"Dunia tidak akan pernah berubah sampai kapanpun. Dia layaknya seorang wanita tua berhias tebal dan merayu setiap orang yang melihatnya. Saat kita mengejarnya, dia akan semakin berlari menjauh dan terus membuai dengan kata-kata nya yang melenakan. Semua yang mengejarnya akan lelah, tetapi godaan dan hasrat untuk memilikinya tak akan pernah punah. Padahal dia tetaplah wanita tua yang semakin menua dan menua."
Mata-mata di depan itu memandang dengan seksama. Syaikh Baizzurahman menyampaikannya petuah dengan lisannya. Pagi itu di Masjid Biru kajian Syaikh Baizzurrahman dimulai dimulai usai mereka melaksanakan sholat Subuh.
"Pandangan adalah sesuatu yang bisa melenakan. Mata menangkap apa yang dilihatnya lalu dinyalakan oleh hati dan pikiran. Dia akan langsung menilai seseorang dari rupa yang dilihatnya, baru kemudian hatinya akan memberikan pendapat apakah kiranya rupa yang dilihatnya ini baik atau buruk. Pandangan inilah yang memulai segalanya. Setiap kebaikan yang dilihat oleh indera kita ini maka akan bernilai ibadah. Sebaliknya jika seseorang dilalaikan oleh pandangannya maka bashir nya akan tertutup dengan apa yang seharusnya kebaikan lakukan."
Ucapan Syaikh Baizzurrahman terakhir sebelum dia menutupnya dengan doa.
Ahmet memerhatikan Ayash dengan seksama. Anak itu tampak serius mengikuti kajian Syaikh Baizzurrahman. Mata itu menyorotkan kerinduan akan sesuatu dalam hidupnya. Ahmet belum terlalu mengenal Ayash, tetapi dua hari ini dia merasa Ayash bagaikan jiwa yang rapuh. Di sudut matanya mengembang setitik air sebelum Ayash buru-buru menahannya agar tidak jatuh.
"Dia anak yang baik. Kita hanya perlu mengenalnya lebih dekat saja. Aku mengetahui dari pertama kali aku melihatnya. Tolong jaga dia sebentar, ya."
Suara Fatih terngiang lagi di telinga Ahmet. Itu yang terakhir kali dia katakan saat menitipkan Ayash. Ahmet tahu akan ada waktu bagi Ayash untuk kembali kepada jalan yang paling baik.
***
"Masya Allah!" Katarina terpekik melihat sosok yang ada di hadapannya. "You leave me speechless, Ann!"
Anastasi berdiri di depan Katarina dengan tubuh yang terbungkus pakaian panjang hitam dan cadar yang menutupi wajahnya. Sorot mata yang tersisa sudah menggambarkan bagaimana rupawannya si pemiliknya. Anastasia berpikir pakaian ini mudah dikenakan, aman dari pandangan mata-mata para lelaki hidung belang. Dia tahu bagaimana rasanya para lelaki menatap lekat setiap lekuk tubuhnya saat berjalan di panggung catwalk. Kadang Anastasia merasa risih dengan itu semua.
"Begini sudah aman, kan?" goda Anastasia.
Katarina menahan air matanya. Dia mendekati sahabatnya dan memerhatikan dengan seksama. "Ruslan akan terkena serangan jantung begitu tahu wanita bercadar ini adalah kamu." keduanya tergelak.
Anastasia memantapkan keinginannya setelah Akkas memberikan izin untuk mengenakan pakaian ini. Dua gadis aktivis itu pun pasti tidak akan mengenalinya. Paling tidak dia bisa bebas menjadi "orang lain" untuk sehari.
"Terima kasih sudah memperbolehkan aku untuk menjadi 'orang lain'. I love you woman!" Anastasia memeluk Kat.
Katarina merasakan pelukan hangat sahabatnya itu. Dia merindukan masa-masa mereka berjuang bersama di Rusia. Pergi dari satu agensi ke agensi lain, menikmati malam sebelum pertunjukkan, memaki-maki lelaki hidung belang yang tak henti-hentinya menelepon mereka, dan lain sebagainya. Saat itu masih ada Vladimir yang selalu menjaga mereka dari usikan orang-orang jahil. Perasaan itu sudah tak terbentuk lagi di dalam pikiran Kat. Islam memeluknya lebih erat. Membuang semua perasaan tak perlu yang bersumber dari bisikan-bisikan iblis. Apakah Kat bisa membawa Anastasia menikmati kehangatan Islam sebagaimana yang dia rasakan? ATaukah dia akan terus terbuai dalam mimpi panjang tak berujung?
Akkas membuka pintu. Dia lalu mengajak Katarina dan Anastasia untuk pergi. Matanya sedikit terbelalak melihat Anastasia yang berbeda. Katarina tersenyum padanya. Dia menggandeng suaminya menuju mobil.
***
Manu bersedia ikut saat Ahmet menceritakan maksudnya. Dia yang berjiwa bebas dan tak memiliki itenary khusus selalu tertantang untuk melakukan hal-hal baru. Barangkali dengan menjadi volunteer dia akan sedikit bisa mengisi kekosongan hatinya yang semakin hari semakin parah. Entah bagaimana jika saat ini Manu berada di Bukharest sendirian. Dia bisa membayangkan dirinya akan ke bar setiap malam untuk minum dan pulang dalam keadaan mabuk tanpa ada seorang pun yang peduli. Di sini, Ahmet selalu mengingatkan jika Manu mulai minum berlebihan.
Ayash awalnya takut untuk bergabung. Dia yang selalu merasa cemas dan iba rasanya tidak akan bisa tak menangis melihat para pengungsi itu.
"Melihat di layar kaca aja udah banjir airmata, gimana harus berhadapan dengannya langsung. Duh, gak dulu deh. Yang ada malah nyusahin mereka karena nangis terus." argumen Ayash saat Ahmet bertanya padanya.
Radu dan Manu berhasil membujuknya. Ahmet juga akan mengusahakan Ayash bekerja bersama anak-anak. Dia tahu Ayash sangat dekat dengan anak-anak. Pengalamannya sebagai sukarelawan di Indonesia sebagai guru sekolah dasar akan sangat membantu anak-anak di pengungsian.
Manu hanya mendekati Ayash, menggamit lehernya dan berkata "He's in. Gw yang tanggung jawab." Otomatis Ayash mencak-mencak tetapi siapa yang bisa berkelit dari tangan besar Manu. Akhirnya Ayash menyerah. Radu hanya menjanjikan akan memberikan Ayash buku Little Woman versi Romania cetakan pertama. Ayash memang kolektor buku Little Woman berbagai versi dari manca negara.
Ina sebenarnya ingin ikut tetapi dia sudah ada itenary untuk ke Pamukkale. Jadi tidak mungkin untuk membatalkan hotel dan lainnya.
"Bang Fatih, gak diajak sekalian?" tanya Ayash.
Ahmet mengangguk cepat. Dia sudah coba menghubunginya tetapi tidak ada jawaban. "Masih sibuk sepertinya."
Ayash sedikit kecewa. Padahal kalau Fatih ikut akan semakin seru. Ayash sendiri merasa Ahmet yang menjadi host nya bukan Fatih. Dia hanya bermalam di rumah Fatih semalam saja sebelum pindah ke rumah Ahmet bersama Manu dan Radu.
"Jadwal kita hanya 2 hari 1 malam saja. Membantu anak-anak di pengungsian untuk belajar dan trauma healing. Radu dan Manu bagian trauma healing, Ayash bagian mengajak anak-anak bermain dan belajar, Aku akan mengecek hafalan Qur'an mereka. Oiya tempatnya mungkin akan lebih buruk daripada yang kalian bayangkan. So, preparing for the worst." jelas Ahmet.
"Gak salah, masukin Bang Manu dan Bang Radu ke bagian trauma healing? Yang ada anak-anak makin tambah trauma sama mereka." Ayash nyeletuk.
Radu dan Ahmet tertawa kecil. Manu langsung meraih Ayash dan mengacak-acak rambutnya tak karuan. Ayash tak sempat melarikan diri.
Tak lama mobil van Akkas yang akan membawa mereka ke bandara datang. Mereka akan bersama-sama menuju Reyhanli. Perjalanan Istanbul ke Reyhanli memakan waktu sekitar 1 jam 30 menit dengan pesawat. Jika menempuh perjalanan darat memakan waktu kurang lebih 11 jam. Reyhanli salah satu kota di Provinsi Hatay yang paling ujung. Berbatasan dengan Kota idlib, Suriah. Para pengungsi disini kebanyakan berasal dari Idlib.
"Bismillah... semoga apa yang kita niatkan berbuah kebaikan." Ahmet memimpin doa.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA CINTA DARI ISTANBUL
Исторические романыMereka tidak merencanakan tempat, tetapi takdir memutuskan mereka harus bertemu disini. Mereka tidak merencanakan cinta, tetapi takdir membawa mereka pada cinta yang tidak pernah mereka perkirakan. Mereka tidak merencanakan pertemuan, tetapi tak...