06. { Choice }

1.7K 198 4
                                    

"Kenapa kau datang lagi?"

Haechan menghela napasnya panjang, menatap Jaemin di depannya. Saat ia terbangun setelah menangis, ia mendapati Jaemin di depannya. Apa Eommanya meminta Jaemin datang?

"Bagaimana keadaan mu sekarang?" Bukannya menjawab, Jaemin justru balik bertanya.

Haechan hendak memarahi Jaemin yang terus bolak-balik, namun ia urungkan saat melihat wajah Jaemin yang berkeringat.

"Aku sakit, sangat sakit. Maukah kau tidur disamping ku? Ini permintaan ku," ucap Haechan lirih dengan tatapan memohon. Ia tahu betul sekarang ini Jaemin tidak dalam kondisi yang baik, Jaemin pasti sangat kelelahan. Apa Jaemin langsung ke sini setelah pulang dari acara penghargaan?

Drrrttt drrrttt

Jaemin segera memutuskan sambungan telepon setelah melihat nama si penelpon. Haechan melirik sekilas, itu dari Jung manajer.

"Tidur di samping ku Na Jaemin," paksa Haechan menarik tangan Jaemin.

"Apa kau malu?"

Jaemin mendengus, kenapa permintaan Haechan aneh-aneh? Dengan terpaksa, Jaemin pun membaringkan tubuhnya dan ternyata ini sangat nyaman. Tubuhnya memang terasa remuk, akhirnya ia bisa berbaring.

Haechan menempelkan punggung tangannya ke kening Jaemin yang langsung ditepis kasar. "Aku baik-baik saja!"

"Jaemin-ah, jangan lakukan ini."

"Jika kau terus melakukan ini, kau membuat ku goyah. Aku merasa bersalah padamu jika kau akhirnya sakit karena kelelahan. Kau menganggu pikiran ku, kau tau ini tidak baik untukku."

"Ini untuk kebaikan kita bersama, maukah kau tidak datang jika aku tidak meminta? Aku janji jika aku sangat membutuhkan mu, aku akan memintamu datang."

Jaemin menatap tatapan Haechan. Entah kenapa ia tidak bisa membaca ekspresi Haechan, ini sudah sejak lama. Entah benteng apa yang Haechan pasang, tapi Jaemin benar-benar tidak bisa tahu keinginan Haechan yang sebenarnya. Itu bukan tatapan kosong, tapi entahlah Jaemin tidak tau.

"Haechan-ah... "

"Hm, wae?"

Jaemin beralih menatap langit-langit kamar yang berwarna putih. "Aku memberitahu Jeno."

"Memberitahu apa?"

"Memberitahu mu."

"Memberitahu ku-- MWO?! AKU?!! Apa maksud mu memberitahu aku??"

Jaemin menatap Haechan lagi yang terlihat sangat terkejut. "Tapi Jeno marah, lihatlah sekarang aku hanya datang sendiri. Jeno marah padamu."



















"Jaemin-ah, apa kau memiliki teman selain kami?"

Jaemin menggelengkan kepalanya. "Dia temanmu juga."

"Sungguh? Siapa? Aku pikir aku tidak memiliki teman di Singapura."

"Haechan."

"Oohh Haechan-- MWO?!! Haechan?!!"

"M–maksudmu Haechan yang kita kenal?"

Jaemin mengangguk. "Mianhae karena menyembunyikan ini pada kalian, sebenarnya aku tahu Haechan pergi ke Singapura untuk mengobati sakitnya."

"Ceritanya panjang, tapi Haechan melakukan ini karena tidak ingin kalian terus mengkhawatirkan nya dan--"

"Egois!"

"Eoh?" Jaemin menatap Jeno, tidak menduga reaksi Jeno.

"Shibal! Kenapa dia memutuskan ini sendirian? Lalu apa dia tertawa melihat kami kacau seperti ini?" Jeno menatap tajam Jaemin. "Jaemin, kau pun sama."

"Aku kecewa kepada kalian... "

















"Jangan kesal padaku, aku tidak ingin membujuk mu juga. Sejak saat itu, aku terus mencoba membujuk Jeno. Jika kau ingin kesal juga, itu merepotkan."

Haechan mendengus. "Memangnya aku mengatakan apa? Aku hanya terkejut."

"Tapi, apa kau sungguh tidak apa-apa bolak-balik seperti ini?"

"Tentu saja tidak. Aku kabur, aku tidak memberitahu siapapun kalau aku pergi. Sepertinya mereka sedang mencari ku, karena sekarang harusnya aku berlatih bersama Dream."

"Kalian akan comeback?"

Jaemin mengangguk seraya menutup matanya, ia lelah. "Haechan-ah biarkan aku tidur sebentar," ucap Jaemin lirih. Haechan mengelus kepala Jaemin, perasaanya campur aduk.

Haechan sangat berterimakasih pada Jaemin yang selalu ada untuknya, namun ia merasa bersalah. Ia juga marah karena Jaemin selalu memaksakan diri, dan takut jika suatu hari Jaemin tidak lagi untuknya. Karena jujur saja ia senang Jaemin bersamanya.

Haechan turun dari brankar, membenarkan posisi tidur Jaemin lalu menaikkan selimut sampai dada.  "Mianhae... "

"Ini pilihan ku, Lee Haechan."

Jaemin kembali membuka matanya. "Ini adalah pilihan ku, jangan merasa bersalah. Jangan mencoba melakukan sesuatu tanpa sepengetahuan ku jika kau ingin sedikit mengurangi rasa bersalah mu."

"Ku mohon, diam saja di sini dan cepat sembuh. Ini adalah untuk kebaikan kita semua, arraseo?"

Haechan mengangguk. "Aku mengerti, lagipula aku tidak memiliki tempat tujuan lain. Cepat tidur Na Jaemin, aku lelah berbicara dengan mu." Jaemin mendengus sementara Haechan terkekeh pelan. Ia mengambil laptopnya dan duduk di sofa, waktunya ia menjadi fanboy. Fanboy NCT.











 Fanboy NCT

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓] 2. Found Sun : Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang