24

239 37 11
                                    

Win mengerjapkan matanya ketika sinar matahari menerpa wajahnya. Baru saja Win mencoba untuk bangkit, tetapi gagal karena tubuhnya masih lemah.

Kepala Win pun masih berdenyut nyeri akibat hujan kemarin. Dengan pengelihatan agak buram Win mengedarkan pandangannya seakan sedang mencari seseorang.

Di mana dia?

Tidak mungkin kan dirinya berhalusinasi? Bukankah Bright yang merawat dirinya?

Meskipun keadaan Win setengah sadar ketika melihat kehadiran Bright, tetapi Win yakin bahwa Bright semalaman yang menjaganya.

Win juga mendengar suara Bright malam itu, bahkan Win sempat membelai wajah Bright dan membawa tubuh lelaki itu untuk bergabung bersama dirinya tidur di atas ranjang yang sama.

Meskipun ingatan itu samar, tetapi Win yakin bahwa itu bukan halusinasinya saja.

Dia hanya demam bukannya mabuk.

Lalu ke mana lelaki itu sekarang?

Apa ia ditinggalkan lagi?

Kenapa ia seringkali ditinggalkan? Kenapa semua orang seakan senang meninggalkan dirinya sendiri? Kali ini kesalahan apa yang ia perbuat?

Selalu saja seperti ini, pada akhirnya ia hanya sendiri.

Demam yang belum sepenuhnya pulih membuat hati Win menjadi begitu sangat sensitif dan mudah merasa sedih.

"Win, lo udah bangun?"

Win menoleh ke asal suara dan mendapati Dew di sana dengan senyuman hangat di wajahnya.

"Syukurlah kalau lo udah sadar, gue khawatir banget dari semalam karena demam lo tinggi dan gak turun-turun."

Ada terbesit rasa kecewa di hati Win setelah mendengar penuturan dari Dew. Bukan karena Win tak mau dirawat oleh Dew, melainkan karena ternyata apa yang dilihat dan didengarnya kemarin tidak lebih dari sekedar ilusi semata.

Padahal Win merasa bahwa kemarin malam begitu nyata dan bukan hanya mimpi semata, semuanya begitu jelas. Bahkan Win masih ingat betul dengan pelukan hangat lelaki itu.

Jika begitu, apakah bisikan semalam yang ia dengar juga tak nyata? Atau justru Dew yang melakukannya?

Sebuah bisikan yang mengatakan bahwa orang itu mencintainya.

Win tertawa pahit dalam hati, ia menertawakan dirinya yang terlihat begitu menyedihkan.

Seingin itukah dirinya dijaga dan dirawat oleh Bright? Sampai-sampai ia membayangkan orang lain sebagai lelaki itu.

Meletakan nampan berisi sarapan serta minum di atas meja belajar Win, Dew membantu Win duduk dengan posisi bersandar di kepala ranjang.

"Ayo sarapan dulu, gue udah buatin sup ayam buat lo."

Win melirik ke arah semangkuk sup ayam yang masih mengepulkan asap, tiba-tiba Win teringat dengan mendiang ibunya. Wanita itu selalu memasakkan makanan itu ketika dirinya demam.

Mengingat itu membuat Win merindukan sosok ibunya.

Dew menatap Win khawatir ketika melihat air mata Win mengalir turun, Dew mendekat untuk merengkuh Win.

Dengan lembut Dew mengusap surai Win. Sesekali tangannya turun untuk menepuk-nepuk pelan punggung Win.

"Kenapa, hm? Ada yang sakit? Kepalanya masih pusing atau gimana? Kita ke klinik aja ya buat periksa?"

Win yang masih berada di dalam pelukan Dew menggeleng pelan.

"Gak perlu, gue udah gak apa-apa, cuma sedikit pusing aja."

Bumantara Chandra [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang