Dinner

374 43 0
                                    

Hening, itulah kata yang tepat untuk menggambarkan suasana saat sarapan antara Reyhan dan Mahen pagi ini. Hanya suara dentingan piring dengan alat makanlah yang kini memenuhi atmosfer disekitar kakak beradik itu.

Keduanya menikmati sarapan masing-masing dengan khidmat, beberapa menit kemudian Mahen selesai terlebih dahulu.

"Nggak usah buru-buru" Ucap Mahen yang menyadari kalau Reyhan sedikit mempercepat cara makannya.

"He-em" Jawab Reyhan dengan mulut yang penuh akan makanan, Mahen hanya terkekeh kecil.

Setelah keduanya selesai, Reyhan pun segera bersiap-siap untuk berangkat, sebelum benar-benar berangkat Reyhan tidak lupa untuk berpamitan kepada sang kakak yang kini sudah duduk di sofa ruang tamu, ia nampak sibuk dengan laptopnya.

Hari ini Mahen tidak pergi ke kampus, ia sedang liburan selama satu Minggu.
Tetapi walaupun sedang libur dan diam dirumah, tugas-tugasnya harus tetap ia selesaikan.

"Kakak, Reyhan mau berangkat sekolah dulu ya, kak"

Atensi Mahen yang awalnya fokus pada laptop dihadapannya pun seketika berganti ke sosok laki-laki mungil yang sudah berdiri disampingnya.

"Hah? Oh iya, mau kakak anterin?" Reyhan menggeleng cepat.

"Enggak usah, kak. Reyhan udah biasa berangkat bareng Jevan"

"Beneran?"

"Iya"

"Obatnya udah di minum kan tadi?"

"Udah, kak"

Mahen terdengar menghela nafas.

"Yaudah kalau gitu hati-hati. Bilangin ke Jevan, kalau lagi naik motor jangan kebut-kebutan. Bahaya"

"Iya, kak"

Reyhan mencium punggung tangan yang lebih tua, Mahen reflek terkekeh kecil dan memberikan satu kecupan kecil di pucuk kepala Reyhan. Setelahnya ia yang merasa gemas pun mengacak pelan rambut Reyhan yang baunya sangat wangi, begitu pula dengan sekujur tubuhnya. Sangat wangi dan menggemaskan bagi Mahen.

_________________

Reyhan berjalan disepanjang koridor sekolah dengan langkah yang disertai lompatan-lompatan kecil, kedua belah bibirnya tidak berhenti tersenyum lebar sejak tadi.
Hal itu membuat Jevan yang melihatnya jadi tidak kuasa menahan rasa penasarannya.

"Keliatannya lagi bahagia banget, nih. Sampe senyumnya nggak luntur-luntur dari tadi. Cerita dong sama gue, gue penasaran tau" setelah duduk di bangkunya Jevan berucap sambil mencolek dagu Reyhan, ia berniat menggoda sahabatnya yang wajahnya terlihat berseri-seri pagi ini, tidak seperti biasanya yang muram dan pucat.

"Hmm nggak ada apa-apa kok Van, cuman lagi seneng aja hehehe"

"Kak Mahen udah nggak cuekin gue lagi sekarang, gue seneng banget"

"Wah, keren-keren. Congrats ya, broo! Gue ikut seneng dengernya" Jevan menepuk bahu Reyhan, sang empu hanya mengangguk dengan senyuman yang masih tetap terpatri diwajah manisnya.

Setelahnya tidak ada lagi percakapan diantara keduanya, karena memang bel masuk sudah berbunyi dan pelajaran pun segera dimulai. Reyhan menyimak penjelasan sang guru dengan seksama, sedangkan Jevan sudah terbang ke alam mimpi entah sejak kapan.

____________________

15.30 WIB.

Saat ini Reyhan dan juga Mahen tengah berada di perjalanan pulang dari sekolah. Mahen menjemput Reyhan dikarenakan ban motor Jevan yang tiba-tiba saja bocor, jadi Reyhan memutuskan untuk menelepon Mahen dan meminta bantuan sang kakak untuk menjemput dirinya.
Bukan bermaksud untuk tidak tahu diri, Reyhan meminta Mahen untuk menjemputnya juga karena Jevan yang terus mengomeli dirinya. Jevan tidak mau Reyhan ikut mendorong motor besarnya sampai ke bengkel, dengan alasan ia tidak mau membuat kondisi Reyhan yang hari ini sudah cukup baik menjadi buruk dan drop kembali.

Reyhan menatap padatnya jalanan lewat jendela mobil, ia terkadang ikut memanyunkan bibirnya saat terjebak macet, anak itu juga terlihat kesal sesekali saat ada pengendara sepeda motor yang terjepit oleh dua mobil karena ulah dari sang pengendara motor itu sendiri.

Dan itu semua tidak luput dari perhatian Mahen, karena walaupun sedang menyetir ia akan melirik sang adik sesekali. Memastikan jika adiknya itu baik-baik saja.

"Dek" panggil Mahen, Reyhan menatapnya.

"Iya kak, ada apa?"

"Mau dinner sama kakak nggak?"

Deg!

Kedua mata Reyhan sedikit membola saat mendengar kata-kata itu dari Mahen.
Apa yang barusan dia bilang? Mahen mengajaknya untuk makan malam bersama? Mahen? Mengajak dirinya? Oh my God, Reyhan tidak salah dengar, kan?.

Mahen yang menangkap raut wajah terkejut sang adik pun hanya tersenyum tipis. Ia tahu dan sangat sadar dengan apa yang ia katakan sebelumnya.

Reyhan sedikit berfikir saat ini. Ia ingin jujur kepada Mahen dengan mengatakan kepadanya jika sebenarnya beberapa menit yang lalu kepalanya mendadak pusing dan dadanya sesak, dan ia menahannya sampai sekarang. Tetapi ajakan sang kakak yang satu ini termasuk kedalam salah satu wish list hidupnya, bahkan sudah sangat lama ia impikan.

"Adek, kok diem?" Reyhan sedikit tersentak ketika Mahen berucap dengan tiba-tiba.

"Ah? Oh i-iya kak, i-itu anu---"

"Kenapa?" Reyhan memilin ujung dari seragam sekolahnya.

"Adek nggak mau, ya?" Tersirat rasa sedih didalam hati Mahen saat melihat respon sang adik, Mahen juga tidak tahu mengapa dirinya menjadi seperti ini. Ia hanya sedang merasa, Reyhan tidak mau diajak dinner olehnya.

Padahal sudah sangat jelas, jika maksud Reyhan tidak seperti itu.

"Hm b-bukan gitu, kak. A-aku mau, kok! Mau banget malah" melihat wajah Reyhan yang berseri-seri dengan pandangan mata yang berbinar, Mahen terkekeh dan mengusak rambut Reyhan.

"So?" Tanya Mahen, memastikan.

"Reyhan mau kan, dinner sama kakak?"

"Mau, kak! Mau banget!"

"Oke sip. kalau gitu nanti malem jam tujuh kita berangkat, ya"

"Iyaa kak!"

__________________

REYHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang