37. Deep Sadness

2.5K 62 8
                                    

Beberapa Minggu kemudian ....

Emerald menatap datar sepasangan pria dan wanita yang tengah asik berciuman mesra di depan altar bersamaan dengan tepuk tangan dari para tamu undangan.

Kedua tangannya mengepal, tanpa sadar matanya berkaca-kaca. Tidak, Emerald tidak ingin menangis hanya saja entah kenapa saat mendapati kenyataan di hadapannya membuatnya ingin menangis, ia benar-benar tak terima melihat ayahnya yang kini sudah resmi menikah dengan Marinka.

Emerald menggigit bibir dalamnya kuat-kuat, sebenarnya dia ingin memberontak tapi tidak bisa karena semua kekuasaan ada di tangan ayahnya. Bahkan dia menghadiri pernikahan ini saja atas paksaan sang ayah.

Semenjak Adrian mengenal Marinka saat itu juga ayahnya benar-benar berubah, sering membentak bahkan tak sungkan untuk bermain tangan padanya.

Tepukan kecil di bahunya membuat Emerald tersentak, wanita itu menoleh dan dengan cepat menghapus air matanya yang terus mengalir di sudut matanya.

Dia ... Aldrich.

"Kau baik-baik saja?" Aldrich bergumam tanpa mengalihkan tatapannya sedikit pun di depan altar.

"Hm." Emerald menjawab seadanya, berusaha menahan tangis. Bahkan karena tak sanggup menatap Aldrich wanita itu menunduk menatap ubin lantai.

"Di mana Athes?" tanya Emerald akhirnya memulai pembicaraan ketika suasana di antara mereka terasa canggung.

Aldrich tersenyum tipis sambil menggidikkan dagu ke arah Nora yang saat ini tengah sibuk quality time dengan putranya. Hari ini ia juga benar-benar jengkel, Athes anak yang tidak tau diri seolah-olah tengah mencari perhatian dengan ibunya. Lihatlah sekarang dia seolah di buang oleh Nora karena sibuk dengan putranya itu.

Ah, rasanya dia benar-benar ingin mengusir Athes agar segera keluar dari mansion dan mencari tempat tinggal baru supaya ia bisa berduaan dengan istrinya tanpa adanya Athes yang menjadi pengganggu.

Emerald yang sedari tadi menyaksikan arah tatapan Aldrich kini ikut menipiskan bibir menahan tawa, seolah mengerti dengan jalan pikiran pria itu, Emerald akhirnya buka suara.

"Kau cemburu, Dad?"

Aldrich menoleh, terkekeh singkat mendengar kata-kata Emerald baru saja. "Ternyata kau sangat pintar membaca situasi," lontarnya yang juga ikut membuat Nora terkekeh.

Tiba-tiba tangan Aldrich terulur, mengusap puncak kepala Emerald.

"Aku juga tau bagaimana suasana hatimu saat ini. Sebenarnya mendapat undangan tiba-tiba dari Adrian sedikit mengejutkan kami. Selama ini aku tidak tau jika ayahmu sedang menjalin hubungan dengan seorang wanita, aku pikir dia akan menduda seumur hidup."

"Kenapa kau sedih? Justru keputusan ayahmu baik, dia juga membutuhkan seorang wanita dalam hidupnya."

"Tapi wanita itu tidak baik, Dad," aku Emerald mulai terbuka.

"Semenjak dia ada, ayahku sering membentak dan bermain tangan." Emerald menunjuk sudut bibir yang berdarah, make up yang dia gunakan mampu menutupi wajahnya yang lebam berserta sudut bibirnya yang berdarah, hanya saja jika di perhatikan lebih jelas maka luka-luka di wajahnya akan tampak, bahkan Aldrich pun baru menyadari hal itu.

Aldrich sedikit kaget, dia tidak menyangka jika Adrian yang sangat sabar bahkan menghadapi tingkah laku Emerald, putri kesayangannya mampu berbuat sejauh ini. Bahkan Adrian adalah pria yang dikenal Aldrich sangat pintar mengontrol emosi.

Aldrich yang merasa prihatin menarik tubuh Emerald dan memeluk tubuh wanita itu. Emerald balas memeluk Aldrich dengan tatapan yang tak pernah lepas dari sana, senyum dari sepasang pengantin baru itu benar-benar membuatnya tersakiti. Emerald menggigit bibir bawahnya kuat-kuat.

Godaan Gadis Liar 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang