MANURO DAN RADU

1.7K 50 0
                                    


Hippodrome yang bersebelahan dengan Masjid Biru pada awalnya adalah sebuah tempat yang sangat bergengsi. Disanalah diadakan perlombaan pacuan kuda yang disaksikan oleh keluarga kaisar. Kaisar-kaisar Bizantium yang sangat mencintai seni menambahkan 3 monumen di tengah area Hippodrome yang disebut Spina. Di barisan awal Spina itu ada sebuah obelisk perunggu. Kemudian setelahnya ada Tripod atau tiang ular yang digambarkan sebagai simbol kemenangan Bangsa Yunani atas persia. Tripod ini diambil langsung dari Kuil Apollo yang berada di Delphi, Yunani. Sayangnya bagian atasnya yang berupa sebuah mangkuk yang ditopang oleh 3 ekor ular telah hilang saat Perang Salib Keempat. Di deretan terakhir ada Obelisk yang ditambahkan oleh Kaisar Theodosius. Obelisk itu diambil langsung dari Luxor, Mesir. Sampai saat ini hanya Obelisk Mesir itu saja yang masih berdiri dengan baik.

***

" Manuro!!!"

Ahmet setengah berteriak saat menatap wajah si pembuka pintu itu. Dia meletakkan pembersih mejanya dan bergegas memeluk pria tinggi besar berambut coklat dan bermata biru.

" Masha Allah, Manuro!" Ahmet melepaskan pelukannya dan menatap pria itu. Beberapa orang tua yang ada di meja terakhir melirik ke arah mereka.

" Finally, I'm here. Again," seloroh Manuro. Dia mengenakan tas ransel besar di punggungnya. Raut wajah letih dicampur dengan kedinginan menghiasi wajahnya.

Ahmet mengajaknya bertemu dengan para lelaki tua itu. Tapi Manuro menahannya.

"Wait Ahmet. I'm with my friend," Manuro memberi kode pada temannya untuk masuk.

"Hi, Salam!" satu suara itu terdengar. Sesosok pria yang setinggi Manuro, berambut sedikit pirang, bermata biru dan juga menggembol tas ransel besar muncul di balik Manuro.

Ahmet menyambutnya hangat. Dia menjabat tangan dan memeluknya seperti dia lakukan pada Manuro tadi.

" He's Radu, my new travelmate," tambah Manuro.

" I'm Adrian Radulescu but just call me Radu. I'm from Romania," Radu memperkenalkan diri.

Ahmet lalu mengajak mereka bergabung dengan para lelaki tua itu. Para lelaki tua itu menyambut mereka dengan hangat. Ahmet mengenalkan mereka berdua kepada para lekaki tua itu. Mereka kagum dengan jejak traveling keduanya.

" Masya Allah, kau seperti mengikuti jejak Ibnu Batuttah. Dialah seorang muslim yang telah mengelilingi dunia," Tuan Mustafa kagum saat diceritakan oleh Ahmet kalau Manuro telah menjejakkan kakinya di 62 negara.

" Ibnu Battutah?" Manuro mengerutkan kening. Dia bukan muslim jadi mungkin nama itu asing baginya.

" Iya, Ibnu Battutah. Dia penjelajah muslim yang berasal dari Tangier. Dia menjelajah dunia melebihi Marco Polo. Hampir semua bagian dunia telah dia kunjungi. Nanti kuberi kau buku hasil karyanya," Ahmet menjawab kebingungan Manuro.

" Dan kau Radu? Seperti nama sahabat sekaligus penjaga Muhammad Al Fatih," kali ini suara Sulayman, lelaki Imam Masjid Biru itu.

" Really?" Radu terkesima.

" Ya, Radu. Lelaki itu berasal dari kerajaan Wallachia, sekarang kita menyebutnya Rumania. Raja Vlad II menitipkan Radu dan kakaknya, Dracula untuk belajar di Turki bersama Muhammad Al Fatih. Radu lelaki yang baik. Dia akhirnya membantu Muhammad Al Fatih dalam menakklukkan Konstatinopel," Tuan Mustafa yang sangat menguasai sejarah menjelaskan.

" Semoga Radu yang ini juga sama baiknya dengan Radu yang itu," seloroh Manuro. Yang lain tersenyum sambil mengaminkan.

Radu merasa diterima dengan baik. Dia yang juga suka sejarah langsung merasa dekat dengan Tuan Mustafa. Seorang pelayan cafe yang lain membawakan mereka tambahan teh apel dan kudapannya, semangkuk sup krim yang hangat.

Mereka melanjutkan bincang-bincang mereka. Lagi-lagi Tuan Mustafa yang menjadi pusat perhatian. Sejarah yang diceritakannya tak pernah bosan untuk diulang ataupun didengar.

***

Manuro Raced adalah sahabat dekat Ahmet. Mereka bertemu sewaktu Ahmet mendapatkan training tentang permesinan selama sebulan di Stuttgart, Jerman. Manuro atau yang biasa dipanggil Manu juga seorang engineer seperti Ahmet dan mereka kebetulan satu kamar selama sebulan itu. Manu sendiri adalah warga negara Perancis. Dia tinggal di Paris seorang diri. Ayah dan ibu nya sudah bercerai. Ayahnya sekarang tinggal di Nice dan istri barunya. Sedangkan Ibunya tinggal di Toulouse bersama seorang adik perempuan Manu. Kakak lekaki Manu bekerja di London sebagai reporter. Dan Manu sendiri, setelah memutuskan berhenti dari pekerjaannya, memilih untuk keliling dunia. Sejauh ini dia sudah menapaki 62 negara.

Saat Manu berada di sebuah hostel di Maroko, dia bertemu dengan Radu. Saat itu Radu baru saja kecopetan. Dompetnya yang berisi kartu kredit, ATM dan ponsel diambil pencopet itu. Namun paspor Rumania nya masih selamat. Manu membantu Radu memblokir kartu-kartu itu dan melaporkan kejadian pencopetan ke polisi terdekat. Setelah bantuan itu mereka menjadi akrab dan memutuskan untuk traveling bersama. Sudah 19 negara yang mereka lalui bersama, dan Turki menjadi negara yang ke 20.

Radu sendiri adalah traveler pemula. Dia memutuskan untuk traveling setelah menerima tamu dari Indonesia bermalam di rumahnya. Setelah itu dia memulai perjalanannya ke Maroko dan bertemu Manu disana. Berbeda dengan Manu yang sedikit tertutup, Radu adalah pribadi ceria dan gampang akrab dengan siapa saja. Karakter tolak belakang inilah yang akhirnya menyatukan mereka. Padahal, pergi traveling berdua adalah salah satu yang tabu menurut sebagain traveler. Tapi tidak berlaku bagi Manu dan Radu.

Setelah menjelajahi 19 negara, mereka sepakat untuk singgah di Turki. Ini bukan pertama kali bagi Manuro maupun Radu, tapi Istanbul adalah kota favorit mereka berdua. Selain itu Manu juga ingin mengunjungi Ahmet. Sudah hampir 3 tahun mereka tidak bertemu. Radu sendiri mempunyai beberapa kawan yang juga tinggal di Istanbul.

***

Cafe sudah tutup. Tuan Mustafa, Imam Sulayman, dan para lelaki tua itu sudah pulang ke rumah mereka masing-masing. Tuan Mustafa berjanji akan menceritakan episode baru Ibnu Batutah pada Manu dan Radu di lain kesempatan. Keduanya sangat tertarik dengan traveler muslim itu.

Malam semakin beranjak naik. Udara di dalam terasa hangat setelah Ahmet menyalahkan penghangat ruangan. Manu dan Radu masih sibuk menikmati makan malam mereka yang tertunda. Mereka makan sangat lahap sekali.

" You know bro, your food is the best food in Turkey. You deserved got Michelin stars," Manu berbicara sambil sibuk mengunyah paha ayam bumbu khas turki.

Ahmet tertawa lebar. Bagi orang kelaparan seperti Manu, apapun makanan akan terasa the best.

" Jadi berapa lama akan disini? Sehari? Dua hari? Atau selamanya?" tanya Ahmet.

Manu mengangkat bahu, "as long as you here, I'm here too," candanya lagi.

Pembicaraan berakhir saat ada kesepakatan bahwa Manu dan Radu harus tinggal di rumah Ahmet, tak perlu menginap di hostel ataupun hotel. Ahmet akan menjamu mereka selama mereka berada disini. Manu dan Radu setuju dengan syarat, dia tetap akan membayar apa yang dimakan dan diminum dari cafe.

Radu masuk kekamarnya. Begitu pula Manu. Namun, tak ada yang tahu bahwa sebenarnya Manumemutuskan ke Turki untuk melupakan kenangan yang didapatkan di negara terakhiryang mereka kunjungi.    

CERITA CINTA DARI ISTANBULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang