Bab 1

6K 332 2
                                    

Maaf typo bertebaran.....












Eung......ringkih pelan pemuda yang sedang mencoba untuk membuka matanya. Pemuda itu seketika mengedarkan matanya kearah ruangan putih tersebut yang diyakini adalah kamar VVIP di rumah sakit.

Ia memaandang kedepan pintu yang dijaga oleh bodyguard. Ia juga melihat sekeliling ruang dimana sama sekali tidak ada seseorang yang dimintai tolong untuk mengambilkan air minuman.

"Tolong..." pekik pelan pemuda tersebut dan disadari oleh bodyguard yang kebetulan akan memeriksa tuannya.

"tuan muda sudah siuman?" Bodyguard tersebut langsung berlari kearah pemuda tersebut sambil menekan tombol darurat pasien.

Tak lama masuklah dokter serta suster yang memeriksa keadaan pemuda tersebut.

"apakah ada yang pusing? Apakah kamu bisa mendengarkanku? Bagaimana? apa yang kamu rasakan sekarang?" tanya dokter itu namun pemuda itu tak pernah menjawab pertanyaan yang dilontarkan.

Ia kini menoleh menatap sendu kearah jendela kaca bangsalnya yang membuat mata lebar berwarna hijau zamrud itu direndam oleh air.

Dia adalah Devan Indra Herlambang pemuda yang berjuang selama 3 tahun menghadapi koma namun ia harus menyerah untuk berjuang kembali saat umurnya menginjak 17 tahun.

Flasback Devan.........

Hari ini seperti biasa ia akan mendengarkan orang-orang yang mengunjunginya entah itu bermaksud baik ataupu buruk.

Pintu bangsal seperti di buka dan ia mendengarkan langkah sepatu pria serta wanita yang berjalan ke arahnya. Sejak awal koma ia memang bisa sadar akan dunia luar, namun tubuhnya saja yang tidak ingin bangun.

"heh mas, bagaimana ini?" tanya wanita tadi yang duduk disebelah devan.

"aku juga bingung, rasanya ingin sekali mengakhiri drama orang tua baik ini, sangat merepotkan" ucap pria yang menemani wanita tersebut.

"aku pikir dengan keeceelakaan tersebut bocah ini akan segera mati, namun merepotkannya ia malah koma, bahkan sudah 3 tahun berlalu"

Deg.....

Devan yang sejak tadi mendengarkan pembicaraan ke dua orang tua tersebut kaget bukan main. Ia yakin jika kedua orang tersebut adalah papah dan mamahnya yang selalu sibuk dengan pekerjaan kantor hingga tak ada waktu untuk mengurus dirinya dan adik-adiknya.

"kalau bukan karena pak tua itu, aku sudah pasti menyerah dengan anak ini" ucap pria itu yang berhasil menghancurkan harapan yang ada di hati devan.

"apa yang harus kita lakuin mas, aku sudah muak berpura-pura bersedih di depan orang-orang, anak ini seharusnya mati sejak dulu, sangat merepotkan seperti orang tuanya saja" sahut wanita itu yang membuat Devan lebih terkejut lagi.

Pasalnya ia tak menyangka jika kedua orang tuanya selama ini bukan orang tua kandungnya. Pantas saja ia merasa terabaiakan selama ini. Ia hanya berfikir bahwa kedua orang tuanya itu sibuk sehingga melupakan anak-anaknya.

"mas juga bingung,selama ini kita diam-diam mengacuhkan anak ini, sampai berimbas ke anak kandung kita sendiri, untung ketika ia pergi sekolah asrama, kita bisa membalas kasih sayang yang jarang di dapat anak-anak kita" hal ini sontak membuat Devan merasa hatinya lebih hancur.

Faktanya, sebenarnya ia selalu tahu bahwa orang tuanya selalu menemani adik-adiknya saat ia sedang tidak ada dirumah. Ia kira mungkin ini cuma kebetulan tapi ternyata.......

"walaupun terkadang ada rasa iba bahwa ia anak dari kakak kamu namun mengingat perlakuan orang tua itu yang lebih condong kearah kakakmu membuatku muak dengan anak ini"

Stevan B. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang