59. Meet Again

3.1K 70 11
                                    

Setelah kepergian Zein, Emerald menutup pintu apartemen dengan rapat sesuai perintah pria itu baru saja. Zein hanya tidak ingin jika sampai Emerald kembali lupa dan membiarkan pintu apartemen terbuka.

Emerald berjalan menuju kamarnya kembali, ia meraih ponsel dan meletakannya tepat di sebelah bantal, wanita itu merebahkan tubuh dan langsung memejamkan mata untuk tertidur, cukup lama Emerald memejamkan mata wanita itu sama sekali tidak bisa tertidur. Emerald menghembuskan napas berat, ia mendudukan dirinya kembali dan merengsek maju mendekati nakas. Sampai di sana Emerald segera membuka laci nakas paling bawah, meraih sebuah botol obat yang ternyata adalah obat tidur. Emerald mengambil satu pil.

Sebelum meminum obat itu wanita itu terlebih dulu mengalihkan pandang menatap jam dinding yang kini baru menunjukkan pukul delapan malam. Pantas saja selama ini dia tidak bisa tidur, sedari pagi hingga Zein datang dia menghabiskan seluruh waktunya untuk tertidur dan ketika pria itu pulang Emerald malah malah ingin tetidur lagi. Bahkan bisa di hitung jika baru satu jam dia bangun.

Emerald menipiskan bibir dan tertawa kecil, akhir-akhir ini karena tidak ada kegiatan di rumah Emerald memang merangkap menjadi pemalas. Ia yang tidak punya kegiatan hanya bisa menghabiskan waktu untuk tidur berharap agar waktu berlalu begitu cepat dan setelah itu perutnya membesar, melahirkan anak dan memberikannya pada Zein. Dan ia akhirnya bisa bebas pergi kemanapun yang ia suka.

Emerald menatap sejenak botol obat yang sedang di genggamnya, sekarang dia jadi sering ketergantungan karena selalu tidak bisa tidur setiap malam, sepertinya ia mengalami insomnia akut. Wanita itu membuka botol obat, meraih satu pil dan hendak meminumnya sebelum gerakan tangannya terhenti ketika mendengar dering ponselnya yang berbunyi.

Emerald menghela napas, siapa lagi yang ingin menghubunginya malam-malam seperti ini? Emerald meletakkan kembali botol obat juga pil yang sedari tadi berada di genggamannya ke atas nakas kembali. Emerald kembali menaiki ranjang dan meraih ponselnya.

Gerakan tangan Emerald yang hendak mematikan panggilan terhenti ketika nama Mommy Nora tertera di layar ponsel. Emerald terdiam dengan kening mengernyit, untuk apa wanita itu menghubunginya?

Saat Emerald hendak mengangkat panggilan telepon, panggilan itu malah mati. Emerald menghela napas, wanita itu pun memutuskan untuk merebahkan diri di atas ranjang.

Saat hendak memejamkan mata Emerald kembali di kejutkan dengan suara ponsel yang berbunyi, ia mengangkat ponselnya melirik nama Mommy Nora yang terpajang jelas sekilas dan langsung mengangkat panggilan tersebut.

"Hallo." Suara Nora terdengar jelas dari arah sana.

"Ya, Mom. Ada apa?" tanya Emerald dengan nada heran.

"Mommy ada di depan apartemenmu, apa kau bisa membuka pintunya sayang? Kau belum tidur 'kan?" Emerald menegakkan duduknya mendengar hal itu.

"Aku segera keluar," sahut Emerald cepat di balik telepon. Dengan langkah cepat dan itu segera berlari mendekati pintu keluar dan langsung membuka pintunya.

"Emerald ...." gumam Nora dengan memeluk erat tubuh Emerald, Emerald terdiam tak menjawab karena pandangannya kini tertuju pada seorang pria yang kini sedari tadi menatapnya dengan raut wajah datar, Emerald membalas dengan senyum tipis sebelum akhirnya membuang pandang ke arah lain.

"Kau baik-baik saja?" tanya Nora ketika pelukan keduanya terlepas, ia menyapa Emerald dengan tatapan sendu.

Emerald tersenyum lebar, "Memangnya aku kenapa? Aku baik-baik saja Mom," lontarnya dengan terkekeh geli.

"Kau sudah sangat lama tidak pernah mengunjungiku di mansion, itu sebabnya aku khawatir," elak Nora yang sebenarnya ingin mempertanyakan hal lain.

Emerald membuka pintu apartemen dengan cukup lebar sebelum berujar pada Athes dan Aldrich yang sedari tadi hanya memandang kedua wanita itu.

"Masuklah." Athes tak menjawab sedangkan Aldrich hanya tersenyum kecil sembari mengulurkan tangan mengelus puncak kepala Emerald.

Athes berjalan memasuki ruang apartemen yang sudah cukup lama tidak pernah ia kunjungi. Matanya mengedar ke segala arah mencoba mencari perbedaan dari ruangan ini namun ternyata tidak ada, semuanya sama saja.

"Tumben sekali kau datang ke sini mom, memangnya ada apa?" tanya Emerald tanpa berani sedikit pun menatap ke arah Athes lagi, dia hanya tidak ingin jika sampai menangis lagi, sudah cukup Zein yang ia buat menderita selama ini karena terus membuat repot dengan bersikap cengeng, dan sekarang Emerald juga tidak ingin membuat mommy Nora jadi repot jika ia menangis lagi.

"Sudah sangat lama aku menunggumu pulang ke mansion, padahal sangat banyak masakan yang ingin aku ajarkan padamu. Kenapa kau tidak pernah mengunjungiku? Kau sudah tidak menyukaiku lagi?" tanya Nora beruntun.

"Bukan begitu Mom." Emerald terlihat gelisah, "Selama ini aku-- aku hanya tidak sibuk dan tidak punya waktu."

Nora mengangguk saja, dia tidak ingin memperpanjang lagi ketika merasa jika saat ini Emerald hanya sedang berusaha melupakan Athes. Ya, pikirnya begitu. Bahkan saat ini dia di buat merasa bersalah karena mempertanyakan hal itu.

"Mom, merindukanmu Emerald. Kemarilah, sudah sangat lama kita tidak bertemu." Nora merentangkan tangannya, meminta Emerald untuk mendekat, Emerald tersenyum lebar wanita itu segera mendekati Nora dan memeluk kembali wanita itu dengan erat, Nora memang sudah seperti ibu kandung bagi Emerald, semua keluh kesahnya pasti akan ia bagikan kepada wanita yang tengah memeluknya ini.

Tapi untuk masalah kali ini Emerald menutup bibir dengan rapat, tak berani menceritakan keluh kesahnya. Tidak, lebih tepatnya dia memang tidak ingin menceritakan keluh kesahnya. Apalagi yang menjadi topik pembicaraan adalah Athes, putranya sendiri.

"Oh ya, kenapa kau selama ini tinggal di apartemen? Tadi Mom sudah memeriksamu di mansion tapi kau tidak ada, ibu tirimu mengatakan jika selama ini kau tidak pernah pulang, ada masalah?" tanya Nora kemudian.

Emerald menghela napas berat, ia meraih tangan Nora dan menggenggamnya dengan erat.

"Aku tidak suka Marinka--"

"Emerald, dia ibu tirimu," tegur Athes kemudian. Emerald melirik sejenak pria itu, terlihat tidak peduli sebelum kembali melanjutkan kata-katanya.

"Sifatnya membuatku tidak betah tinggal berlama-lama di rumah itu. Dia terus memprovokasi ayahku untuk membenciku. Aku memang sudah tidak tinggal lagi di rumah itu, aku pergi karena aku sudah bosan dengan sifat mereka."

"Apa dia sering memperlakukanmu dengan buruk?"

"Kami sering bertengkar," tukas Emerald cepat. Sepertinya kata-kata itu mampu membuat Nora mengerti dengan apa maksud dari ucapan Marinka.

"Aku turut sedih, padahal aku pikir dia adalah ibu yang cocok untukmu. Wajahnya terlihat sangat ramah--"

"Sebenarnya dia itu iblis, dia sangat suka menyembunyikan wajahnya yang sebenarnya--"

"Emerald, jangan berbicara seperti itu!" tegur Athes lagi-lagi yang membuat Emerald jadi terlihat kesal.

"Dan sekarang Athes telah menjadi salah satu korbannya, wanita itu sangat pintar menyembunyikan kedok-nya. Bahkan Athes di buat seperti ini juga karena dia. Ah, aku bahkan tidak bisa lagi memikirkan bagaimana sifat ayahku yang otaknya sudah benar-benar di cuci oleh Marinka."

"Dia baik," sahut Athes lugas, tak ingin jika attitude Marinka menjadi buruk dimata Ibunya, apalagi sebentar lagi dia akan menikahi Edellyn.

"Ya, memang kalian yang berpikiran bodoh seperti itu selalu menganggap hal jahat adalah hal-hal baik. Itu sebabnya aku tidak menyukai pola pikir para pria, kebanyakan mereka sangat bodoh dan tidak bisa membedakan mana yang baik dan pura-pura baik."

"Apalagi sebentar lagi kau juga akan menjadi menantunya jadi sangat wajar bukan jika seorang menantu akan selalu membela ibu mertuanya, jadi biarkan saja aku yang salah disini, puas?" Emerald menatap Athes tajam, gara-gara pria itu dia tidak bisa fokus berbicara dengan Nora, dan lihatlah sekarang. Emerald membeberkan sedikit hal itu meski sebenarnya dia tidak ada niat untuk mengatakan yang sebenarnya.  Semoga saja Mommy Nora tidak mengerti dengan kalimat yang baru saja ia ucapkan.

"Athes, sebaiknya kau menjauh dari sini, berhenti menjadi biang rusuh. Jika tidak ingin pergi lebih baik kau tutup mulut rapat-rapat, jangan pernah menimpali atau Mom akan marah padamu!"

Godaan Gadis Liar 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang