Bab 17

294 25 1
                                    

Sebulan telah berlalu.....
Kehidupan Stevan kini berjalan dengan lancar, dia juga sering dikunjungi oleh Abangnya Sandra yang mungkin telah menyelesaikan syuting dan Selden yang sering kali bervidio call untuk memastikan keadaan stevan karena tak mungkin untuk Selden menemui langsung adikanya itu, walaupun ia sedikit kecewa dengan ketidak hadiran kedua orangtuanya Serta Abang pertamanya. Ia tidak mau merepotkan mereka. Stevan tau jika orangtua dan abangnya itu sangat sibuk dengan pekerjaan apalagi ini menyangkut urusan negara jadi Stevan memaklumi hal tersebut.

Hari-hari yang dijalani juga sudah menyenangkan dikediaman Oliver, dia juga menjadi dekat dengan Nio serta Tony yang sering berkunjung kemansion ayahnya. Bahkan hari ini mereka kembali berkumpul Dimansion karena ini merupakan hari libur.

"Bang Nio cepet kesini" teriakan Stevan dari luar, tepatnya dari taman belakang mansion.

"Iya dek, bentar, Abang lagi ngambil camilan" ucap Nio sedikit berteriak agar didengar oleh Stevan.

Tak berselang lama, kini Nio telah membawa troli berisi makanan serta minuman yang akan mereka makan saat mengobrol nanti.

"Lama amat bang, lagian suruh maid aja lah, kenapa Abang yang repot harus ngambil sih" ucap Stevan tak habis Fikri.

Ya gimana tidak, Abang satu ini selalu merepotkan diri sendiri, padahalkan ada maid sama bodyguard yang bisa membantu, terus gunanya mereka dibayar buat apa kalau tidak dimanfaatkan kerja. Stevan tak mau kalau seseorang memakan gaji buta ya.

"Gak papa Stev, Abang emang lagi pengen kedapur, jadi sekalian ambilin kalian cemilan" ucap Nio yang kini duduk di hadapan Stevan.

Disana terdapat empat orang yaitu Stevan, Bastian, Nio serta Tony yang sedang berkunjung dimasion.

Mereka berjanda eh... maksudnya mereka bercanda gurau di iringi gelak tawa dan perdebatan dari Stevan dan Bastian.

"Bang Tony, Stevan pengen dong ke sekolah Abang" celetuk Stevan ditengah perdebatannya dengan Bastian.

"Untuk apa Stev, kamu mau masuk sekolah Abang kalau sudah lulus Hem..."

"Nggak tau bang, cuma penasaran aja, tau sendiri Stevan cuma bisa keluar dari mansion pas sekolah doang" ucap Stevan sambil merebahkan kepalanya diatas meja.

"Hemm, Abang pikir-pikir dulu ya, takutnya kalian nggak nyaman disekolah Abang.

"Emangnya sekolah Abang yang mana" celetuk Nio penasaran.

"Itu sekolah Abang di SMP bumi satu, takutnya kalian nggak aman disana" ucap Tony.

Sekedar informasi, SMP bumi satu merupakan SMP ternama dikota itu, selain sering menggaet banyak prestasi, disana juga terdapat anak-anak orang berpengaruh dan banyak geng-geng kuat terbentuk di SMP ini dan pastinya akan diteruskan di masa SMA mereka yaitu SMA harapan satu yang juga terkenal dan masih tergabung dalam SMP bumi satu.

"Wih Abang keren, Bastian juga kepengen masuk SMPnya Abang tau gak, disana pasti banyak geng-geng kuat....Bastian cita-cita mau gabung gitu supaya nggak monoton sama si pendek" ucap Bastian sambil melirik Stevan.

"Ih apaan sih tiang Pancoran, Stevan nggak pendek ya, kamu aja yang ketinggian" cebik Stevan dengan kesal.

Mendengar pertengkaran mereka berdua Tony dan Nio tersenyum kecil. Mereka tahu bahwa keduanya kalau sudah berdebat ujung-ujungnya Stevan akan ngambek.
.
.
.
.
.

Di tempat lain, tepatnya diperusahaan OTC (Oliver Technologi Company) terdengar suara bentakan kasar dan aura mencekam di ruangan presiden tersebut.

"Bagaimana kalian kerja hah!!" Ucap pria berjas abu-abu itu yang melemparkan beberapa lembar kertas kedepan hingga tersebar.

Stevan B. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang