"Loh, gue kira lo besok pulangnya?"
Sakala menghampiri Shaquilla yang sedang menata makanan keatas meja makan. Ia menyampirkan jaketnya lalu memeluk sang gadis.
"Makasih ya, Sha,"
Shaquilla dibuat terheran heran dengan sikap Sakala. Ia hanya membiarkan Sakala memeluk dirinya, karena kedua tangannya sedang memegang piring piring berisi makanan.
"Awas dulu, Kala. Gue mau nyiapin dulu makanan di meja makan,"
Sakala memang melepaskan pelukannya, namun tangannya berpindah menuju pinggang Shaquilla untuk di rangkul.
"Ada acara apa, lo bikin makanan banyak?" tanya Sakala sembari melihat meja makan yang penuh dengan makanan.
"Oh...tadinya mau girls time tapi lo malah balik,"
Perkataan Shaquilla membuat Sakala cemberut, "jadi, lo gak suka gue pulang?"
Shaquilla tertawa namun dengan ekspresi geli karena suara Sakala terdengar manja, "suka kok suka. Cuma ya gue kira lo gak bakal pulang hari ini. Gue males nyembunyiin lo, soalnya gue juga ngundang atasan gue yang ribut,"
"Gak apa apa lah, jadi lo bisa pamer kalo lo itu pacarnya Sky," ujar Sakala sembari menunjukkan wajah sombongnya.
Shaquilla memutar badannya dengan tangan Sakala yang masih bertengger pada pinggangnya. Shaquilla mengerlingkan pandangannya pada Sakala. Mereka saling memberikan pandangan menggoda, dan Sakala tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk mendekatkan wajahnya. Shaquilla malah menantang dengan mendekatkan wajahnya, namun tiba tiba gadis tersebut memalingkan wajah dan mengecup pipi sang lelaki.
"Kalau lo mau dipamerin, cuci piring ya sayang,"
Lalu, Shaquilla malah kabur menuju kamarnya. Meninggalkan Sakala yang menunduk, memijat pelipisnya merasakan pusing karena kelucuan Shaquilla.
"Ya tuhan, cewek gue kenapa lucu banget," ujar Sakala sembari berjalan ke dapur, menyingsingkan lengan bajunya dan bersiap untuk bertempur.
Wah, Sakala tak menyangka kalau dapur bisa seperti kapal pecah. Shaquilla ini memasak atau tawuran?
-----
Benar saja dugaan Shaquilla tadi, bahwa kak Jani akan ribut menanyakan hal ini itu kepada dirinya dan Sakala. Kak Jani tak berhenti mengoceh meski sahabat Shaquilla dan Shaquilla sendiri sudah memperingati. Sakala sudah menggaruk tengkuknya beberapa kali dan tersenyum canggung sembari menatap Shaquilla, seolah meminta bantuan untuk diselamatkan dari kereta pertanyaan.
Shaquilla bangkit dari meja makan dan menuju dapur, hendak mengambil buah buahan yang ada di kulkas. Lalu, ia dikejutkan dengan kak Jani yang menepuk pundaknya. Kak Jani tersenyum dan mencoba membawa Shaquilla ke dekat kamar mandi, agar pembicaraan mereka tidak terusik oleh bisingnya meja makan.
"Kamu beneran pacaran sama Sky Alvino?" tanya Kak Jani. Pertanyaan tersebut membuat Shaquilla mengernyitkan dahinya. Ia merasa ada yang salah dengan perkataan sang atasan.
"Kakak cuma ngasih tau dari pengalaman kakak sendiri. Mempunyai hubungan dengan seorang aktor itu sulit. Meski dunia kalian indah, tapi dunia luar tak seindah yang kalian kira," ucap Kak Jani lalu ia menunjukkan senyumnya sembari menepuk pundak Shaquilla, melenggang pergi meninggalkan Shaquilla dalam kebingungan.
Singkat cerita, pesta kecil kecil di apartemen SaSha telah berakhir. Sakala mengajak Shaquilla untuk duduk di sofa depan TV. Setelah mereka berdua duduk, Sakala meraih tangan gadisnya. Ia mulai menatap Shaquilla lekat, mencoba menikmati manik hitam pekat nan indah tersebut.
"Entah berapa kali gue berterima kasih kepada Tuhan karena telah memberikan diri lo ke kehidupan gue. Sha, kalau boleh jujur, gue bahagia banget bisa dapet roommate dan lifemate seorang Shaquilla Winata,"
Shaquilla memutar bola mata malas. Sakala and his actor skill. Meski terdengar cheesy di telinga Shaquilla, ia mengerti apa yang dimaksud oleh lelakinya.
"Bahasa lo lifemate. Mungkin kata kata gue gak seindah yang lo utarakan barusan ya, tapi gue juga mau bilang terima kasih karena lo udah hadir di kehidupan monoton gue. Terima kasih karena lo, gue jadi mulai percaya cinta lagi. Terima kasih ya Sakala Alvino karena lo udah datang membuka pintu hati gue," ujar Shaquilla. Setelah mengucapkan kalimat yang panjang tersebut, Shaquilla menunjukkan wajah yang akan menangis. Sakala yang melihat hal itu langsung membawa sang gadisnya untuk masuk ke dekapan hangat penuh cintanya.
"Lucu banget muka lo mau nangis," perkataan Sakala membuat Shaquilla memukul dada lelakinya dan malah semakin kencang menangis. Sakala hanya tertawa dan sesekali mengusap rambut sang gadis sembari mengecup kepala Shaquilla dengan penuh kasih.
Shaquilla tiba tiba melepaskan pelukannya, "ada yang mau gue tunjukkin sih sebenernya. Sebentar," Shaquilla berlari kecil menuju kamarnya untuk membawa tablet kesayangannya.
Ia membuka file naskah yang sedang ia tulis dan menunjukkannya pada Sakala. Sakala membaca dengan seksama seolah tak ingin terlewat sepatah katapun.
Setelah selesai, Sakala menutup mulutnya tak percaya. Ia melirik Shaquilla dengan mata melotot seolah bertanya 'ini beneran?' yang dijawab anggukan malu malu Shaquilla.
Sakala merasa bahwa cerita yang Shaquilla tulis adalah kisah mereka. Sakala bangga dan senang karena dirinya, Shaquilla bisa berusaha melawan kekurangannya.
Shaquilla sebenarnya ingin menyembunyikan tulisannya dari Sakala, namun ia berusaha menyerahkan kepercayaannya pada Sakala dan berekspektasi sang lelaki akan senang dengan ceritanya. Sakala sekali lagi mendekap gadisnya ke dalam pelukan yang lebih erat kali ini.
"Mari kita buat kisah kisah selanjutnya sampai tak ada kata kata lagi yang bisa mendeskripsikan cerita kita," ujar Sakala sembari mengecup seluruh wajah Shaquilla dengan sedikit penekanan pada bibir berwarna pink alami milik gadisnya.
Shaquilla percaya bahwa Sakala adalah lelaki yang layak ia abadikan dalam karyanya.
-----
30/09/23
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dear Actormate [SUDAH TERBIT]
Teen FictionSiapa sih yang gak kenal dengan aktor muda tampan, Sky Alvino? Iya, aktor yang sudah mempunyai nama besar di berbagai penghargaan ini nyatanya tak terlihat se ramah dan sebaik hati itu seperti kata media. Menurut Shaquilla yang sudah melihat berbaga...