-27-

288 31 14
                                    

"Kamu kenapa, Bright? Aku perhatiin akhir-akhir ini kamu lebih banyak diam dan melamun. Kamu ada masalah?" tanya Alea yang merasa khawatir pada Bright.

Pasalnya akhir-akhir ini lelaki itu seringkali kehilangan fokus dan lebih banyak melamun.

Sudah hampir dua Minggu setelah kejadian di mana Bright benar-benar melepaskan Win dengan berat hati.

Salah satu mimpi terburuk dalam hidup Bright. Karena bagaimanapun juga Win sudah menjadi bagian dari dunia Bright. Jadi, ketika Bright melepas Win, dunia Bright juga ikut hancur.

Meskipun begitu, ada rasa lega di dalam diri Bright. Karena dengan begitu Win tak lagi tersakiti olehnya, Win sudah tak lagi sedih karena dirinya.

Salah satu penyesalan terbesar dalam hidup Bright ketika membuat Win menderita karenanya, membuat Win harus merasakan sakit hati karena keegoisannya.

Bright pun sadar jika rasa sakit kehilangan yang saat ini tengah ia rasakan tak sebanding dengan luka yang sudah dirinya berikan pada Win.

Mulai dari kebohongan hingga banyak janji yang telah ia ingkari.

Mengingat itu membuat Bright semakin didera rasa bersalah yang semakin besarnya.

"Bright?"

"Ah—iya Lea?"

"Kamu gak apa-apa kan? Apa kamu lagi ada masalah? Kalau iya, kamu bisa cerita ke aku kok."

Bright tersenyum. "Aku baik-baik aja, gimana makanannya enak?"

"Enak, aku suka. Sejak kapan kamu jadi jago masak gini?"

"Aku belajar dari seseorang," jawab Bright dengan senyuman yang masih menghiasi wajahnya.

Alea memandang wajah Bright dengan raut bingung. "Lo gak mungkin belajar dari Gulf 'kan?"

"Kamu habisin makanannya ya, terus aku anterin kamu pulang, udah malam. Kamu harus istirahat."

Alea memanyunkan bibirnya seakan tak rela kalau harus pulang. Ia masih ingin bersama dengan Bright.

"Bright, aku masih mau di sini. Aku masih belum mau pulang. Aku masih mau sama kamu di sini."

"Besok kan kita masih bisa ketemu."

"Bright."

"Iya?"

"Apa aku masih bisa buat sembuh? Aku udah capek setiap hari harus kontrol ke dokter, aku udah muak terus-terusan minum obat. Rasanya sakit Bright, kadang aku ngerasa gak kuat buat nahan rasa sakitnya. Perlahan penyakit ini menggerogoti tubuh aku." Alea menunduk dengan bahu bergetar karena menangis.

Bright mendekat dan merengkuh Alea, sesekali tangannya mengelus rambut gadis itu. Mencoba memberikan ketenangan.

"Hei, kamu ngomong apa sih? Kamu pasti sembuh, aku akan selalu ada buat kamu sampai kamu kembali sehat. Jadi, kamu jangan khawatir ya? Kamu gak sendiri, kamu masih punya aku yang selalu ada buat kamu," hibur Bright dengan suara lembut.

Tangis Alea perlahan mereda. "Makasih, Bright."

Bright hanya tersenyum sebagai jawaban. "Udah malam, aku antar kamu pulang ya?"

Alea mengangguk dan ikut berjalan mengekori Bright.

Akhirnya setelah menempuh perjalanan, mereka sampai di rumah Alea.

"Sebentar, Bright."

Alea mencegah Bright yang ingin keluar dari mobil. Membuat Bright menatap Alea dengan pandangan bertanya.

"Ada yang mau aku omongin," ujar Alea lirih.

"Boleh, mau ngomongin apa?"

Bright mengurungkan dari membuka pintu mobil dan beralih menatap wajah Alea. Menanti apa yang akan gadis itu katakan.

Bumantara Chandra [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang