Bab 8

2.1K 145 2
                                    

Hai......Stevan kembali lagi......
selamat membaca 🙏

Maaf kalau typo ya

















"Hoam........ukh......." pemuda yang tadinya terlelap kini menampakkan netra hijau zamrudnya.

"Berat.....apa ini" gumam Stevan yang sekarang posisi tidurnya miring ke kiri. Stevan kemudian melihat ke belakang benda apa yang membuat tubuhnya berat dan ternyata itu adalah tangan papahnya yang sedang memeluk stevan. Melihat papahnya belum bangun saat ini, tiba-tiba ide jail Stevan muncul.

Ia kemudian memindahkan tangan papahnya dengan hati-hati agar sang empu tidak terbangun kemudian ia duduk dan mengambil spidol warna di dalam nakas kamarnya. Ketika ia akan meletakkan ujung spidol pada wajah papahnya, netra biru laut itu terbuka dan menatap langsung ke wajah Stevan. Sontak Stevan kaget hingga terjungkal ke belakang.

"Aduh....sakit......"pekiknya lirih, karena terjatuh sendiri.

Rangga yang melihat Stevan terjatuh kini turun dari kasurnya dan menghampiri Stevan. Ia mengangkat tubuh bocah mungil ini dan mengusap pelan bokongnya agar mengurangi rasa sakit.

"Kamu tadi mau ngapain hah?" Tanya Rangga yang teringat kejadian tadi.

"Eng.....nggak...ngapain-ngapain kok, papah nih curigaan deh...." ucapnya sedikit tergagap namun ia normalkan segera.

"Lalu kenapa tadi papa lihat spidol, kamu mau menggambar diwajah papah" lanjut Rangga ingin tahu alasan apalagi yang akan dibuat anak itu.

"Ih......papah salah liat kali.....tadi Stevan tuh ya cuma liat wajah papah yang tamvan itu loh....terus kan Stevan baru tau bulu mata papa tu panjang jadi Stevan pengin pegang gitu" cerita Stevan yang dengan cepat mencari alasan sambil memuji papahnya.

"He......benar begitu Stevan" tanyanya lagi ingin melihat kebenaran dimata anaknya.

Stevan yang di tanyai menggangguk dengan serius dan menatap mata papahnya dengan lebar. Rangga yang dilihat begitu akhirnya luluh, ia hanya ingin tahu anaknya apakah bisa jujur atau tidak yah walaupun ia kalah dengan keimutan Stevan, tapi ia harus memberikan pendidikan kepada bocah itu supaya tidak berbohong.

"Baiklah kalau begitu, tapi ingat ya Stevan...kamu tidak boleh berbohong, berbohong itu merugikan diri sendiri dan orang lain, papah tidak suka kalau anak-anak papah berbohong, selama kita hidup kejujuran harus dijunjung tinggi ya sayang" ucap sang kepala keluarga kepada anak yang masih ada di gendongannya.

Stevan yang mendengar hal itu sontak tersipu, ia tidak pernah mendengar nasehat dari orang tuanya. Ia menggangguki perkataan Rangga. "Maafin Stevan pah, tadi Stevan sebenarnya hanya ingin mencoret sedikit muka papah pakai spidol ini" tunjuk Stevan ke spidol berwarnanya.

Mendengar pengakuan anaknya itu Rangga merasa gemas dan akhirnya ia menghap.....pipi Stevan ketika sang empu menunduk minta maaf.

"Ih....papah apaan sih....hiks...pipi Stevan kok dimakan....kan Stevan tadi udah minta maaf hiks..hiks....hua....mamah...."

Mendengar teriakan anaknya yang ada di kamar, Maria segera menuju kekamar Stevan untuk melihat anaknya yang tercinta itu.

"Ada apa sayang kok nangis gini" Maria mengambil alih gendongan Stevan dari suaminya dan menepuk lembut punggung anaknya agar tidak terus menangis.

"Hua...mamah...lihat pipi Stevan...hiks...masa dimakan sama papah...hiks...padahal Stevan hisk....sudah minta maaf....hiks....hiks..."Stevan menunjukkan pipi yang ada bekas air liur papahnya kepada mamahnya itu.

"Hush....sayang berhenti nangis ya.....coba tanya papah dulu kenapa digigit begitu...." Maria yang mendengar penuturan anaknya sontak melihat suaminya untuk menjelaskan apa yang terjadi.

Stevan B. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang