Suara kunci pintu yang terbuka, derik kayu yang didorong perlahan membuat Seokjin yang tengah duduk memeluk lututnya di atas tempat tidur menoleh kaget.
"Bae......" Ken menyalakan lampu kamar yang masih gelap.
"Maafin aku....." Ken duduk di sisi tempat tidurnya, menarik lengan Seokjin yang masih bergetar menutup wajahnya yang basah oleh air mata.
"Aku ga maksud nyakitin kamu Bae...."
"Maaf....." Suaranya pecah. Setitik air mengintip dari sudut iris coklatnya.
"Bae......."
"Jawab aku....." Mengusap lembut kepalanya yang masih tertunduk, air matanya mengalir."Aku mau pulang....." Ucap lemah sang pemuda yang enggan menatap matanya.
Hela napas panjang berhembus dari bibirnya.
"Yaudah aku anter ya...." Ditariknya pelan pergelangan yang membiru itu, tubuh lemasnya dipapah keluar dari kamar.
"Bae........"
"Aku sayang kamu...." Ken melirik singkat pada pemuda yang duduk memalingkan wajah menatap keluar jendela, kemudian kembali berfokus pada jalan raya di depan mobilnya.
Kelopak mata Seokjin terpejam seiring air matanya yang kembali mengalir. Kepalan tangan menutup bibirnya.
Seokjin yang baru saja tiba mengurungkan niatnya untuk pulang.
Hoseok dan Taehyung tengah berjalan menuju unit kondonya.
Ia memutar langkahnya menuju basement, mengeluarkan kunci mobil dan membawa Lamborghini biru itu pergi menuju kampus.
Berlari setelah keluar dari mobilnya dan menuju lift, Seokjin menekan tombol tiga lantai di atas ruang kelasnya.
Tas ransel besarnya dipakai di dada, kacamata ungu transparan menutupi sisi matanya yang membiru.Berjalan menunduk cepat setelah keluar dari lift, ia terus menyusuri koridor yang hanya diisi oleh segelintir mahasiswa.
Pintu toilet dibuka dan ditutup rapat.
Ia menopang tubuh bergetarnya di depan wastafel. Hela napas panjang bertiup dari bibirnya, ia berkumur dan meringis perih.
Pipi dalamnya kembali berdarah.
Ia terisak, membuka kacamata dan menutup wajah dengan telapak tangannya.
CEKLEK
Saling membelalak, kedua pemuda itu bertatapan.
"Joon.....heh....ngapain lo disini" Seokjin terkekeh dan memalingkan wajahnya, mengusap mata lalu menyalakan keran air mencuci mukanya.
Rahang pemuda itu mengeras, Namjoon menaikkan kacamatanya yang melorot dan melangkah pelan mendekati Seokjin yang masih menunduk membasahi wajahnya.
Pergelangan tangan biru pekat itu diraihnya hati-hati.
Ditatapnya wajah menunduk dengan kelopak mata terpejam dan gigi beradu menahan isak tangis yang akan kembali meluncur dari bibirnya.Bahu bergetar itu didorong pelan memutar menghadapnya.
"Bangsat!" Suara berbisik menggeram menyertai ibu jari dan telunjuk yang mengangkat dagu sang pemuda, memperjelas sisi mata kirinya yang lebam.
"Ken itu cowo lo?" Masih berbisik, Namjoon mengusap lembut lingkaran hitam di bawah mata Seokjin yang terpejam dan mengangguk.
"Iya Joon.....ribut mulu ya kerjaannya hehe..." Hela napas bergetar berhembus sebelum ia berusaha tersenyum.
"Bibir lo bedarah lagi..." Ibu jari itu berpindah ke sudut bibir penuh yang sedikit terbuka.
"Bukan bibirnya Joon....pipi dalem gw kegigit" Seokjin berbalik dan membuang saliva berwarna merah kemudian dengan cepat menyalakan air dan kembali berkumur.
"Bahaya kalo bibir indah gw cacat" Lagi-lagi ia berusaha tertawa.
"Sakit ga kalo lo buka mulut?" Wajah meringis itu menatap pantulan sang pemuda di depannya.
Seokjin berbalik dan membuka mulutnya.
Flashlight ponsel Namjoon menyorot, dengan hati-hati ia melongok.
"Bangsat.....bangsat tu orang....."
Dikantunginya ponsel yang telah gelap, menunduk lalu menatap lekat mata Seokjin yang mulai berkaca-kaca.
"Sobek gede Jin....kayanya butuh jaitan, kalo ngga bakal bedarah terus..." Berusaha tenang, Namjoon mengepalkan kedua tangan di sisi tubuhnya.
"T-tapi Ken udah minta maaf kok...."
"Ampe nangis malah" Ia terkekeh pahit."N gwnya juga malah iba......bego" Ia tertunduk dan membalikkan tubuhnya.
"Hiks....."
"Hiks......."
Rematan kedua tangan pada pinggiran wastafel itu menguat. Kepalanya semakin tertunduk dengan air mata yang mengalir deras.
"Gw....peluk.......boleh ya...."
Tanpa menjawab, Seokjin berbalik cepat dan menabrakkan tubuh bergetarnya pada pemuda yang langsung mendekapnya erat. Isakan keras terus meluncur dari bibirnya.
"Gw anter ke klinik ya....jait lukanya" Ibu jarinya kembali mengusap darah yang membasahi sudut bibirnya.
"Sakit ga?" Mata polos membulat itu menatapnya sambil meringis ngilu.
"Ngga kok....kan bius dulu" Namjoon terkekeh gemas.
"Ganti bajunya ya...." Tatapannya beralih pada kaus lengan panjang bergaris Seokjin yang berlumuran darah.
"Pake kemeja gw ni....ga bau kok" Kedua tangannya membuka kemeja kotak-kotak coklat mudanya.
Seokjin meraih kemeja itu dan tersenyum lemah. "Thanks..."
Ia berbalik dan membuka kausnya perlahan.
Kedua alis sang pemuda terangkat pelan di balik kacamatanya.
Bekas lebam keunguan masih menghias tulang rusuk belakangnya, beberapa memar baru terlihat di lengan dan bahu lebarnya.
"Gede banget kemejanya" Seokjin tertawa kemudian berbalik menautkan kancing-kancing dengan bibirnya yang mengerucut.
"Yeeaayyyy.....gw pake kemeja mahal ni...."
"Lah....kenapa lo juga nangis?" Kepalanya terangkat.
Tawanya perlahan memudar dengan mata membulat menatap pemuda di hadapannya menangis tanpa suara."Paling ga tega gw liat kaya ginian..." Membuka kacamata, Namjoon mengusap air matanya yang mengalir sambil terkekeh.
"Lo tu ya....." Setengah berbisik, Seokjin mengusap pipi berdimplenya lembut.
"Motor Ducati hati Hello Kitty"
"Bodo amat..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Persona
FanfictionSJ fell first, but NJ fall harder Daily convo, fake chat, angst, toxic abussive relationship, gapless age, harsh words