"Dasar Om tua bangka yang tak sadar diri dengan umur. Sana jauh-jauh dari Lisca! Bikin Lisca mual!
"Saya tidak setua itu kamu panggil om dan saya bukan paman kamu juga"
"Perlu dicatat baik-baik di otak mesum Om itu! Om Arga tidak cocok jadi suami Li...
"Jika pria bersikap berbeda ke kamu maka kamu adalah orangnya."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tak seperti biasanya Lisca sibuk dengan kertas-kertas di depannya. Sejak tadi handphone tak ia sentuh. Biasanya di jam segini ia sibuk melihat pacar tak bisa digapai, Haechan.
Sesuai dengan perjanjian sang papa Lisca bebas kuliah di manapun dengan jurusan sesuai yang ia inginkan. Kalau bisa mengundurkan waktu maka tanpa bimbang dirinya melarikan diri di hari pernikahan. Mengingat masa itu hatinya memanas. Apa tujuan papanya menjodohkannya dengan pria tua. Tak mungkin Bima tak mampu menguliahkannya. Kekayaan papanya tak jauh berbeda dengan Arga, tapi kekayaan Arga sedikit orang yang mengalahkannya.
Pulpen yang Lisca pegang mencoret kotak di samping jurusan sastra. Sudah sejak lama ia telah menentukan jurusan apa yang ia ambil. Bukan tanpa alasan Lisca mengambilnya karena ia pecinta novel, jadi masuk akal ia memilih sastra.
Tanpa disadari Arga duduk di sampingnya. Sikunya berada di atas meja kaca lalu menopang pipi. "Cocok sih sama kamu yang milih sastra karena kau itu suka baca novel," komentar Arga.
Lisca menjauh karena merasa terkejut dengan kehadiran Arga. Memukuli dada bidang suaminya. "Kalau datang itu tidak usah tiba-tiba kayak jalangkung aja. Untung Lisca tidak punya riwayat penyakit jantungan." Menggeser formulir ke arahnya, tidak sudi berdekatan dengan pria ini.
"Maaf, Pootie."
"Jangan manggil aneh-aneh, Lisca risih dengarnya," katanya tidak terima.
Karena tak suka disentuh Lisca menarik tangan Arga yang ada di pipinya lalu menggigitnya. "Akhh... jangan kau gigit jari saya nanti bisa putus." Lisca tidak peduli, mau berdarah, mau putus itu deritanya Arga.
Arga langsung mengusap jari kelingkingnya yang digigit Lisca tadi. Nampak jelas gigi Lisca di jarinya.
Tanpa merasa bersalah Lisca berlalu dan tak lupa membawa formulir pendaftaran mahasiswa.
Melihat jari telunjuknya yang terasa nyut-nyutan. "Selain bocil kamu juga jelmaan singa, ya Pootie." Sudut bibirnya tertarik ke atas. "Bagus juga panggilan baru ini." Menyusul sang istri ke kamar. Arga punya hobi baru, mengganggu Lisca membuat hari-harinya berwarna.
™™™™™
"Bangun, Pootie nanti kita bisa terlambat datang ke pestanya. Belum juga kita beli baju." Mengelus rambut hitam nan panjang milik Lisca.
Mata perempuan itu masih setia terpejam, menghiraukan usapan lembut di kepalanya. Malah ia membenarkan posisi tidurnya.