Delapan belas

228 41 15
                                    

"Lepas salah satu dari mereka, lo harus milih Bright."

"Maksud lo?"

"Gue tahu dia udah kembali, orang yang lo tunggu udah datang, Bright. Sekarang waktunya buat lo milih satu di antara mereka berdua."

"Gue tahu apa yang harus gue lakuin. Jadi, lo gak perlu repot-repot campuri urusan gue."

Orang itu tertawa sarkas. "Gue baru tahu kalau lo bisa se-egois ini."

"Lo gak tahu apa-apa tentang gue, Gulf. Jadi, lebih baik lo diem dan berhenti urusin urusan gue."

Gulf sejenak diam, memandang Bright dengan tatapan tak menyangka. "Oke, tapi gue cuma mau ngomong satu hal buat lo, jangan nyesel nanti kalau lo kehilangan keduanya karena sikap egois lo ini. Mustahil bagi orang untuk memegang dua hati di tangannya tanpa membuat salah satunya terluka. Gue ngomong kayak gini karena gue peduli sama lo, juga karena gue gak mau lihat lo menyesal ke depannya. Tapi kalau ternyata kepedulian gue lo anggap sesuatu yang menggangu lo, gue bisa apa?"

Bright hanya diam, entah apa yang lelaki itu pikirkan. Namun, yang jelas Bright tidak mengatakan satu patah kata pun dan hanya termenung.

Sebenarnya Gulf juga tidak tega melihat Bright dalam keadaan seperti itu, Gulf paham bagaimana perang batin yang sedang dihadapi oleh sahabatnya itu. Dan Gulf yakin itu bukanlah suatu yang mudah.

Gulf hanya ingin Bright bijak dalam memutuskan sesuatu, ia tak mau Bright keliru pilihannya dan berakhir menyesal.

"Gue titip pesan buat lo, tolong jangan sakitin Win ya? Cukup sekali aja waktu kita jadikan dia bahan taruhan, jangan lagi ya? Hidup dia udah kurang beruntung, jadi jangan tambah lagi penderitaannya. Kalau ternyata hati lo bukan buat dia, tolong langsung kasih tahu dia. Jangan buat dia nunggu sesuatu yang gak pasti dan berujung hanya rasa sakit yang dia terima."

Bukan maksud Gulf mencampuri urusan hubungan asmara orang lain atau sahabatnya sendiri, tetapi ia merasa jika dirinya ikut andil dalam masalah ini. Jika bukan karena dare konyol yang ia berikan pada Bright, mungkin situasinya tidak akan berakhir sampai seperti ini.

Ada perasaan bersalah yang selalu mengganjal hati Gulf ketika mengingat kembali tentang dare konyol itu. Karena hal itu juga Gulf tidak ingin melihat Win semakin terluka.

Gulf merasakan bahwa hubungan Bright dan Win ada kerenggangan, itu terlihat jelas di matanya. Bagaimana Bright yang seakan menghindar dari Win. Bright yang biasanya tidak mau jauh dari Win, akhir-akhir ini menjaga jarak dari pemuda itu.

Beberapa kali Gulf juga melihat Win melirik ke arah Bright dengan tatapan sendu.

Gulf ingin menanyakan pada Bright sebenarnya apa yang terjadi, tetapi yang dia dapatkan justru jawaban atas apa yang ingin ia tanyakan. Saat panggilan darinya dijawab oleh seorang perempuan, Gulf sudah mengetahui jawabannya.

***

Bright merebahkan tubuhnya di atas rumput, netranya memandang ke arah langit malam yang gelap. Tanpa bintang.

Di sampingnya ada Alea yang melakukan hal yang sama.

"Maaf," ujar Alea mematahkan sunyi yang sebelumnya tercipta.

"Untuk?"

"Semuanya, terlebih saat aku pergi tanpa pamit. Maaf karena udah buat kamu nunggu."

"No need to sorry, apa yang udah terjadi biarlah terjadi."

"Aku inget, sebelum aku pergi kamu mau ngomong sesuatu. Kalau boleh tahu kamu mau ngomong apa?"

Bright hanya diam tak mampu menjawab. Netranya masih memandang lurus ke depan, pada bintang yang mulai muncul menemani bulan.

Bumantara Chandra [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang