20. Trying to be Honest

2.5K 52 4
                                    

"Edellyn," panggilan dari Maria seketika membuat Edellyn yang tengah sibuk membersihkan lantai menoleh, memang setelah kejadian tadi dia sudah tidak di ijinkan lagi untuk menyediakan minuman ataupun mengantarnya karena takut jika sampai kejadian tadi terulang kembali.

"Ada apa?" tanya Edellyn lembut seperti biasanya meski kini wajahnya terlihat sudah pucat pasi ketika mendengar panggilan Maria baru saja yang sudah seperti panggilan kematian untuknya.

Maria menghela napas berat sebelum berujar, "Kali ini bukan kami ataupun direktur Robert lagi yang akan menanganimu-- tapi CEO perusahaan ini sudah angkat tangan, dia memanggilmu. Ya Tuhan apakah hal yang kau lakukan tadi sudah benar-benar sangat fatal? Aku bahkan belum menyaksikan kejadian itu tadi dan hanya mendengarnya dari mulut-mulut para karyawan yang sedari tadi menyaksikan hal itu.

Edellyn yang mendengar hal itu  menghela napas berat, apa Athes akan marah padanya setelah kejadian baru saja? Dengan langkah lunglai dan lemas gadis itu pun segera berlalu dari sana untuk pergi menuju ruangan Athes dan menemui pria itu setelah berpamitan terlebih dulu pada Maria.

Edellyn menghentikan langkah ketika telah sampai di depan ruangan ber-cat coklat tua itu. Edellyn terdiam sesaat di tempat sambil memandangi pintu itu, yang ada di dalam pikirannya sekarang adalah apakah Athes juga akan memarahinya?

Edellyn menarik napas sedalam-dalamnya dan menghembuskannya dalam sekali hentak, saat ini Edellyn hanya mencoba menetralisir perasaan kalut berlebih yang terjadi dalam dirinya. Setelah merasa yakin Edellyn pun mulai memantapkan langkahnya.

Tok tok tok!

Edellyn mengetuk pintu berulang kali, seolah berkata bolehkah ia masuk?

"Masuk!" terdengar sahutan dari arah luar yang seolah menjawab pertanyaan dalam hatinya.

Edellyn dengan perlahan membuka pintu dan mulai melangkah masuk. Untuk sesaat gadis itu di buat terkejut ketika melihat kehadiran Athes yang saat ini tengah berdiri di ambang pintu hanya dengan jarak satu meter.

"Masuk ke dalam," ujar Athes singkat yang di angguki oleh Edellyn. Gadis itu melangkah masuk dengan bahu lemas, sepertinya Athes juga marah padanya atas kejadian baru saja.

Setelah sampai tepat di depan meja kebesaran Athes, Edellyn kembali mengalihkan pandang dan menatap Athes yang kini tengah sibuk mengutak-atik ponselnya, satu tangannya juga bergerak untuk mengunci pintu ruangan. Cukup lama menunggu Athes selesai kini Edellyn di buat menahan napas ketika saat ini Athes tengah berjalan mendekat ke arahnya dengan tatapan tajam.

Athes semakin mendekat hingga dada keduanya saling menempel, Edellyn ikut mundur benar-benar takut.

"Kenapa kau melakukan ini Edellyn?"

"Athes, aku tidak salah, saat itu dia meminta minuman dengan mata terpejam itu sebabnya aku mengambil salah satu minuman yang ada di sana dan memberikan padanya. Tapi betapa tidak beruntungnya aku, aku tidak tau jika minuman yang ku pilih tadi adalah petaka-- aku tidak tau kalau dia akan mengalami alergi jika meminum itu." Edellyn berkata-kata dengan sejujur-jujurnya, bahkan gadis itu mengucapkannya hanya dalam sekali tarikan napas, akibatnya sekarang Edellyn tengah mengambil napas panjang setelah mengucapkan kata-katanya yang begitu panjang itu.

Athes terdiam sejenak mendengar hal itu sebelum akhirnya pria itu segera menarik tubuh mungil gadisnya, membawanya ke pelukan dan langsung memeluknya dengan erat.

"Maksudku kenapa kau hanya diam dan berkata maaf? Kenapa kau tidak berusaha membela diri? Dengan itu aku akan percaya." Athes memberikan kecupan-kecupan kecil di puncak kepala gadis itu.

Edellyn yang merasa lega karena Athes tidak marah padanya kini langsung membenamkan wajahnya di dada pria itu, "Aku takut," jujur Edellyn dengan mata yang tiba-tiba berkaca-kaca seusai mengatakan itu. Sekarang Edellyn tengah melampiaskan rasa takut dan malunya pada Athes, gadis itu semakin membenamkan wajahnya di dada pria itu.

Athes balas memeluk Edellyn, meletakkan kedua tangannya di punggung gadis itu dan balas memeluknya dengan sangat erat.

"Kau tidak apa-apa tadi? Apakah ada yang memarahimu? Bagaimana dengan Maria?" tanya Athes beruntun, rasa cemasnya yang sempat tertunda langsung dia keluarkan.

Edellyn menggeleng, jika untuk soal Maria dia tidak marah, Edellyn memaklumi sikap Maria karena dia tau jika wanita itu hanya ingin memperingatinya agar lebih berhati-hati lain kali. Cukup lama keduanya berpelukan Athes hingga Edellyn pun dengan perlahan menjauhkan tubuhnya. Dengan mata sembab Edellyn mengangkat wajah dan menatap Athes dengan tatapan sedih.

"Apa sekarang aku akan di keluarkan dari sini?" tanyanya dengan nada datar namun terdapat raut tidak rela di wajahnya dan Athes bisa menangkap hal itu.

Athes mengangguk menjawab perkataan Edellyn, "Aku akan mencarikan pekerjaan yang lebih baik untukmu selain cleaning servis, melihatmu yang merasa terpukul hari ini juga ikut membuatku sakit."

"Athes--"

"Edellyn, kali ini tolong dengarkan apa yang ku inginkan. Pekerjaanmu memang berubah tapi tenang saja kau akan tetap bekerja di perusahaan ini. Aku hanya tidak ingin kejadian ini terulang kembali, apalagi kau pasti akan terus mendapat tekanan dari Maria jika posisimu berada di bawahnya."

"Athes, Maria tidak--"

"Kali ini dengarkan aku, bagaimana pun alasannya aku tidak akan pernah mengijinkanmu bekerja menjadi office girl lagi, mengerti?" Edellyn masih terdiam menunduk seolah masih belum menerima apa yang di katakan Athes baru saja.

Athes menghela napas, pria itu mengambil satu langkah agar semakin dekat dengan tubuh mungil gadisnya, ia mengangkat tangannya dan menangkup wajah gadis itu.

"Edellyn, kali ini dengarkan aku, aku melakukan ini demi kebaikanmu. Jika aku membiarkanmu bekerja sebagai office girl sama saja aku membuat diriku terus di hantui rasa khawatir. Aku hanya tidak ingin jika sampai terjadi sesuatu lagi padamu, apalagi jika aku membiarkanmu menjadi office girl kau pasti akan selalu mendapat amukan dari Emerald."

***

"Kau sudah memecatnya?!" tanya Emerald tak santai sambil memandang Robert dengan tatapan menuntut.

Robert menghela napas berat sebelum menggeleng kaku mendengar perkataan gadis itu.

"Kenapa kalian tidak memecatnya?! Apa kalian ingin aku berhenti bekerja di sini?" Emerald menyandarkan tubuh pada sandaran kursi, menatap Robert dengan tatapan tak suka.

"Maaf Nona, sebenarnya sedari awal aku ingin memecatnya tapi CEO Athes malah melarang, dia bahkan telah mengangkat Edellyn sebagai salah satu karyawan perusahaan."

Emerald menegakkan duduknya mendengar hal itu, menatap Robert dengan alis mengerut terlihat masih tak percaya mendengar kata-kata Robert baru saja.

"Apa kau yakin? Kali ini kau sedang tidak berbohong 'kan?!"

Robert menggeleng tegas, "Mana mungkin aku berani membohongimu, Ms?"

"Sebenarnya siapa gadis itu? Kenapa Athes tidak membiarkannya di pecat?" ujar Emerald dengan tatapan jengkel sambil menyandarkan tubuhnya yang lemas di kursi.

Godaan Gadis Liar 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang