46. Loss of Virginity

4.9K 53 43
                                    

Edellyn melenguh, ia mengalihkan pandang menatap Athes dengan bibir terbuka. Athes yang mengerti pun segera mencium bibir pink menggoda itu. Edellyn membalas tak kalah liar.

Athes menjauhkan bibirnya, hal itu membuat Edellyn mendesah kecewa. Athes terkekeh, membelai lembut rambut gadis itu sebelum kembali menurunkan ciumannya menelusuri perut rata Edellyn, berhenti di pusarnya Athes mengecup lembut pusar gadis itu sebelum kemudian menjulurkan lidahnya dan bermain-main di sana.

Edellyn menggelinjang geli, kedua kakinya bergerak-gerak seolah menyepak udara akibat rasa nikmat yang di terima. Miliknya di bawah sana benar-benar basah.

Athes menurunkan ciumannya, menarik celana Edellyn beserta celana dalam gadis itu, ia menatap milik Edellyn sejenak sebelum akhirnya membenamkan wajahnya di dalam liang hangat gadis itu, sesekali ia menjulurkan lidah menusuk-nusuk milik Edellyn.

Edellyn balas mendesah hebat, tangannya meremas kuat rambut Athes.

"Ahhh--- Athes, aku mau pipis," aku Edellyn yang hendak ingin mengeluarkan sesuatu namun ia tidak tau apa namanya itu, itu sebabnya ia mengatakan ingin pipis.

"Keluarkan saja," balas Athes singkat dan masih bermain-main di bawah sana, satu tangannya bergerak ke atas dan memijat kedua payudara Edellyn. Rasa nikmat semakin bertambah berkali lipat, Edellyn sudah tak tahan, benar-benar tak tahan ingin mengeluarkan sesuatu yang hendak ingin di capai.

"Athes ... Aku mau pipis--"

"Ahh!" Bersamaan dengan itu Edellyn akhirnya mencapai pelepasannya. Napasnya memburu untungnya Athes jeda untuknya mengatur pernapasan yang memburu, namun itu hanya berangsur sejenak ketika Athes menjauhkan tubuh dengan turun dari atas ranjang, melepas seluruh pakaiannya termasuk celana dalamnya.

Edellyn membulatkan mata ketika tak sengaja menatap ereksi milik pria itu yang mencuat tegak, bersiap ingin tempur. Athes tersenyum menyeringai melihat pipi Edellyn yang memerah merasa malu.

Athes kembali menaiki ranjang dengan alat tempurnya yang sudah siap berperang. Edellyn beringsut mundur merasa ketakutan namun kembali tidak bisa melakukan apapun di saat Athes malah menahan kedua pergelangan tangannya dengan satu tangan besarnya, mengangkat tangan Edellyn ke atas kepala gadis itu. Edellyn kini tak bisa melakukan apapun, selain mengingat tenaga Athes yang cukup kuat ia juga tidak bisa melakukan apapun karena sekarang tubuhnya benar-benar sangat lemah akibat pelepasan yang ia terima.

Athes kembali memposisikan lututnya tepat di antara sela paha Edellyn. Athes menggenggam miliknya dan mengocoknya pelan, kali ini ia tidak lagi melakukan foreplay.

"Kau sudah siap?" tanya Athes bergumam dengan suara serak. Edellyn menatap Athes dengan wajah tegang kemudian menggeleng kecil.

"Aku takut, itu pasti sakit," cicit Edellyn dengan bergumam kecil ketika matanya tanpa sengaja melihat milik Athes yang begitu besar. Edellyn kini berpikir apakah milik Athes yang besar bisa masuk ke dalam miliknya yang kecil dan sempit. Bahkan membayangkannya saja membuat Edellyn meringis kesakitan.

"Tidak apa, aku akan melakukannya dengan pelan." Athes bergumam pelan sambil menatap lekat Edellyn.

Edellyn menatap Athes yang terlihat menahan gairah, gadis itu pun mengangguk kaku, "Pelan-pelan," ujarnya lagi yang di angguki oleh Athes.

"Aku berjanji," ujar pria itu lagi sebelum akhirnya menghentakkan miliknya ke dalam milik gadis itu.

Edellyn meringis merasa kesakitan, kedua tangan yang tadinya memeluk bahu Athes kini malah berubah mencengkram punggung pria itu. Punggung Athes tergores akibat jari-jari kuku Edellyn yang tertancap di kulit pria itu, namun Athes tak peduli. Pria itu malah terus memfokuskan pandangan pada Edellyn yang saat ini tengah sibuk meringis menahan sakit. .

"Apa benar-benar sakit?" tanya Athes ikut khawatir, ia mendiamkan miliknya sejenak.

Edellyn mengangguk kecil, matanya yang semula tertutup kini terbuka perlahan sambil menatap Athes yang masih terlihat tersiksa karena menahan gairah.

"Kita berhenti sebentar dulu?" tanya Athes masih mendiamkan miliknya yang terbenam setengah.

Edellyn menggeleng, "Lakukan saja, aku ingin dengan cepat," aku gadis itu dengan kini mencengkram kuat punggung Athes.

Athes mengangguk, tanpa kata pria itu pun kembali melanjutkan aksinya dengan menekan miliknya semakin dalam ke dalam milik gadis itu.

Ketika milik Athes sudah terbenam sempurna, pria itu pun menunduk menatap Edellyn yang kini menghela napas lega sambil menghapus sudut matanya yang berair.

Athes menatap Edellyn khawatir, tangannya terulur dan membelai lembut puncak kepala gadis yang kini sudah berstatus sebagai wanita itu.

"Bergeraklah," pinta gadis itu yang di angguki pelan oleh Athes.

Athes pun dengan perlahan menggerakkan tubuhnya, Edellyn menggigit bibir bawahnya menahan rasa sakit dan panas yang mendera tubuhnya di bawah sana. Namun lama-kelamaan rasa sakit itu perlahan menghilang dan di gantikan dengan rasa nikmat yang membuat Edellyn malah ketagihan.

Edellyn mendesah hal itu malah membuat Athes semakin bersemangat untuk menggerakkan tubuh.

"Ahh ... Athes ...." Edellyn sesekali menggumamkan nama Athes.

"Ya." Athes menunduk dan langsung membungkam bibir Edellyn dengan ciuman menggebu, Edellyn membalas dengan tak kalah panas, gadis itu melepas lingkaran tangannya di tubuh Athes menuju leher pria itu, melingkarkan kedua tangannya di leher Athes dengan erat.

Edellyn mendesah tertahan sedangkan Athes menggeram. Saat hendak mendapatkan pelepasan Edellyn menjepit kuat miliknya yang membuat milik Athes juga ikut terjepit, menjambah rasa nikmat hingga berkali-kali lipat.

Athes yang tahu jika Edellyn akan mendapat pelepasan langsung menghentikan gerakan tubuhnya di bawah sana.

Edellyn mengadah, menatap Athes dengan tatapan protes. Begitu Athes menjauhkan bibirnya Edellyn pun berujar.

"Athes, kenapa berhenti?" Athes tak menjawab ia membungkuk dan langsung membenamkan wajah di dada Edellyn, menghisap salah-satu nipple wanita itu.

Edellyn mendesah meski kini rasa nikmat yang ia rasakan berbeda dari yang tadi. Yang tadi terasa lebih nikmat berkali-kali lipat.

Setelahnya Athes pun kembali menggerakkan tubuhnya dengan sedikit cepat. Athes menggeram sedangkan Edellyn mendesah menahan nikmat, bahkan ia hampir di buat menjerit.

Athes menggerakkan tubuhnya semakin cepat.

"Athes ... Aku-- aku mau pipis lagi. Jangan berhenti!" jerit Edellyn yang benar-benar tidak ingin jika kejadian yang sama terulang lagi.

Athes tak menjawab, ia menghentakkan miliknya semakin dalam untuk mencapai pelepasan.

"Athes-- Ahh!"

"Ough!"

Athes menggeram Edellyn mendesah ketika pelepasan yang di tunggu akhirnya tiba. Napas keduanya memburu, Athes yang kelelahan ambruk di sebelah tubuh Edellyn.

Ia mengecup singkat puncak kepala gadis itu sebelum berbisik di telinga gadis itu, "Aku suka jika kau mendesahkan namaku di saat kita sedang melakukannya. Terimakasih untuk malam ini Edellyn, aku mencintaimu." Athes meraih wajah Edellyn dan kembali mengecup singkat bibir mungil itu.

Edellyn tak menjawab, tapi gadis itu malah membalas Athes dengan memeluk erat tubuh pria itu, melingkarkan kedua tangannya di perut Athes.

***

Athes brengsek ya:(

Godaan Gadis Liar 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang