22

240 42 25
                                    

Sore itu hujan turun deras, langit mendung pekat dengan angin yang berembus kencang.

Di jalan raya yang sepi seorang pemuda berjalan dengan bahu merosot, seolah-olah beban begitu besar ditimpakan di pundaknya.

Mungkin bagi orang-orang kebanyakan akan merasa takut bila keluar di cuaca seperti ini, tetapi tidak untuk pemuda itu. Tak peduli seberapa besar angin yang berembus menerpa tubuhnya, seberapa deras air hujan mengguyurnya, dan seberapa pekat langit di atasnya. Pemuda itu tetap berjalan tanpa rasa takut.

Ya, benar.

Pemuda itu adalah Win.

Win berjalan dengan langkah yang tak terarah, sesekali tangannya menyeka matanya yang basah entah karena air hujan atau air mata.

"Bright, dia siapa?"

"Kenalin dia Win, teman aku."

Win tertawa pahit ketika perkataan Bright beberapa waktu yang lalu kembali terngiang di telinganya.

Kenapa ia harus sedih ketika mendengar kalimat itu keluar dari mulut Bright?

Kenapa hatinya begitu terluka ketika mendengar kalimat itu?

Bukankah apa yang dikatakan oleh Bright benar? Dirinya dan Bright hanyalah seorang teman, tidak lebih.

Lalu jawaban apa yang sebenarnya ia harapkan dari Bright? Pacar? Apa ia ingin Bright memperkenalkannya sebagai seorang kekasih?

Bahkan hubungan mereka saja karena taruhan. Miris memang, tetapi itu faktanya. Dan Win tak mampu menyangkalnya.

"Bright, kamu mau kan temenin aku hari ini? Aku bosen banget di rumah."

"Kalau besok aja gimana?"

"Gak mau, aku maunya hari ini. Tapi kalau kamu gak bisa ya udah aku pergi sendiri aja."

"Ya udah aku temenin, tapi janji kamu gak boleh pergi sendiri."

Alea yang bahagia langsung memeluk Bright tepat di hadapan Win. sedangkan Bright hanya memandang wajah Win.

Lagi-lagi kilas balik kejadian beberapa waktu yang lalu kembali terngiang di ingatan Win.

Bright kembali mengingkari janjinya, padahal hari ini mereka akan jalan berdua, mereka sudah berencana untuk menghabiskan waktu bersama.

Namun, rencana itu harus sirna karena tiba-tiba Alea datang menyusul Bright ke sekolah dan membawa lelaki itu bersamanya.

Bohong jika Win mengatakan jika dirinya tidak kecewa pada Bright saat ini. Win sangat kecewa sampai-sampai rasanya ia tidak sanggup menahan rasa sesak di dadanya.

Win tidak menyangka ternyata cinta bisa membuatnya dalam situasi seperti ini, seperti mengunyah permen karet.

Jika sudah seperti ini, lalu apa yang harus ia lakukan? Apa ia menyerah saja? Lagi pula sepertinya Bright sudah menemukan jawaban atas perasaan yang lelaki itu miliki terhadap dirinya.

Bright sepertinya sudah menemukan pemilik hatinya, dan Win yakin bahwa orang itu bukanlah dirinya. Ternyata hati Bright berlabuh pada orang lain.

Dan orang itu adalah gadis yang begitu cantik. Jadi, bagaimana mungkin orang seperti dirinya bisa berada di antara tengah-tengah mereka berdua?

Bukankah dirinya sama saja seperti parasit di dalam kebahagiaan orang lain? Terlebih menurutnya mereka pasangan yang cocok dan serasi.

Karena bagaimanapun putri malu tidak akan pernah bisa menang melawan bunga mawar.

Bumantara Chandra [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang