52. Painful Reality

2.6K 58 5
                                    

"Kenapa kita pulang begitu cepat?" Emerald menggerutu sambil memeluk erat bungkus camilan berisi roti untuk ibu hamil yang tadi dengan sempat-sempatnya ia ambil di ruangan Zein. Padahal dia mengira jika menunggu Zein selesai dengan pasiennya akan sangat lama dan membosankan, tapi ternyata tidak, setelah Zein memberikan satu bungkus roti ibu hamil padanya. Bahkan wanita itu ingin sekali tinggal di sana sambil sesekali keluar dari ruangan kamar Zein untuk melihat-lihat pasien yang tengah di periksa. Terkadang Emerald merasa takut ketika melihat beberapa pasien yang perutnya sudah sangat besar, mungkin sebentar lagi akan melahirkan. Emerald takut ketika ingat jika nanti dia akan ada di fase itu.

"Apa kau tidak ingin menemui Athes?" tanya Zein yang sepertinya sudah mulai ingat dengan pria yang menjadi ayah dari bayi yang tengah di kandung Emerald.

Emerald berhenti mengunyah dengan cepat menoleh menatap Zein, tiba-tiba wanita itu menatap Zein dengan mata melebar, senyum seketika terbit di bibirnya.

"Benarkah?" tanya Emerald sekali lagi memastikan.

Zein mengangguk singkat.

Emerald tersenyum semakin lebar, ia meraih lengan kanan Zein dan memeluk erat lengan pria itu.

"Terimakasih Zein."

"Hem." Zein hanya bergumam kecil. Setelahnya suasana menjadi hening dengan Emerald yang juga fokus menatap jalanan di hadapannya.

Tak lama mobil yang di kendarai Zein berhenti tepat di depan perusahaan milik Athes, sesuai instruksi Emerald.

Tanpa menunggu Zein keluar Emerald malah sudah terlebih dulu keluar dari dalam mobil, dengan langkah cepat wanita itu segera memasuki perusahaan besar itu, Zein berdecak kesal menyaksikan hal itu. Bahkan dia masih belum memarkirkan mobil dengan baik. Zein pun segera keluar dari dalam mobil dan segera berlari mendekati Emerald, dia hanya tidak ingin tersesat karena baru pertama kali memasuki perusahaan besar itu.

Zein tidak tau jalan, dan membiarkan Emerald pergi sendiri tanpa dirinya bukanlah pilihan yang tepat, bagaimana jika wanita itu hilang?

"Emerald!" Zein sedikit berlari mendekati wanita itu. Mendengar namanya di panggil oleh seseorang Emerald pun menghentikan langkah, berbalik dan menatap sang pelaku dengan terkekeh kecil.

"Sorry," gumam wanita itu tanpa rasa bersalah sedikitpun, ketika Zein telah menyamai langkahnya Emerald malah berlari kembali melanjutkan langkah dengan cepat.

Zein menggeleng pelan melihat tingkah Emerald, "Sepertinya kau terlihat sangat senang sekali ingin bertemu dengan pria yang menghamili-mu."

Emerald tertawa di sela-sela langkahnya dan mengangguk menyetujui perkataan Zein baru saja.

"Aku tidak bisa menyangkalnya Zein."

"Aku sangat heran kenapa kau bisa merindukan pria itu sebegitunya."

"Ini karena hormon bayi yang ku kandung," jawab Emerald asal.

"Tapi sayangnya dia tidak mengharapakan anak itu lahir. Kau yang merindukannya, bukan bayi-mu."

Emerald terdiam, rasa sedih menggorogoti hatinya ketika mendengar pernyataan Zein baru saja, namun ia sama sekali tidak bisa menyangkal perkataan pria itu karena memang sepenuhnya benar.

Emerald menghentikan langkah ketika telah sampai di ruangan Athes. Wanita itu menarik napas sedalam-dalamnya ketika merasakan jantungnya tiba-tiba memompa dengan begitu cepat. Tangan Emerald terulur dan langsung membuka pintu ruangan.

"Athes?" gumam Emerald memanggil nama pria itu ketika tak menemukan Athes sama sekali di ruangannya. Ia melangkah tanpa ragu menelusuri ruangan itu untuk mencari keberadaan Athes di ikuti oleh Zein dari belakang, pria itu memang cukup penasaran dengan rupa seorang pria yang bisa meluluhkan Emerald.

Godaan Gadis Liar 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang