Dua

416 55 11
                                    

"Aduh, anjir pelan-pelan kenapa?" ringis Bright ketika Win mengobati luka di keningnya.

Bukannya menuruti permintaan Bright, Win malah dengan sengaja menekan luka Bright sedikit lebih keras.

"Argh! Win, lo sengaja mau bunuh gue? Please pake perasaan kalau ngobatin orang, apalagi ini pacar lo sendiri. Seharusnya lo lebih lembut, lebih perhatian, lebih ...."

Bright terus mengoceh tentang bagaimana menjadi seorang pacar yang baik. Win tidak menghiraukan sedikitpun apa yang Bright katakan dan memilih bangkit untuk meninggalkan lelaki itu.

Melihat itu Bright berhenti berbicara tentang bagaimana menjadi pacar yang baik. Ia memanggil Win.

"Mau ke mana? Gue belum selesai ngomong."

"Pulang," jawab Win tanpa berbalik dan terus berjalan keluar dari kamar Bright.

Bright hanya tersenyum saat bayang Win menghilang.

Lelaki itu merebahkan tubuhnya, memandang langit-langit kamar dengan senyum yang tidak lepas dari bibirnya. Entah apa yang lelaki itu bayangkan.

***

"Widih kenapa tuh jidat? Dicium aspal lo?" tanya Nani ketika melihat plester menempel di dahi Bright.

Bukannya menjawab Bright malah senyum-senyum sendiri, yang mana hal itu membuat ketiga sahabatnya mengernyit heran.

"Anjir lo kenapa senyum-senyum gitu, otak lo korslet karena nyium aspal?" ujar Gulf.

"Gue punya kabar bagus," kata Bright tanpa menghiraukan perkataan Gulf dan Nani sebelumnya.

Mereka mulai merapat dan memperhatikan wajah Bright.

"Jangan bilang ...," ucap Nani menggantung.

"Ya, lo bener," jawab Bright dengan senyum jemawa.

"Anjir cepet banget, gila lo." ujar Nani dengan raut wajah tak habis pikir.

Sedangkan Bright hanya tersenyum.

"Iya anjir kok bisa cepet banget, pake pelet apa lo?" Gulf pun turut bertanya.

"Gue Bright Bumantara, gue bisa dapetin apa aja yang gue mau. Siapa yang bisa nolak pesona ketampanan gue?" Bright tertawa congkak.

"Nyesel gue nanya, sifat alay-nya keluar." Gulf memutar bola matanya.

Sedangkan Bright hanya tertawa.

"Belum satu bulan." Tiba-tiba Dew yang sedari tadi hanya memperhatikan angkat bicara.

"Bener tuh, belum sebulan. Jadi, jangan sombong dulu." Nani menambahkan.

"Hati-hati Bright nanti lo kecantol lagi sama Win," ucap Gulf lalu tertawa.

Bright ikut tertawa. "Enggak mungkinlah anjir, gue masih normal. Gue masih suka cewek. Gila aja lo."

"Enggak ada yang enggak mungkin, karena sering bareng terus timbul rasa nyaman, terus jadi cinta." Kali ini Nani tak mau kalah dalam meledek sahabatnya.

"Lo kebanyakan nonton drama, jadi gue saranin buat lo agar berhenti daripada kebanyakan halu."

"Kemakan omongan sendiri baru tahu rasa."

"Enggak akan."

"Sombong amat."

"Bukan sombong, tapi mengungkapkan fakta."

"Kalau sampai lo kemakan omongan sendiri bakal gue ketawain," ujar Nani yang lelah berdebat dengan Bright.

"Jangan bilang ini yang ngobatin Win." Tangan Gulf ditahan saat akan menyentuh plester di dahi lelaki itu.

"Fix sih ini Win yang ngobatin, sampe disentuh aja enggak boleh," ujar Gulf seraya tertawa.

"Gue setuju sama lo, Gulf."

"Kalian tahu 'kan gue paling enggak suka kalau kepala gue disentuh sama orang lain?" sangkal Bright.

"Secara enggak langsung lo bilang kalau Win itu bukan orang lain dan bisa nyentuh kepala lo, anjir Bright belum lama jadian udah bucin aja." Nani tergelak dengan statement yang ia buat sendiri.

"Astaga, dia itu bukan pacar asli gue. Dan ini." Bright menunjuk plester di dahinya sebelum melanjutkan, "Gue obatin sendiri, gue masih punya tangan buat ngerawat luka gue sendiri. Kebanyakan nonton drama sih lo pada, jadi isi otaknya halu semua."

"Selow bro, kalem. Tapi sejak kapan lo peduli sama hal kecil itu? Bukannya lo pernah bilang kalau goresan luka bisa buat lo lebih keren?"

Bright menghela napas berat. "Anjir masih aja dibahas, terserah lo mau percaya atau enggak, gue udah enggak peduli."

Gulf dan Nani sontak tertawa saat melihat wajah Bright yang terlihat kesal.

Saat ini mereka sedang berada di pinggir lapangan outdoor, meneduh di bawah pohon setelah lelah dari bermain basket.

Keringat membasahi seragam olahraga mereka.

Netra Bright menajam, seulas senyum tersungging di bibirnya. Tanpa berbasa-basi pada ketiga sahabatnya, Bright langsung bangkit dan pergi.

"Bright mau ke mana lo?" Tanya Gulf seraya memandang ke arah Bright tuju, dan di sana ada Win. "Anjir Bright bucin Bumantara."

Bright tak menghiraukan perkataan Gulf dan terus saja berjalan menghampiri Win.

"Gue haus," ujar Bright tanpa aba-aba merebut botol minum yang sedang Win pegang dan meminumnya tanpa persetujuan.

"Makasih ya, lo tahu aja kalau gue lagi haus banget. Lo emang pacar yang baik." Bright tersenyum manis, sangat manis.

"Jangan ke gue, ke Pak Dani."

Alis Bright bertaut bingung. Bright terlihat berpikir sebelum akhirnya melotot tak percaya. "Anjir Win, kenapa lo enggak bilang?"

Win terlihat tidak peduli dengan celotehan Bright. Pemuda itu lebih memilih masuk ke dalam kelas daripada mendengar Bright yang berisik.

Bright masih saja melihat botol yang ada di tangannya. Dan merutuki kebodohannya. Bukan ini yang dia inginkan, ia hanya ingin menggoda Win.

Namun, ia malah masuk ke dalam prank.

Bright dengan lesu mencari guru olahraganya untuk mengembalikan botol air minum yang ia minum isinya.

"Pak, ini botol minumnya, isinya kosong soalnya tadi saya haus." Bright tersenyum canggung.

Sedangkan Pak Dani hanya melihat botol minum yang disodorkan Bright, raut wajahnya diliputi kebingungan.

"Ini bukan punya saya, Bright."

"Bukan punya bapak?" tanya Bright memastikan.

Pak Dani menggeleng sebagai jawaban.

Saat itu Bright baru sadar bahwa dia baru saja dikerjai oleh Win.

"Oh, kalau gitu saya permisi ya pak."

"Iya, Bright."

Bright pergi dengan membawa kekesalan.

"Win sialan!"

Sedangkan di kelas Win tersenyum tipis, sangat tipis. Sehingga tidak ada yang menyadari hal itu.

TBC..

Finally bisa up juga, fyi gw sibuk banget jadi cuma bisa nulis di hari libur aja😂
But I'll do my best. Gw akan berusaha buat up secepatnya hehe.

Ini baru permulaan yaa

Yuk tinggalkan jejak🤍

Sampai jumpa di chapter selanjutnya 💚🤍

290123

Bumantara Chandra [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang