28. Common Sense

2K 51 6
                                    

Emerald terbangun ketika merasakan rasa hangat yang menjalar di sekitar tubuhnya, gadis itu perlahan terbangun dengan mata yang mengerjab-ngerjab pelan.

Emerald terperanjat, hampir di buat memekik ketika melihat wajah tampan bak pangeran yang kini tengah tertidur pulas dengan mata terpejam. Emerald mengerjab-ngerjab mencoba memastikan jika yang ada di hadapannya sekarang adalah Athes.

Tanpa sadar tangan gadis itu terulur dan langsung menangkup wajah Athes, menatap pria itu dengan mata berbinar.

"Athes ...." Emerald bergumam namun gadis itu langsung di buat terlonjak kaget ketika mendapat sebuah balasan gumaman kecil dari pria itu.

"Kau sudah bangun?" Athes membalas dengan suara serak masih mengantuk ketika merasa waktu tidurnya malah berkurang.

Emerald mengangguk, "Kau sudah pulang? Kapan? Kenapa aku tidak tau?" Pertanyaan beruntun Emerald seketika membuat pria itu membuka mata.

Athes meraih pergelangan tangan gadis itu dan mengecup punggung tangannya lembut.

"Aku pulang tadi pagi, pukul dua pagi." Emerald mendongak, pipinya tiba-tiba merona melihat sikap Athes di luar nalar, untuk pertama kalinya pria itu bersikap sangat manis padanya yang membuat hatinya berbunga-bunga hingga menimbulkan desiran aneh yang menjalar di seluruh tubuhnya.

Sekarang Emerald sudah semakin yakin jika dia benar-benar mencintai Athes karena hanya pria inilah yang bisa membuat reaksi aneh ini terjadi pada tubuhnya.

"Maaf karena membuatmu menunggu, kau baik-baik saja 'kan?"

Emerald mengerutkan kening merasa tak mengerti dengan kalimat akhir Athes.

"Maksudku kau tidak mengalami demam karena kelelahan menungguku pulang 'kan?" tanya Athes berusaha menjelaskan ketika sadar jika Emerald tidak mengerti dengan apa yang baru saja di katakannya.

Athes mengambil inisiatif, tangan pria itu dengan cepat terulur di kening Emerald untuk mengecek kondisi tubuh gadis itu. Athes menghela napas lega ketika sadar jika saat ini kondisi Emerald baik-baik saja.

Emerald mendudukan diri di di atas ranjang dengan posisi kedua kaki selonjor. "Kau darimana saja kemarin malam? Kenapa pulang sangat larut sekali?" tanya Emerald dengan nada lembut karena tidak ingin merusak suasana baik yang sedang terjadi di antara mereka jika dia mulai dengan aksi marah-marahnya, apalagi saat ini Athes bersikap sangat lembut padanya.

Athes ikut mendudukan diri, tanpa sadar pria itu segera melingkarkan kedua lengan kekarnya di sekujur tubuh Emerald, memeluk gadis itu dengan sangat erat dan menyandarkan kepala di pundaknya.

"Aku minta maaf. Semalam aku banyak urusan di kantor." Athes berkata tenang seakan apa yang baru saja ia katakan bukanlah sebuah kebohongan.

Emerald yang sudah terlanjur nyaman dan terbawa perasaan merasakan sifat manis Athes hanya mengangguk saja karena saat ini fokusnya bukan di situ melainkan dari pelukan hangat Athes yang kini langsung menjalar di seluruh tubuhnya, tanpa sadar perutnya tiba-tiba tergelitik merasakan jutaan kupu-kupu yang berterbangan di perutnya, hal itu mampu membuatnya tak bisa menahan senyum.

Oh ayolah, ini adalah kali pertama Athes melakukan hal ini jadi sudah sangat wajar jika dia terbawa perasaan seperti ini, apalagi Athes tak pernah seperti ini sebelumnya jika Emerald tidak duluan yang memulai.

"Kenapa pipimu merah?" Entah saat ini Athes memang benar-benar tidak tau apa yang sedang terjadi padanya atau mungkin memang hanya sedang berpura-pura saja untuk menggodanya.

Tapi melihat wajah serius Athes membuat Emerald percaya jika saat ini pria itu hanya sedang bertanya tanpa ada maksud lain.

Mencari alasan yang tepat Emerald mengipasi wajahnya dengan tangan. Ia menatap Athes dengan menunjukkan cengiran lebarnya.
"Aku hanya sedang kepanasan." Lagi-lagi alis Athes mengerut menyaksikan hal itu.

"Kepanasan, AC masih menyala." Emerald menggigit bibir bawahnya, menghentikan gerakan tangannya yang sedari tadi mengipasi wajahnya sebelum kembali menatap Athes dengan gindikan bahu berusaha santai.

"Aku tidak tahu, entah kenapa aku merasa sedikit gerah sekarang."

"Benarkah? Kau tidak sedang sakit 'kan?" tanya Athes memastikan, Emerald menggeleng cepat dan segera turun dari atas ranjang menghindari pertanyaan Athes baru saja meski sebenarnya sangat ingin di peluk lagi oleh Athes.

Athes yang menyaksikan hal itu mengernyit heran, tatapannya tak lepas memandangi tubuh Emerald yang saat ini tengah berjalan memasuki kamar mandi.

***

"Athes." Emerald keluar dari dalam kamar mandi dengan handuk yang melilit tubuhnya sebatas dada. Saat ini dia menggunakan handuk kecil milik Athes yang hanya mampu menutupi dada hingga bokongnya saja.

Athes terpaku menyaksikan tubuh yang hanya berbalut handuk itu sebelum akhirnya memalingkan wajah ke arah lain, berusaha menghindari tubuh setengah polos Emerald.

"Aku tidak mempunyai pakaian ganti di sini, apa kau bisa meminjamkan pakaianmu untukku?" tanya Emerald dengan setengah memelas.

Athes menggangguk singkat dan segera berdiri dari duduknya, "Kau bisa melihatnya di walk in closet." Athes bergumam singkat, setelahnya pria itu segera memasuki kamar mandi kembali.

Emerald mengangguk, gadis itu melangkah mendekati walk in closet yang ada di kamar Athes untuk mencari pakaian yang cocok untuknya.

Cukup lama berada di sana untuk mencari-cari pakaian yang cocok untuk Athes, Emerald akhirnya menjatuhkan diri pada baju kaos hitam milik Athes yang terlihat cukup besar, mampu menutupi seluruh tubuhnya sekaligus bokongnya.

Karena tak ada pilihan lain Emerald tak berpikir panjang untuk mengambil salah satu baju yang ada di sana, memilih warna yang ia suka sebelum akhirnya mengenakannya.

Emerald berdiri tepat di depan almari di mana terdapat sebuah kaca besar di sana, gadis itu memperhatikan pakaian yang ia gunakan. Untungnya pakaian itu tidak terlelap pendek, untuk masalah ketatnya Emerald tidak meragukan hal itu karena kaos milik Athes memang kebesaran untuk tubuhnya.

Setelah memastikan pakaiannya sedikit layak Emerald pun segera keluar dari kamar Athes untuk pergi menemui Nora. Emerald memang harus memastikan pakaian yang di gunakannya karena sadar jika Aldrich sedang berada di rumah. Emerald hanya tidak ingin terlihat seperti jalang yang mencoba menggoda dua pria sekaligus di rumah ini karena gadis itu masih memiliki akal sehat. Dia hanya menginginkan Athes-- dan sifat liarnya hanya di tunjukkan oleh pria itu seorang.

Emerald melangkah memasuki kamar. Seakan sudah menjadi hal biasa di pagi hari, di sana terdapat Nora dan Aldrich yang senantiasa menjadi penghuni dapur itu.

Emerald tersenyum lebar ketika melihat Nora sedang sibuk memasak di dapur. Inilah hal yang ia tunggu-tunggu, ikut membantu Nora memasak sambil sesekali belajar.

Emerald sangat bersyukur selama mengenal keluarga Athes karena kasih sayang dari seorang ibu benar-benar di limpahkan Nora untuknya. Bahkan bisa di katakan Nora lebih menyayangi dan perhatian padanya di banding dengan Athes.

***

Part Romantis dulu hehe😊

Follow, klik 👉meserrine

Godaan Gadis Liar 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang