Shella duduk sendirian di kelas dan tidak pergi ke kantin karena tidak ada yang ingin berteman dengannya, termasuk Renna, Tasya, ataupun Clariska.Jangankan untuk berteman, bahkan mereka tidak ingin berdekatan dengannya.
Vino datang membawakan burger dan juga kebab serta jus lalu duduk di samping Shella. "Dimakan ! Jangan galau mulu," ucapnya.
"Gue nggak punya temen lagi Vin," ucap Shella.
"Siapa bilang hah ? Kan masih ada gue," ucap Vino dengan sangat tulus dan sangat berbeda saat ia bersama dengan orang lain.
"Mereka semua jijik sama gue, kenapa lo enggak ?" Tanya Shella karena Vino memang selalu berada di sampingnya dan selalu menemaninya seperti apapun keadaannya.
"Mau kaya gimanapun elo, gue nggak akan pernah jijik." Ucap Vino sambil tersenyum manis dan senyuman itu tidak pernah ada yang melihatnya selama ia bersekolah di SMA ini. "Teman yang baik itu nggak akan ninggalin lo di saat yang kayak gini, dan kebahagiaan itu terbit dari diri sendiri bukan dari orang lain. Jadi, lo harus selalu bahagia walau pun tanpa temen." Ucap Vino lalu menarik kedua sudut bibir Shella membentuk senyuman.
"Gue boleh minta tolong nggak ?" Ucap Shella.
"Apa hm ?" Tanya Vino dengan lembut.
"Gue mau temenan sama Aylin dan yang lainnya, bisa kan ?" Ucap Shella.
"Kalau lo udah bilang ke gue, anggap aja udah beres." Ucap Vino walau ia sedikit ragu kalau Aylin dan yang lainnya mau atau tidak.
"Bego banget nih cowok, diporotin aja dia mau." Batin Shella
***
Aylin sedang menggoreng bakwan untuk Santi, tapi dia merasa tidak tenang karena tidak mengetahui tentang kabarnya Hasbi. "Aku telepon aja kali ya ? Tapi dia pasti ke-gr-an, kalau nggak ditelpon akunya yang nggak tenang. Telpon aja lah, ntar cari alasan apa kek." Gumamnya sambil mondar-mandir lalu ia mulai menelpon Hasbi.
"Aku harus ngomong apa ya ?" Batin Aylin saat telponnya sudah di jawab. "Halo, kamu udah beli persiapan camping belum ? Atau mau bareng aku aja ? Soalnya aku nggak punya temen yang bisa diajak belanja nih," ucapnya sambil menggigit bibir bawahnya.
"Emangnya Stevanny mana ?" Tanya Hasbi di seberang telpon sana.
"Loh, ini nomornya Kak Abi ya ? Aku kira nomornya Hasti, soalnya kan nama Hasbi sama Hasti itu mirip." Ucap Aylin dengan sedikit gugup. "Maafin Aylin pah, tapi Ay janji setelah ini Ay nggak bakal bohong lagi," batinnya.
"Bukannya nama aku di kontak kamu itu Kak Abi ?" ucap Hasbi sehingga Aylin merasa sangat malu, "kok tau," ucapnya dengan refleks.
"Anjir, keceplosan." Ucapnya lagi sambil menepuk jidatnya sehingga Hasbi langsung tertawa.
"Kalau kangen bilang aja Ay, gak usah gengsi !" Ucap Hasbi.
"Enggak kangen kok, cuma mau nanyain Kenapa nggak masuk hari ini ? Itu aja kok soalnya tadi pak Agus nanya ke aku," ucap Aylin dan kali ini ia berbohong lagi.
"Kenapa Pak Agus nanya ke kamu ya ? Padahal aku udah izin buat beberapa minggu," padahal Hasbi mengetahui kalau Aylin berbohong, tapi ia berkata kata seperti itu agar Aylin mengatakan langsung kalau gadis itu sedang merindukan nya.
"Mungkin udah pikun kali," jawab Aylin asal asalan.
"Baru juga sehari, udah kangen aja." Ucap Hasbi sambil tersenyum lebar yang sayangnya tidak bisa dilihat oleh Aylin.
"Siapa yang kangen ?" Ucap Aylin.
"Pak Agus lah yang aku maksud, emangnya siapa lagi ?" Sahut Hasbi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My guardian Angel [ON GOING ]
Ficção Adolescente"Hanya sekedar menjaga, tapi tidak bisa memiliki" *** "Ay," "Pembunuh gak pantes sebut sebut nama aku !" "Aku harus gimana lagi biar kamu percaya Ay ?" "Nyawa dibalas dengan nyawa" "Kamu mau aku mati ?" "Iya" "Kalau kematian aku buat kamu bahagia, m...