45. You Don't Have to Worry

2.6K 42 9
                                    

"Edellyn, kau tinggal di sini saja ya?" pinta Marinka dengan wajah memelas, ia benar-benar tak rela jika harus berpisah lagi dengan putrinya hanya karena alasan takut dengan Emerald.

"Tapi--" Edellyn berujar gelisah, ia melarikan pandang ke arah Emerald yang makan dengan tenang tanpa melihat sedikitpun ke arahnya. Emerald seolah mengabaikan pembicaraan atau mungkin kini ia bersikap berpura-pura tidak peduli.

"Jika alasannya lagi karena Emerald kau tidak perlu khawatir, Daddy yang akan menanganinya." Adrian berujar santai tanpa peduli dengan pemilik nama yang kini langsung menghentikan aktivitas makannya.

Edellyn menutup bibir rapat, mendengar kata-kata Adrian baru saja membuatnya jadi tak enak hati pada Emerald.

Edellyn menggeleng, menghembuskan napas berat. "Maaf, aku tetap tidak bisa tinggal disini."

"Apa kau ingin berada jauh denganku lagi, Edellyn?" Marinka menatap kesal putrinya.

"Bukan seperti itu!" Edellyn berujar cepat, menunduk sambil menatap hidangan di hadapannya dengan tatapan tak berselera.

"Aku-- aku hanya tidak nyaman dan tidak terbiasa tinggal di rumah sebesar ini. Menurutku, ini begitu asing." jujur Edellyn meski alasan sebenarnya karena memang tidak nyaman jika harus satu atap dengan Emerald. Datang ke sini saja dia harus perang batin lebih dulu. Apalagi ketika melihat tatapan tajam Emerald yang sedari tadi terus saja menghunusnya. Baru datang berkunjung sebentar di sini saja dia malah sudah di hadiahi dengan tatapan tajam lalu bagaimana jika dia tinggal di sini? Mungkin bisa saja Emerald berbuat nekat dan terus memaksa Athes untuk memecatnya.

"Emerald, jaga matamu!" peringat Adrian dengan mata melotot, tangan kanannya yang memegang garpu menunjuk tepat di wajah Emerald.

Emerald menggertakkan gigi menahan amarah, dia sebenarnya berniat membalas jika saat ini dia tidak berada di daerah tutorial kekuasaan ayahnya. Lagi pula melawan bukanlah cara yang tepat saat ini, mengingat dia pasti akan kalah.

Emerald membuang muka dengan cepat memfokuskan pandang pada makanan yang ada di hadapannya dan langsung melahapnya dengan rakus sebagai pelampiasan emosi yang tertahan.

"Kau sebaiknya tinggal di sini saja. Jangan membuat Mama sedih karena di tinggal olehmu."

"Aku tidak meninggalkanmu Ma." Edellyn menghela napas, ibunya benar-benar sangat keras kepala dan masih kekeuh meminta ia agar tetap tinggal.

Emerald mual, hampir di buat muntah mendengar kata-kata dramatis yang keluar dari bibir Marinka.

"Aku tidak bisa tinggal di sini--"

Ting!

Emerald membanting kasar garpu yang tengah ia genggam dan langsung berlalu pergi dari sana tanpa mempedulikan teriakan peringatan dari Adrian.

Marinka menatap datar kepergian Emerald sebelum akhirnya berdecih jengkel di saat Adrian tidak melihat.

"Edellyn."

"Ya, Dad?" balas Edellyn takut-takut, gadis itu mendongak menatap Adrian.

Adrian menghela napas berat, "Jangan terlalu memikirkan sikap Emerald baru saja, anggap saja itu biasa. Kau tau 'kan jika Emerald memang bersifat seperti itu, sejak awal bahkan kau sudah tahu."

Edellyn mengangguk kaku sambil tersenyum kecil, "Tidak apa-apa Dad, mungkin saat ini kak Emerald masih belum menerima kehadiranku."

Adrian mengangguk-angguk sambil tersenyum tipis, tangannya terulur dan mengacak pelan surai Edellyn.
"Kenapa Emerald tidak bersikap penurut sepertimu," gumamnya dengan nada berat.

Godaan Gadis Liar 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang