Setelah dokter mengatakan bahwa Haechan bisa rawat jalan bahkan bisa ditangani dokter Korea, Haechan semakin bersemangat untuk penyembuhannya. Meski muak dengan semua obat, meski sakit, semuanya Haechan terima.
Meski ia mual, Haechan tetap memakan makanannya dengan baik dan ia juga berolahraga rutin. Bukan olahraga yang berat seperti saat ia berolahraga untuk membentuk otot perut, hanya olahraga ringan agar tubuhnya tetap bugar dan sehat.
Eomma Haechan dan Kang Eun Hye yang melihat kesungguhan itu tentu bahagia, mereka terus memotivasi Haechan untuk tidak menyerah. Saking fokusnya dengan penyembuhan, Haechan jarang memegang ponselnya yang tentunya tidak mengangkat telepon Jaemin atau membalas pesan. Alhasil Jaemin menjadi khawatir, begitu juga Jeno.
Aku baik, jangan datang
ke sini Na Jaeman
Tunggu saja
aku yang akan datangTiga bulan tidak membalas apapun, Haechan pun mengirim pesan itu untuk Jaemin. Ia tersenyum tipis, sebut saja ia tengah memberikan spoiler untuk Jaemin.
Ceklek
Haechan mendongak, menatap seseorang yang baru saja masuk ke kamarnya. Ia tersenyum lebar. "Eomma sudah selesai membereskan semuanya?"
"Kau sungguh akan pergi besok," tanya Eomma Haechan seraya menghampiri Haechan yang duduk di brankar.
"Jangan khawatir Baek Se Ra-ssi, putramu ini sudah sembuh. Lagipula di Korea pun aku akan tetap melakukan pengobatan."
Eomma Haechan menatap Haechan khawatir. "Tapi dokter mu bilang akan lebih baik jika kau pergi di akhir tahun nanti."
"Satu bulan. Hanya selisih satu bulan tidak akan ada bedanya. Aku janji Eomma, aku janji akan giat untuk pengobatan ku seperti di sini."
Eomma Haechan diam sebentar. "Apa kau berniat kembali ke grup mu?"
Pertanyaan itu membuat Haechan terdiam juga, berpikir. Memikirkan itu membuat Haechan menginginkannya.
"Aniya! Jangan pikirkan itu dulu Hyuck-ah... Arraseo, besok kita akan pulang dan kau tetap harus fokus kesembuhan mu. Jangan pikirkan apapun dulu, oke?"
Haechan mengangguk kecil, tersenyum hangat. "Jangan khawatir, Eomma."
☀️☀️☀️
"Jaemin-ah... "
Mark mengernyit heran saat ia mendekati Jaemin, laki-laki itu buru-buru menyembunyikannya. "Mwoya, kenapa kau menyembunyikannya?"
Jaemin menggeleng cepat. "Aku? Aku tidak! Aku hanya... Ada apa Hyung? Kau ingin berbicara sesuatu?"
Mark semakin mencurigai Jaemin karena laki-laki itu justru mengalihkan topik. "Haechan--"
"Haechan?! Dimana Haechan?"
Mark benar-benar bingung dengan Jaemin yang kini mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan."Jaemin-ah, katakan padaku apa kau menyembunyikan sesuatu?"
Jaemin terdiam, haruskah ia memberitahu Mark juga?"Aku... "
Drrrttt drrrttt
Hendak memberitahu, ponsel Jaemin bergetar tanda sebuah panggilan telepon masuk. Saat melihat nama pemanggil, Jaemin membelalakkan matanya dan langsung menolak panggilan itu dengan panik lalu melirik Mark yang kini terdiam di tempatnya.
"H--hhaechan? Jaemin-ah, tadi itu dari Haechan?"
"Eoh? Haechan? Apa maksudmu Hyung, tentu saja bukan! Akh, Hyung aku akan ke toilet sebentar."
Tanpa mendapatkan jawaban, Jaemin langsung pergi dari ruang latihan meninggalkan Mark yang memiliki banyak pertanyaan.Mark hendak menunggu Jaemin sampai kembali, namun Seo manajer memanggilnya karena ia memiliki jadwal bersama NCT 127 yang akhirnya ia pun pergi terlebih dahulu.
"Aku akan ke sana sendiri Hyung, Hyung bisa di sini saja."
Sebelum ke lokasi syuting pemotretan jacket, Mark pergi makan terlebih dahulu. Sementara Seo manajer harus melapor sesuatu pada direktur baru mengambil mobil untuk mengantar Mark.
Mark pun memilih untuk berjalan, pergi ke restoran terdekat. Ia hanya tidak ingin makan di restoran SM.
Saat lampu berubah merah, Mark pun menyebrang jalan bersama orang-orang lain. Ia menaikkan maskernya dan menundukkan kepalanya agar tidak dikenali. Saat sudah diujung penyebrangan jalan, seseorang menubruknya.
"Akh! Jesunghamnida," ucap orang yang menabraknya itu pelan, seraya menunduk kecil lalu menatap matanya.
Mark tercengang seketika. Tatapan itu, rasanya tidak asing. Ia merasa rindu dengan tatapan itu, namun ia tidak tahu kenapa ia merasakan hal itu. Namun sedetik kemudian ia tersadar dari lamunannya, bangkit dari jatuhnya dan membungkuk sopan pada orang yang berpakaian tertutup itu. Bahkan lebih tertutup darinya. Dengan masker, beannie, Coat, dan celana jeans panjang.
"Nee, gwaenchanhseubnida." Mark pun pergi, melanjutkan jalannya setelah mengatakan itu.
Namun baru beberapa langkah, tiba-tiba memorinya kembali menguak. Memori tentang seseorang yang sangat ia rindukan dan selalu ia tunggu. Mark membalikkan tubuhnya dan menatap orang itu di sebrang jalan. Beralih menatap waktu untuk menyebrang yang tinggal sepuluh detik, Mark pun berlari kembali menyebrang jalan.
"Aku lapar,"
"Benarkah? Kalau begitu ayo—"
"Jangan Kimchi!! Aku benci kimchi!!"
"Jeball, kita harus makan selain kimchi."
"Aku tidak hanya membeli kimchi. Aku juga—"
"Pokoknya tidak mau!!"
"Aku—"
"Haechan?"
Keduanya membalikkan badan saat Mark memanggil. Mark membelalakkan matanya melihat orang itu dengan jelas, karena sudah melepas maskernya.
"H--haechan-ah ... Haechan, ii--ini sungguh kau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 2. Found Sun : Lee Haechan
Fanfiction[Lengkap] "Aku ada untuk menghibur mereka, namun aku justru terus membuat mereka khawatir, maka tidak ada lagi alasan bagiku untuk bersama mereka. Aku hanya akan bersembunyi tanpa ditemukan."~LHC. . . . ⚠️ DON'T PLAGIAT! Start : 4 September 2023 Fin...