04

8 2 0
                                    

Pembacaan naskah kali ini lumayan berjalan lancar. Meski berjalan lancar, Sakala tetap kecewa pada dirinya sendiri. Perkataan sang produser series ini mengkritik dengan membandingkan bahwa Keandra lebih bagus berakting daripada dirinya yang sudah lama berkecimpung di dunia akting.

"Lo juga keren kok. Gue waktu baca naskahnya langsung kebayang muka lo," ujar Keandra yang sedari tadi menemani Sakala menikmati vanilla latte nya.

Sakala menepati janjinya pada Keandra untuk mentraktir lelaki tersebut minuman. Ia sebenarnya kagum dengan sosok Keandra ini. Ia terlihat seperti aktor baru, namun pengetahuannya sangat luas. Tidak seperti dirinya yang tidak punya basic apa apa. Ia hanya punya nama 'anak model tersohor, Miguel Kalandra'. Iya, dia hanya punya kepamoran ini dari Pipi nya.

Meski begitu, ia ingin membuktikan bahwa ia bisa menjadi seorang 'Sky si aktor' bukan lagi 'Sakala anak Miguel'. Ia berhak untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa ia juga bisa menjadi seorang aktor terkenal karena bakat aktingnya.

"By the way, gue dulunya suka bokap lo dan jadiin dia panutan gue. Gue suka cara dia adaptasi diri dari dunia permodelan ke dunia per film an. Ternyata gue malah satu series sama anaknya. Gue kayaknya bakal jadiin lo panutan juga. Tolong bantuannya ya, senior," puji Keandra sembari membungkuk kearah Sakala. Sakala merasa tersanjung dengan segala pujian yang dilontarkan oleh Keandra.

"Gue belum sejago bokap gue kok. Masih belajar," elak Sakala. Berusaha untuk tidak sombong dan tetap rendah hati.

"Gue ngerti kenapa orang orang pada suka sama lo. Lo tetap rendah hati ya meski dipuji begitu,"

Sakala terkekeh, "sialan lo. Udah ah jangan puji gue mulu. Tuh minum lo buruan habisin sebelum gue berubah pikiran buat traktir lo," setelahnya Sakala dan Keandra sama sama menyesap habis minum pesanan mereka.

Mereka lalu berjalan keluar menuju parkiran. Keandra menuju motor biru tuanya dan Sakala menuju mobil sedan berwarna silvernya. 

"Lo gak mau nebeng sama gue gitu sekalian?" canda Sakala.

Keandra hanya melambaikan tangannya karena ia sudah memakai helm full face nya lalu setelah itu mengklakson Sakala.

Setelah itu Sakala memasuki mobilnya. Ia sudah di depan kemudi lalu melihat ke kursi penumpang sebelahnya. Tersenyum melihat kotak putih dari sebuah toko roti. Bisa dibilang Sakala sudah gila karena tersenyum sendiri melihat kotak putih yang padahal hanya diam saja.

-----

"Lo kenapa kagak pulang ke rumah lo sih?"

Suara Shaquilla yang tiba tiba membuat Sakala melonjak kaget dan hampir menjatuhkan kotak putih yang sedang ia peluk.

"Lo kok tiba tiba dateng sih?" tanya Sakala sembari membuka sepatunya. Ia menghampiri Shaquilla yang sedang duduk di depan TV dengan setelan umumnya. Piyama, bando putih berbentuk sapi dan tablet dalam pangkuannya itu sudah Sakala liat selama hampir satu bulan ia tinggal disini.

Sakala menyodorkan kotak putih tadi, "lo ada nulis naskah kan? Jangan sampe kelaperan," lalu ia berjalan menuju ruangannya. Namun, langkahnya malah terhenti karena tangannya ditahan oleh Shaquilla.

Gadis itu bangkit dan mendekati Sakala dengan heran. Ia menyingkirkan poni Sakala dan memegang dahinya, "lo gak sakit 'kan?"

Sakala bukannya menjawab ia hanya terdiam. Padahal bisa saja ia menyingkirkan tangan sang gadis dari dahinya dan beradu argumen seperti biasanya. Entah mengapa, badannya seketika tak bisa ia gerakkan. Membeku tak jelas dan suhu tubuhnya meningkat.

"Lo beneran demam ya?" tanya Shaquilla sekali lagi menempelkan punggung tangannya pad dahi Sakala.

"E-engga. Ngaco lo. Dah ah awas lu ngalangin, Sha!" Sakala menyingkirkan tangan sang gadis dan berjalan cepat menuju kamarnya.

Menutup pintu lalu menyenderkan badannya di pintu. Ia memegang dada bagian kiri yang berisik tak karuan. Berisik dan keluar dari jalur biasanya.

Sedangkan Shaquilla hanya memandang heran kearah kamar Sakala.

"Lagian aneh tiba tiba ngasih gue kue," monolog Shaquilla.

Lalu ia kembali duduk dan mulai menikmati dengan riang kue stroberi yang tadi di bawa oleh Sakala. Ia sebenarnya mencoba menghiraukan detak jantungnya juga yang berisik tak seperti biasanya.

-----

Pagi hari ini, Sakala pergi ke lokasi syuting pagi sekali. Ia menghindari sosok Shaquilla yang mungkin akan ia temui di apart. Ia mencoba meyakinkan diri bahwa detak jantungnya yang berisik itu efek dari kopi dan kecapekan.

"Bengong aja nih, aktor gue," Haidar datang dengan air putih dan skrip naskah di tangannya. Oh, Haidar ini merupakan manajer sekaligus senior kampusnya. Ia sudah lulus lebih dulu karena terlalu rajin.

"Muka lu kenapa merah mulu deh, Sky," Haidar mencoba memegang dahi Sakala namun sang aktor malah memalingkan muka, enggan untuk dipegang dahinya oleh sang manajer.

"Gue oke kok. Lokasi syuting kali ini kan di luar, kepanasan gue bang," ujar Sakala dan sang aktor pergi dari hadapan Haidar karena sutradara sudah memanggil dirinya untuk pengambilan gambar.

Beberapa take sudah dilaksanakan dan akting Sakala sudah lumayan membaik. Ia beristirahat sebentar untuk minum dan berganti ke scene selanjutnya. Ia mengambil ponselnya dan membuka notifikasi dari Shaquilla

Shasa: Lo kalo bangun pagi minimal habis makan tuh di cuci piringnya

Sakala: manajer gue udah jemput gue, sorry

Padahal kenyataannya ia menaiki taksi untuk menuju ke lokasi syuting dengan alasan ingin berlatih terlebih dahulu dan tak mau mengganggu manajernya yang mungkin lelah menemaninya setiap hari.

Shasa: LO KENAPA GAK SIMPEN HANDUK LO KE TEMPATNYA SEMULA?!

Sakala: dibilang gue buru buru.

Shasa: YA TUHAN!!

Shasa: lo bener bener mau nguji kesabaran gue di pagi hari ya, aktor?

Sakala: hidup gue aja banyak ujiannya kenapa gue nguji lo?

Sakala: eh kalo lo mau nyuci, sekalian cuciin cucian gue dong

Shasa: RESE! ENYAH LO!

Lalu pada bubble chat terakhir, Sakala hanya mengirimkan emot melet yang malah semakin membuat Shasa emosi. Sakala men-scroll kembali chat nya barusan dan malah terkekeh sendiri. Hal tersebut terlihat oleh Keandra. Junior Sakala itu diam diam mendekati sang senior. Berniat mengintip sedikit untuk bisa mengolok olok sang senior.

"Pagi pagi moodnya udah bagus aja lo. Ada penyemangat ya?" ujar Keandra dan langsung dihadiahi tatapan tajam dari Sakala. Sakala langsung mengantongi ponselnya dan berdeham. Memikirkan topik apa yang harus ditujukan kepada Keandra agar sang juniornya itu tidak mengejek berkepanjangan.

"Buat saran lo yang suruh gue nonton film action, gue ucapin terima kasih banyak ya,"

Iya, karena saran dari Keandra itu aktingnya lumayan meningkat dari sebelumnya. Sepertinya mentraktir kopi lagi, tak cukup membayar jasa seorang Keandra.

"Santai aja sih. Kayak sama siapa aja," mereka berdua terkekeh. Hening terjadi diantara mereka karena mereka akan mulai pengambilan gambar kembali.

"Beneran penyemangat ya, senior?"

Padahal ia sudah melupakan hal tersebut. Memang sialan Keandra.

-----

14/09/23

My Dear Actormate [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang