Sejak keluar dari rumah sakit, Haechan tidak bisa menahan dirinya untuk tidak tersenyum. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas begitu saja, tidak bisa ia kendalikan untuk tetap tenang. Sebelumnya, ia tidak pernah sebahagia ini.
Haechan terus menggenggam tangan Eommanya, seperti anak kecil yang menggenggam tangan Ibunya saat akan menyebrang jalan. Eomma Haechan yang melihat putranya sangat bahagia itupun seperti tertular melalui tautan tangan mereka.
"Aarghh sudah sangat lama aku tidak naik pesawat," gumam Haechan masih dengan senyum lebarnya. Eomma Haechan mengelus kepala Haechan lembut. "Meski begitu kau harus tidur terlebih dahulu Haechan-ah... "
Haechan mengangguk. "Keundae, Eomma. Saat kita sampai di Korea, jangan panggil aku seperti itu. Aku takut orang lain mendengarnya."
Eomma Haechan terdiam sejenak namun mengangguk kemudian. Apapun yang Haechan putuskan, ia akan mendukungnya. Terkecuali jika Haechan memutuskan untuk berhenti berobat atau menyerah.
Menurut Eommanya, sepanjang perjalanan Haechan tidur. Haechan tidur dengan tersenyum, sebelumnya tidak pernah seperti ini. Bahkan, ia pun bahagia dalam tidurnya.
Setelah sampai, Haechan menjadi gugup. Dengan langkah pelan, Haechan turun dari pesawat dan ia mulai melihat banyak orang. Bukan orang biasa, mereka sebagian besar adalah orang Korea. Senyum lebarnya semakin melebar saja, bahkan kini gigi-gigi rapihnya terlihat saking lebar senyumnya.
"Ini adalah Korea... Aku kembali ke Korea!!"
"Eomma, aku di Korea?? Koreaaa!!"
Eomma Haechan terkekeh pelan melihat Haechan yang kini berlari seperti anak kecil.Haechan keluar dari bandara dan melihat jalanan Seoul yang ramai. Hatinya berdebar kencang melihat pemandangan yang sudah lama tidak ia lihat. "Hello Korea," gumamnya pelan.
"Haechan-ah!!"
Haechan menoleh ke sumber suara, ternyata itu Appa nya. Haechan terkekeh kecil, ia pun berlari menghampiri Appa nya itu dan memeluk erat.
"Bogoshipo," ucapnya dalam pelukan Appa nya.
"Terimakasih sudah menepati janjimu," balas Appa Haechan.
Janji Haechan tentang akan kembali ke Korea bersama istrinya. Eomma Haechan menghampiri keduanya dengan membawa tas dan koper, karena Haechan lari begitu saja melupakan barang-barangnya.
Appa Haechan mengambil alih tas dan koper itu, meletakkannya sebentar lalu memeluk istrinya. "Terimakasih sudah kembali," ujar Haechan Appa.
"Kau pasti lelah, seharusnya di rumah saja."
"Aku tidak sabar ingin memelukmu."
"Ekhemm!"
Haechan berdehem keras, karena kini Eomma Appa nya melupakannya. Apa ia nyamuk?"Diam lah sebentar Lee Donghyuck, kau sudah membuat Appa terpisah dari tubuh Appa yang lain. Kau tau, Appa sangat tersiksa selama tiga bulan ini."
Eomma Haechan langsung memukul pundak suaminya keras, sementara berpura-pura ingin muntah. Namun dalam hati ia bahagia karena kedua orang tuanya masih memiliki romansa.
"Ayo, kita pulang."
Haechan menggeleng. "Aku akan menjemput Soo Ah terlebih dahulu. Soo Ah masih sekolah, kan?"
"Kita jemput bersama--"
"Aniya Appa, aku akan naik taksi. Aku juga ingin mengajak Soo Ah berjalan-jalan, karena aku sudah lama tidak berjalan-jalan dengannya."
"Tapi kau tidak boleh kelelahan--"
"Satu kali saja," potong Haechan dengan tatapan memelasnya.
Appa Haechan menghela napasnya pelan, ia pun mengangguk. "Arraseo, tapi jangan lama-lama. Kau berjanji juga untuk sembuh seperti sebelumnya semuanya terjadi kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 2. Found Sun : Lee Haechan
Fiksi Penggemar[Lengkap] "Aku ada untuk menghibur mereka, namun aku justru terus membuat mereka khawatir, maka tidak ada lagi alasan bagiku untuk bersama mereka. Aku hanya akan bersembunyi tanpa ditemukan."~LHC. . . . ⚠️ DON'T PLAGIAT! Start : 4 September 2023 Fin...