Lima belas

230 29 7
                                    

"Udah lama ya kita gak ketemu, kamu apa kabar?"

Bright yang semula fokus pada ponsel genggamannya, kini menoleh untuk melihat Alea yang juga tengah memandang ke arahnya.

Tatapan mereka bertemu dan saling mengunci.

Ingatan masa lalu dengan gadis itu hadir begitu saja tanpa diminta, terus mengalir hingga memenuhi isi kepala Bright.

Dipertemukan kembali dengan orang yang menurutnya berarti setelah berpisah lama membuat perasaan Bright campur aduk.

Alea merupakan sahabat yang paling dekat dengan Bright, orang yang selalu ada ketika lelaki itu berada dalam kondisi paling terpuruk. Bisa dibilang Alea selalu ada untuk Bright, bahkan ketika lelaki itu berada di fase titik terendahnya.

Gadis itu juga pernah menjadi tumpuan bagi Bright untuk terus bertahan di tengah sulitnya hidup.

Dan lebih jauhnya lagi, Bright pernah menaruh perasaan lebih terhadap gadis itu.

Seperti kebanyakan orang bilang jika tidak ada persahabatan murni di antara dua orang yang berlawanan jenis, dan Bright tidak bisa menyangkal itu ketika perasaan nyaman dan kehangatan yang Alea tawarkan rupanya mampu menumbuhkan perasaan lain di hati Bright.

Bright terjatuh dalam pesona Alea, lelaki itu luluh dengan sikap dan perlakuan yang Alea berikan untuknya. Setiap perhatian dan kehadirannya membuat perasaan Bright semakin menguat dan berkembang semakin menjadi.

Bagi Bright saat itu Alea sama halnya dengan air di tengah gurun pasir yang tandus. Kehadirannya membawa kesegaran untuk Bright, sesuatu yang sangat Bright butuhkan.

Namun, kenyataan pahit harus Bright telan ketika hari di mana ia ingin mengungkapkan perasaannya dan meminta gadis itu menjadi pacarnya, Alea pergi menghilang tanpa kata.

Keberanian yang sudah Bright pupuk dari lama, lelaki itu sudah mengumpulkan tekadnya dari jauh-jauh hari, ia sudah siap dengan risiko yang akan ia hadapi. Meski rasa takut hubungan persahabatannya akan rusak sangat besar, rupanya itu tak membuat Bright gentar untuk mengaku, karena perasaan itu jauh lebih menyiksanya jika tida ia ungkapkan.

Jadi dengan modal keberanian dan tekad yang ada Bright tetap pada pendiriannya untuk mengaku pada Alea mengenai perasaan yang ia punya terhadap gadis itu. Namun, ternyata semua itu harus sirna bahkan sebelum Bright memulai.

Bright belum sempat mengaku ketika Alea memilih pergi tanpa pamit. Ia hanya dibekali sepucuk surat yang sampai sekarang tidak pernah Bright buka kembali.

Membukanya sama halnya dengan membuka lagi luka di masa lalu. Karena bagaimanapun itu surat perpisahan.

Bright tidak akan pernah lupa bagaimana rasa sakitnya, kekosongan dan kehampaan yang ia rasakan ketika ia mulai membaca satu demi satu kata dalam surat itu.

Setiap kata dari surat itu seperti anak panah yang menusuk tepat ke dalam ulu hati Bright. Begitu perih dan tak tertahankan.

Meskipun begitu, Bright masih menyimpan surat itu.

Surat itu masih tersimpan rapi di laci nakas kamarnya, dan tak tersentuh dari lama.

Bright hampir putus asa dan sulit berdamai dengan kondisinya saat itu. Ditinggalkan oleh orang yang sudah ia anggap sebagai pusat dunianya, seseorang yang Bright yakini sebagai takdirnya, tumpuannya, bahkan rumahnya untuk pulang.

Aku berjanji setelah urusanku selesai aku akan kembali dan aku akan menemuimu.

Jika bukan karena penggalan kalimat terakhir dari surat itu, mungkin Bright sudah menyerah dan memilih untuk mengakhiri hidupnya.

Bumantara Chandra [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang