waktu Shaquilla, ia rela mendekati keluarganya terlebih dahulu.

Sakala mengikuti Juna menuju kebun. Kebun sayuran yang dikelola oleh keluarga Sarah turun temurun.

"Ngapain berdiri aja? Sini," Juna memanggil dari tengah kebun pada Sakala yang baru sampai.

Juna menyerahkan sarung tangan berkebun dan menyerahkan satu box tumbuhan yang siap untuk di tanam. Sakala menerimanya dan mulai mengikuti cara berkebun Juna.

"Kamu sudah berapa lama deket sama Shaquilla?"

Sakala melirik sebentar Juna sebelum fokus pada tanaman yang akan ditanamnya,  "kalau deket udah hampir 6 bulan. Kalo ditanya kenal, dari zaman SD,"

"SD? Kamu asli sini?"

Sakala menggeleng, "saya bertemu Shaquilla pada salah satu perlombaan seni di tingkat provinsi. Setelah itu kenal dan berkomunikasi selama 1 tahun, lalu saling hilang kontak sampai kemarin,"

"Oh yang Illa ikut lomba tari dan kamu ikut lomba drama ya?"

"Loh, kok abang tau?"

Juna tersenyum sembari mencabut rumput liat di hadapannya, "saya diurus sedari kecil oleh mamanya Illa, karena saya kehilangan kedua orang tua saya dari kecil,"

"Saya seolah mempunyai peran tambahan menjadi seorang kakak untuk Shaquilla. Shaquilla mirip sekali papa nya. Ia jarang mengekspresikan sesuatu dan jika ditanya kenapa, dia cuma melemparkan senyum tanpa berkata apa-apa. Saya gak tau masalah kalian apa, tapi biarin emosi Shaquilla reda dulu ya?"

Lalu Juna mengangkat box berisi peralatan berkebun dan pergi dari kebun. Ia meninggalkan Sakala sendirian dengan pikiran kacaunya.

Sakala membereskan hal hal berantakan di sekitarnya sebelum bangkit dan berjalan menuju tempat istirahat. Lagi lagi saat dirinya akan tertidur, seseorang duduk di sebelahnya yang membuat Sakala otomatis terbangun.

Sarah menepuk pundak Sakala lembut. Ia menerima uluran tangan Sakala untuk berjabat tangan.

"Sakala, tante,"

Sarah nampak terkejut, "Sakala Alvino yang ada di series 'surat untuk matahari' ya? Tante nonton sampai tamat lho,"

Perkataan Sarah membuat Sakala tersipu dan mengucapkan terima kasih berkali-kali. Lalu hening. Yang terdengar diantara mereka suara kicauan burung dan rumput rumput yang digoyangkan angin.

"Shaquilla tidak pernah diajarkan untuk menjadi seorang pendendam. Shaquilla hanya tidak bisa menerima fakta yang diliat atau di dengarnya. Dia cuma lagi memproses fakta fakta baik maupun buruk dalam pikirannya. Jadi, apapun masalahnya Shaquilla tak benar benar marah,"

Sakala memainkan jarinya sembari menelan ludah, "sebenernya saya berbohong kepada Shaquilla. Tante tau kalau Shaquilla tinggal di apartemen 'kan? Apartemen itu sedari awal memang milik saya yang akan saya berikan pada....Shaquilla,"

Sarah terkejut dengan fakta tersebut, "apartemen kamu? Buat Shaquilla?"

"Saya sudah tinggal bersama Shaquilla selama kurang lebih 5 bulan. Tadinya saya datang untuk mengusir orang yang telah menempati apartemen tersebut, namun saat hati saya merasakan bahwa Shaquilla adalah cinta pertama saya, saya mempunyai tekad untuk selalu ada disampingnya. Shaquilla marah karena saya berbohong. Padahal, saya tak berniat untuk berbohong,"

Sarah mengangguk dan memahami apa yang disampaikan oleh Sakala. Sarah memegang kedua pundak Sakala dengan lembut.

"Terima kasih ya sudah menjadikan anak saya labuhan hati kamu. Dari dulu sampai sekarang. Memangnya kamu kenal Illa dari kapan?"

"Dari SD tante. Saya ingat Shaquilla karena matanya yang khas. Mata indah yang entah kenapa membuat saya jatuh cinta lagi, tante,"

Sarah merasa terharu dengan kisah cinta sang putri yang dicintai lelaki hebat seperti Sakala. Secara tiba tiba, Sarah membawa Sakala kedalam dekapannya. Ia mengelus mengelus punggung Sakala dan terus mengucapkan terima kasih pada anak lelaki di dekapannya.

Saat mereka sedang menikmati dekapan hangat dengan angin sepoi sepoi menemani, ponsel Sakala tiba tiba berdering.

"Tante, maaf saya izin menjawab teleponnya terlebih dahulu," ujar Sakala dan berusaha menjauh dari Sarah.

"Halo?"

Perkataan di seberang telepon membuat Sakala marah. Ia dibuat naik pitam oleh penelepon barusan. Setelah itu ia amit kepada Sarah.

"Tante, maaf mungkin Sakala tiba tiba datang kesini. Saya ingin menitipkan surat ini dan saya pamit untuk pertama dan terakhir kalinya,"

Sarah heran, "kenapa bilang begitu?" Pertanyaan Sarah hanya dibalas senyuman oleh Sakala.

Setelahnya Sakala menuju mobil tanpa berpamitan pada Shaquilla. Ia langsung melajukan mobilnya dengan cepat. Padahal, di dalam rumah kediaman Sarah, ada Shaquilla yang sebenarnya menunggu Sakala untuk menjelaskan segala hal yang tak ia pahami.

-----

06/10/23

My Dear Actormate [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang