Setelah kejadian dimana ia diputuskan tinggal bersama omnya, Stevan kini menjadi sedikit terdiam dengan keluarganya. Bahkan pada saat dia diantar menuju rumah omnya pun dia tetap diam dan tak merengek sama sekali.
Mobil Alphard keluarga yang melesat mengikuti jalanan panjang kini berisi semua keluarga Stevan yang akan menuju ke keluarga om Ardi.
Hari ini adalah hari dimana Stevan akan tinggal dengan omnya, walaupun ia merasa sedikit tak senang, namun dia juga tidak mau membuat keluarganya lebih khawatir. Cukup tahu diri dan terima keputusan keluarganya.
"Adek....kenapa diem aja?" Tanya Sandra tak suka dengan keheningan didalam mobil.
"Nggak papa bang, adek cuma males aja ngomong" jawab Stevan seadanya.
Dia kini tengah menyandarkan tubuhnya ke kursi belakang, dia mengamati jalan di luar mobil yang kini sudah memasuki wilayah pribadi.
Mobil itu berhenti di sebuah mansion yang dibilang tak jauh lebih besar dari milik keluarganya namun dengan model atau gaya modernnya.
Sebenarnya Stevan terkagum-kagum dalam hati melihat mansion ini, namun kekagumannya lebih kecil di bandingkan rasa kekecewaannya.
Mereka berenam turun dari mobil dan menuju ke mansion itu. Sesampainya di depan pintu sudah ada yang menyambut mereka.
Ya siapa lagi kalau bukan om Ardi dan anak-anaknya."Halo Stevan, perkenalkan om ini Ardi Stevio Oliver, kakak dari ibu kamu dan yang disebelah kanan Om ini anaknya om, ayo perkenalkan diri kalian" sambut om Ardi ketika mereka sudah duduk diruang keluarga.
"Halo, aku Clara Diana Oliver panggil aja kak Clara aku udah umur 17 tahun, kalau ada apa-apa adek bisa cerita ke kakak, kalau adek mau jalan-jalan adek bisa ngajak kakak juga" ucap Clara sebagai anak pertama keluarga Oliver.
"Halo kak, aku Stevan" ucapnya sedikit lirih, tapi dia senang ternyata ia bisa punya kakak perempuan juga.
"Ih....kak Clara main nyerobot aja, Bastian kan pengen duluan kenalan" ketus anak kecil seusia Stevan, tapi lebih tinggi dari Stevan, karena ia tumbuh normal nggak kaya Stevan yang cebol.
"Salah sendiri malu-malu dibelakang ayah, kan lama nunggu kamu kenalan dek" jawab Clara tak mau kalah.
"Hei... sudah-sudah jangan bertengkar lagi, Bastian kamu juga, kenalkan dirimu dengan baik" tegur Ardi jengah melihat tingkah kedua anaknya itu.
"Em...." jawab Bastian sambil berlari menuju ke hadapan Stevan, ia menatap mata Stevan dengan lekat dan memperkenalkan diri.
"Halo Stevan nama aku Bastian theo Oliver, kita seumuran ya, tapi aku pengen kamu panggil Abang karena kamu lebih pendek dari aku" dia memperkenalkan diri dengan antusias dan menepuk pucuk kepala Stevan seperti menenangkan anak baik.
"Em.....Abang bastian"Stevan yang diliat dengan mata berbinar seperti itu harus pasrah, dia tak tega untuk tidak menuruti perkataan saudara yang baru dikenalnya.
"Yey......!!!.mwah..."pekik Bastian senang dan mencium pipi Stevan.
Sang empu yang punya pipi kini bersemu merah karena malu. Ia jarang malu didepan keluarganya seperti ini, apalagi sama beberapa orang yang baru dikenalnya.
Keluarga Stevan yang melihat interaksi mereka merasa lega, mereka sangat tenang melihat Stevan sedikit tidak canggung lagi.
"Bang Ardi, aku titip Stevan dulu ya bang, aku sama Rangga akan kembali ke militer, kalau ada apa-apa hubungi kami bang, aku takut kejadian dulu terulang lagi" ucap Maria disela-sela obrolan ringan mereka.
"Tenang aja dek, Abang jagain keponakan Abang, lagian Stevan mungkin akan lebih terbuka kalau berada disini, karena ada teman main seperti Bastian" ucap Ardi menenangkan Maria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stevan B. [END]
Ficção AdolescenteBagaimana rasanya jika seorang Devan Indra Herlambang anak sulung dari keluarga Herlambang dinyatakan koma dan ternyata meninggal saat usianya genap 17 tahun? Hal ini sontak membuat keluarga Devan yang selama ini telah menjaga dan merawat devan sela...