08. { Rival }

1.6K 183 7
                                    

"Jeno-ya!"

"Samoyed kita, aku merindukanmu sungguh. Kau juga merindukan ku, kan?"

"Jangan khawatir Jeno-ya, aku sudah lebih lebih baik-baik saja. Aku sungguh baik dan aku akan baik-baik saja."

"Kau pasti terkejut, kan, saat mendengar cerita Jaemin? Aku bilang untuk tidak menceritakan pada siapapun, tapi Jaemin malah menceritakannya padamu. Ck! Anak itu memang."

"Yaaa!! Berikan padaku."

"Sebentar lagi Jaemin-ah, aku ingin berbicara kepada Jeno."

"Lupakan! Kau membuatku kesal, menyingkir!"

Video berdurasi tiga puluh detik itu pun berakhir. Jeno menatap Jaemin yang menunjukkan video itu padanya.

"Dari video itu kau pasti bisa melihat kalau Haechan memang sudah lebih baik daripada dulu, kan?"

Jeno mengangguk pelan. "Tapi, sejak kapan kau mengetahuinya?"

Jaemin duduk di depan Jeno, mengambil latte milik Jeno dan meminumnya. Saat ini mereka sedang berada di cafe SM.

"Sejak awal," jawab Jaemin jujur.

"Jaemin-ah?!"

"Dokter Haechan itu dokter kenalan Eommaku, aku yang merekomendasikan dokter itu pada Haechan. Tapi aku tidak menduga Haechan ingin merahasiakannya dari kalian."

"Awalnya aku tidak setuju, tapi jika dipikir lagi memang inilah yang terbaik untuk kita juga Haechan. Mungkin?"

"Aku hanya menuruti apapun persyaratan Haechan, yang terpenting adalah Haechan mau pergi ke sana. Tidak ada yang lebih penting dari kesembuhan Haechan, kan?"

Jeno diam saja mendengar penjelasan Jaemin. Ia masih tidak mengerti, ia kesal, marah, tapi juga senang dan lega karena kini ia mengetahui keadaan Haechan.

"Jeno-ya, nanti."

"Tidak sekarang, nanti saja marahnya. Haechan membutuhkan kita, yang Haechan butuhkan saat ini adalah dukungan kita."

"Nanti saja marahnya, sekarang kita harus mendukungnya dan menyemangatinya. Yang paling kesulitan di sini adalah Haechan, Jeno-ya... "

Jeno menatap lekat mata Jaemin, ia menemukan tatapan putus asa. Jeno tidak pernah sadar dengan tatapan Jaemin yang satu ini. Ia pun menganggukkan kepalanya mantap.

"Arraseo. Jangan khawatir, aku akan mendukung Haechan bersama mu."

Mendengar kata bersama membuat Jaemin senang entah kenapa, ia tersenyum tanpa sadar. "Kau bisa meneleponnya, jika dia tidak menjawab katakan saja padaku. Aku akan memarahinya!"

Jeno tertawa kecil melihat ekspresi lucu Jaemin. "Kalian menjadi sangat dekat," ujarnya.

"Mwo? Dekat? Kita?! Aniya aniya... Kau salah paham. Sangat salah! Kita tidak akan pernah dekat, sampai kapanpun, never!"

"Dekat dengan siapa?"
Keduanya tersentak kaget, seketika menoleh.

"Eoh... Chenle-ya, kau datang?" Jaemin dan Jeno terlihat canggung, takut-takut Chenle mendengar perbincangan mereka.

"Wae? Aku tidak boleh datang ke sini?"

"Tidak, bukan seperti--"

"Kalian di sini rupanya. Jeno-ya, Jaemin-ah, Chenle-ya!! Ayo cepat, kita harus segera berangkat fansign. Sijeuni sudah menunggu."

Jaemin langsung bangkit. "Ayo pergi, jangan membuat sijeuni menunggu terlalu lama."

"Jaemin-ah tunggu akuu!"

Chenle mengernyit. "Kenapa mereka aneh? Apa mereka menyembunyikan sesuatu? Apa yang mereka bicarakan?"

"Chenle-ya!!" Si empu tersentak kecil, ia pun menyusul mereka bertiga. "Eoh Markeu-ya, aku datang."

Dalam perjalanan, Jaemin dan Jeno berusaha untuk bersikap senatural mungkin. Dan untung saja, Chenle juga melupakan rasa penasarannya dengan cepat. Chenle tidak menanyakan apapun lagi, hingga mereka sampai di tempat fansign.

"Hai Mark!"

Jaemin menoleh sekilas mendengar suara yang terdengar tidak asing, lalu ia menatap sinis dan mendengus. Dia adalah Kang Eun Hye. Sungguh, Jaemin sangat tidak suka pada Kang Eun Hye. Sebut saja Kang Eun Hye adalah rival Jaemin. Tapi ia tahu, Kang Eun Hye karena Haechan.

"Oppa, jaljineseoyo?"

Jaemin tidak menjawab sapaan Kang Eun Hye, ia hanya menandatangani album yang diberikannya.

"Oppa bagaimana penampilanku dengan kacamata ini?" Jaemin tidak menggubrisnya.

"Na Jaemin, tatap mataku!"
Jaemin mendengus kesal, akhirnya ia menatap mata Kang Eun Hye.

"Oppa, ini bukan kacamata. Ini adalah mata Haechan Oppa, kau tidak ingin menyapa?"

Mendengar itu, Jaemin mengernyit. Apalagi yang Kang Eun Hye maksud? Namun melihat senyum miring itu benar-benar membuat Jaemin semakin tidak suka pada Kang Eun Hye.

"Ah benar. Oppa tidak akur dengan Haechan Oppa, kan? Arraseo, aku akan pergi. Lagipula aku tidak tertarik pada Oppa, aku hanya tertarik pada Haechan Oppa."

"Yaaa!"

Teriakan Jaemin setelah Kang Eun Hye berdiri untuk pergi membuat semuanya terkejut. Jaemin menatap sekeliling canggung, lalu memaksakan senyumnya.

"Kau meninggalkan album mu," ucap Jaemin lembut seraya menyodorkan album milik Kang Eun Hye.

Kang Eun Hye menunjukkan smirknya. "Nee, kamsahamnida Jaemin Oppa. Annyeong!!"

"Jaemin-ah, wae?"

"Eoh? Aniya Hyung, aku tidak apa-apa." Jaemin melebarkan senyumnya saat Jung manajer menghampirinya.

"Sungguh? Kau bisa melanjutkannya?" Jaemin mengangguk pasti. "Tentu saja Hyung, aku akan menyapa semua sijeuni."

"Annyeonghasaeyo!!" Jaemin pun melupakan sejenak Kang Eun Hye, ia menunjukkan senyum paling cantik yang ia punya saat sijeuni datang dan kembali melanjutkan fansign.

Sementara Kang Eun Hye tersenyum miring melihat itu dari kejauhan. "Dia memang bukan style ku."

"Pengecut."




[✓] 2. Found Sun : Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang