29. Last chapter

126 17 3
                                    

Hari berlalu, minggu berganti bulan. Win sudah dengan kehidupannya, begitu pula dengan Bright. Semua berjalan seperti sediakala saat di mana mereka berada dalam hubungan yang tak dekat.

Asing.

Bright dan Win seperti orang asing yang terjebak dalam satu ruangan.

Meski di kelas yang sama, mereka tidak lagi terlibat dalam obrolan. Bahkan, mereka tak saling menyapa.

Baik Bright maupun Win seakan lupa dengan kenangan kebersamaan mereka, bagaimana mereka pernah tertawa bersama, saling memberikan kenyamanan, hingga pernah tinggal bersama.

Semua itu tak ubahnya dengan mimpi, seperti bunga tidur yang akan menjadi kenangan samar ketika terbangun.

Win yang tengah menyusun kembali kehidupannya yang sempat dibuat berantakan oleh Bright.

Dan Bright yang mencoba memberi jarak antara dirinya dengan Win agar pemuda itu lekas pulih dari keterpurukan serta rasa sakitnya.

Menjauhi orang yang dicintai bukanlah suatu perkara yang mudah, itu terasa sangat sulit dan begitu menyiksa.

Hal itu yang dirasakan oleh Bright ketika berusaha menjauh dari Win, sosok pemuda yang sangat ia cintai. Begitu sulit dan menyiksa, hingga rasanya Bright hampir kehilangan seluruh kewarasannya.

Bagaimana tidak?

Bright harus menahan mati-matian rasa rindunya pada Win, membangkitkan sisi warasnya agar tidak menghampiri Win dan membawa tubuh pemuda itu ke dalam dekapannya.

Karena sungguh demi apa pun Bright sangat merindukan pemuda manis bergigi kelinci itu.

Namun, jika ditanya perihal tentang apakah Bright menyesal karena telah melepas Win atau tidak, maka Bright akan menjawab bahwa tidak ada penyesalan mengenai keputusannya itu.

Bukan karena rasa cinta Bright yang dangkal, tetapi melainkan karena Bright sadar jika Win bersamanya, pemuda itu tidak akan bahagia.

Ya, Bright ragu dengan dirinya sendiri.

Jadi, Bright merasa lebih baik seperti ini. Tak apa meskipun ia harus menahan mati-matian rasa rindunya, tak apa meskipun ia hanya bisa memandang Win dari kejauhan.

Bukan perasaan kesal atau marah saat Win dekat dengan orang lain, terutamanya Dew yang mana sahabatnya sendiri, melainkan rasa sedih.

Bright sedih karena ia tahu bahwa dirinya dengan Win tidak akan pernah bisa dekat lagi.

Apakah Bright menyerah?

Jawabannya adalah iya.

Ketakutan untuk menyakiti Win kembali memenuhi isi pikiran serta hatinya. Cukup saat itu saja dirinya membuat Win terluka dan Bright tak mau hal yang sama terulang lagi.

Bright yakin bahwa Win akan menemukan kebahagiaannya. Dan Bright pun yakin kebahagiaan Win adalah dengan tidak bersamanya.

Siapa dirinya?

Seorang lelaki yang bahkan tak memiliki keluarga utuh. Seseorang yang selalu kesepian. Seseorang yang kehadirannya seperti tak ada. Bright merasa ia tidak memiliki sesiapa pun.

Alea pun telah pergi untuk selamanya, gadis itu menyerah pada penyakit yang dideritanya.

Dan tak lama lagi gilirannya.

Dengan begitu Win akan merasa lebih nyaman, pemuda itu tidak harus mengingat luka di hatinya ketika ia melihat Bright.

Jika ditanya apa Bright masih mencintai Win atau tidak, maka Bright dengan tegas akan menjawab iya.

Bumantara Chandra [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang