TEMPAT BERTEMU

26 0 0
                                    

"Kalau aku tidak bertemu dengan kamu di camp itu, mungkin sekarang aku sudah berkelana keliling dunia seorang diri."

Naz memulai pembicaraan saat keduanya sedang berjalan di daerah Masjid Biru. 

Hada mengamit lengan Hada. "Berarti takdir menciptakan kamu untuk bertemu dengan Aku. Menjadi saudara seperjuanganku." Dia tersenyum.

Naz masih selalu ingat pertemuan pertamanya dengan Hada. Dia adalah wanita tercantik yang pernah Hada lihat. Matanya yang biru cemerlang, secemerlang pemikirannya yang tajam. Dia tampak tidak pernah sedikit pun terlihat lelah, selalu ada senyum yang menghiasi wajahnya. Naz senang memiliki Hada sebagai sahabatnya. Dia merasakan kehangatn Hada yang tidak pernah dia rasakan dari teman-teman sebelumnya. Sebagai anak yang dilahirkan dari keluarga kaya raya, Naz sellau mendapati teman yang hanya ingin tahu tentang orang tuanya, kakaknya, adiknya atau memanfaatkan Naz untuk status sosial. 

Naz sempat depresi dengan semua itu. Setiap dia melewati lorong sekolah pasti ada mata-mata yang memerhatikannya dengan penuh keingintahuan. Semua bisa tiba-tiba berbuat baik di depan Naz. Tetapi naz tidak tertarik dengan kepalsuan. Dia malah lebih senang menyendiri atau berteman dengan anak-anak yang dianggap aneh.

Sahabat terakhir yang Naz miliki adalah Erme. Dia gadis yang cantik dan baik. Tetapi nasibnya tragis saat seorang pemuda memerkosanya. Erme lalu bunuh diri saat keluarganya justru meminta Erme diam saja dan tidak usah melaporkan kejadian pemerkosaan itu. Pemuda itu anak politikus sekuler ternama di Turki. Keluarganya telah membayar orang tua Erme untuk tutup mulut.

Sejak saat itu Naz tidak gampang berteman dengan siapapun. Dia lebih senang pada kegiatan sosial. Paman Abdul, adik ayahnya yang akhirnya mengajak Naz untuk membantu lembaga kemanusian yang didirikannya. Dan Naz menerimanya dengan senang hati.

Kedua gadis itu kemudian beranjak menuju coffee shop milik Ahmet. Mereka akan berbicara panjang lebar tentang proyek sosial terbaru mereka.

Saat pintu caffe itu dibuka, aura kecantikan Hada sudah merebak kemana-mana. Beberapa pengunjung menatap Hada takjub. Ahmet dan Manu pun melihat mereka sekilas. Begitu juga dengan Kat dan Anastasia. Naz sudah biasa dengan ini semua. Awalnya dia merasa minder tetapi sekarang dia justru bangga dan berjalan dengan penuh percaya diri di samping Hada. Dia merasa sebagai orang paling beruntung bisa berteman dengan Hada.

Mereka memesan kopi kesukaan mereka kemudian duduk di tempat bekas backpacker New Zeland yang sudah pergi.

"Woman, lihat deh, perempuan dekat jendela itu cantik banget! Gue tebak dia pasti model." Naz memberi isyarat kepada Hada. 

Hada meliriknya sekilas. Dia melihat Anastasia yang memang cantik luar biasa walaupu dengan riasan tipis saja. Tiba-tiba dia merasa kenal wanita yang ada dihadapan Anastasia. Hada beranjak mendekat. Naz terkejut melihat aksi yang dilakukan Hada.

"Kak Katarina?" Hada menegurnya ramah.

Kat dan Anastasi reflek menoleh. Hada memperlihatkan senyum malaikatnya.

"You...?" Kat sedikit mengerutkan keningnya.

"Saya Hada, keponakan jauh Paman Hakan." terang Hada.

Wajah Kat berbinar. "Ah, iya! Pantas saja saat kau masuk tadi aku merasa mengenalmu." Kat berdiri dan memeluk Hada.

Ibu Hada adalah sepupu Ayah Hakan. 

"Mari bergabung dengan kami saja." Anastasia menawari. Dia mengulurkan tangannya ke arah Hada.

"Hada kenalkan, ini teman saya." 

Hada menerima uluran tangan Anastasia yang terasa sangat halus sekali. Senyum yang mengembang di wajah Anastasi membuat kecantikannya menjadi dua kali lipat.

CERITA CINTA DARI ISTANBULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang