Bab 15

794 68 0
                                    

Hai pembaca Stevan update lagi, hampir aja author lupa kalau harus update......
Selamat membaca ya......

"Kring.........kring....kring....."
Bel pulang sekolah berbunyi, murid-murid SD semuanya berkemas untuk segera pulang.

Dikelas 2B Stevan dan Bastian juga berkemas dengan barang-barang mereka.

"Stev tungguin abang dong" ucap Bastian saat melihat Stevan sudah selesai berkemas dan ingin keluar kelas.

"Ya elah bang, lama banget, mangkanya kalau tadi dikasih tugas cepet dikerjain jadinya pas pulang enak beres-beres barangnya" ucap Stevan.

"Bukan gara-gara Abang nggak mau kerjain, tapi tu soal susah banget stev, jadinya Abang malas mau ngerjain" Bastian membuat alasan lagi, padahalkan emang gara-gara Bastian males aja kerjainnya.

"Enggak kok bang, buktinya Stevan bisa tuh, masa Abang nggak bisa" jawab Stevan tak percaya.

"Yaelah, itu mah emang kamunya aja yang pinter banget, masa kamu bisa cepet selesai cuma dalam waktu sepuluh menit" ucap Bastian sedikit heran, pasalnya ia sendiri termasuk murid yang pintar tapi masih bisa kalah dengan Stevan yang benar-benar diluar prediksi BMKG. Masa 50 soal bahasa inggris dan matematika diselesaikan dalam waktu sepuluh menit, kaya impossible banget nggak sih.

"Hehehehe....... kebetulan kali bang, lagian kan soalnya pilihan ganda jadi tadi Stevan asal pilih aja" bohongnya.

Ia tak mau mengakui bahwa ia merupakan murid berprestasi di SMPnya dulu, bahkan ia sering mengikuti olimpiade dan lomba-lomba lainnya.

"Nih dah beres, Ayuk kita turun" ucap Bastian.

Mereka kemudian menuju ke lift, Stevan ingin menekan tombol lantai 1 tapi tiba-tiba Bastian menekan tombol lantai 5.

"Bang ngapain ke lantai lima?" Tanya Stevan

"Abang mau lihat-lihat stev, kayanya di lantai lima ada ruangan laboratorium, lapangan basket, sama kolam renang, Abang pengen main ke lapangan basket " ucap Bastian antusias.

"Tapi bang, nanti kalau kak Clara udah sampai gimana?" Tanya Stevan.

"Nggak mungkin, kak Clara ada jam ngampus sampai pukul dua siang, sedangkan ini masih jam 11 an" balas Bastian.

"Udah deh ikut aja, kita seru-seruan disana" lanjut Bastian tak menerima bantahan dari Stevan.

Sampai di lantai lima, mereka masuk ke lorong dan melewati laboratorium, mereka berjalan lurus dan akhirnya sampai di lapangan basket.
Lapangan ini sengaja di taruh di lantai lima yang memungkinkan kegiatan pembelajaran seperti olahraga terjadi di dalam gedung agar tidak terjadi kecelakaan yang tidak di inginkan apabila ada diluar gedung. Sekolah ini sangat mementingkan keamanan muridnya, makanya semua kegiatan sekolah pasti ada dalam gedung sekolah.

"Sini stev, temenin Abang main" ucap Bastian mengambil bola basket yang ada di pinggir lapangan.

(Kalian penasaran kenapa bocil SD bisa main basket? Inget ya ini mereka dari keluarga terpandang yang tentunya harus bisa menguasai ketrampilan baik bidang akademik maupun non akademik dari kecil. Jadi udah nggak diragukan kalau mereka kecil-kecil cabe keriting ✌️)

"Nggak ah bang, Stevan nggak bisa main" bohong Stevan.

Saat dulu Stevan menjadi Devan dia adalah kapten tim basket sekaligus Ace nya, mana mungkin dia tidak bisa main basket.

"Nggak papa, Abang ajarin deh" ucap Bastian menarik Stevan ke tengah lapangan basket.

Bastian mulai mendribel bola, dia menunjukkan kepada Stevan bagaimana mendribel bola yang baik.

Stevan B. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang