NAZ DAN HADA

1.3K 43 0
                                    


Hagia Sophia atau yang lebih akrab disebut Aya Sofia, adalah sebuah museum yang sangat tersohor di Istanbul. Mengunjungi Istanbul berarti mengunjungi Hagia Sophia. Kemewahannya sudah terdengar dari namanya yang berarti "Holy Wisdom" atau Kebijaksanaan yang Suci.
Pada awal berdirinya Hagia Sophia, dia menjadi bagunan yang paling indah di Konstantinopel. Nyonya mewah ini didirikan pada masa Kaisar Justinian I dengan perancangnya adalah Isidore of Miletus dan Anthemius of Tralles, dua perancang terkenal pada zaman Bizantium.
Awalnya Hagia Sophia dipergunakan sebagai gereja Kristen Ortodoks. Kemudian pada saat Konstantinopel ditaklukkan oleh Muhammad Al Fatih, maka fungsinya diubah menjadi masjid. Beberapa gambar dihilangkan dan diganti dengan kaligrafi Islami. Diletakkan pula tulisan Allah dan Rasullah yang sangat besar di altar / podium tempat ini. Beberapa tempat sakral, seperti tempat sholat khusus Raja, juga masih berdiri tegak disitu. Namun semenjak Kekhalifan Usmaniyah runtuh, penguasa saat itu Kemal Attarturk mengubah fungsinya menjadi musium.
Sampai saat ini jejak-jejak sejarah itu masih terlihat jelas di sana. Bagian bawah penuh nuansa Islam dan bagian atas penuh dengan nuansa kristiani.

***

Naz mengeratkan lagi jaket yang dikenakannya. Turki walaupun memasuki musim semi tetapi cuaca dinginnya masih terasa menusuk tulang. Sore ini di depan Masjid Ahmet, seperti biasa, banyak orang berkumpul menikmati sore. Bangku-bangku taman itu terisi dengan sepasang kekasih, sekumpulan sahabat, sebuah keluarga dengan balita mereka dan sepasang kakek nenek yang sedang menikmati hangatnya matahari sore yang muncul malu-malu. Beberapa orang yang lain asyik memerhatikan burung-burung yang berterbangan bebas. Kucing-kucing gemuk pun tak luput dari perhatian orang-orang itu. Bunga-bunga indah bermekaran menghiasi keindahan taman disekelilingnya. Tak jauh dari situ, berdiri sebuah panggung dengan para musisi yang sedang mendendangkan musik dalam rangka festival tulip.

Sore ini Naz akan bertemu dengan Hada, gadis Turki keturunan Syria. Gadis itu besar di Syria karena Ayahnya adalah penduduk asli Syria. Ibunya sendiri adalah penduduk Turki keturunan Eropa. Saat sedang traveling ke Syria, Ibu Hada bertemu dengan ayahnya yang bekerja sebagai guide. Kemudian keduanya menikah dan tinggal di Damascus. Tak pelak, Hada memiliki kecantikan yang luar biasa. Dia memiliki rambut pirang bercampur hitam, mata biru yang indah, dan wajah yang cantik dengan kulit putih bak porselen. Tak lama setelah dia berhijab, aura kecantikannya semakin memancar.

Naz sendiri adalah warga asli turki. Dia besar dan hidup di Istanbul di kawasan mewah sepanjang pantai Marmara bagian Eropa. Sikapnya yang tomboi dan urakan membuat Naz tampak seperti mahasiswa hipster kebanyakan. Keduanya bertemu saat mereka mendapatkan kesempatan untuk melaksanakan misi kemanusiaan membantu para pengungsi dari Syiria yang terusir darI negara mereka di wilayah Reyhanli. Naz yang ditunjuk menjadi koordinator pada waktu itu. Dan mereka bertemu di kamp pengungsian menjelang senja. Hada sedang tersedu meratapi tanah air ayahnya. Naz yang berjiwa sosial tinggi langsung iba padanya dan berteman akrab sejak saat itu. Keduanya lalu aktif mengumpulkan dana untuk membantu para pengungsi itu. Seperti sekarang, keduanya berjanji bertemu untuk membicarakan proyek dana mereka selanjutnya.

Naz merasakan sensasi sendiri dengan kegiatan yang dia lakukan bersama Hada. Ada rasa di dalam hatinya yang terbebaskan dengan dia membersamai anak-anak pengungsi itu. Walaupun Naz tidak bisa berbahasa Arab, tetapi bahasa lewat sentuhan dan senyuman adalah bahasa universal yang tak ada orang pun yang tak mengerti. Bermalam di tenda pengungsian yang sempit dan dingin, rasanya lebih nikmat dibandingkan dengan rumahnya yang besar namun terasa kosong. Ayah dan Ibu pebisnis ternama di Turki. Mereka sering berpergian keluar negara untuk mengawasi bisnis mereka. Kakak laki-lakinya kuliah di Jerman, dan adik laki-lakinya kuliah di Ankara. Namun mesti mereka masing-masing sibuk, tetapi mereka tetap berkomunikasi dengan baik.

Angin bertiup semilir. Naz bangkit dari kursi taman dan bergerak menuju penjual jagung dan kastanye. Sudah lama dia tidak mencoba kastanye gurih itu. Sesaat setelah dia membayar kastanye itu, dia melihat wajah yang sangat familiar dari kejauhan. Sesosok gadis cantik dengan hijab khas turki dengan senyumnya yang paling manis.

CERITA CINTA DARI ISTANBULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang