53. Do Not Want to Eat

2.4K 56 2
                                    

Huek! Huek!

Emerald memuntahkan isi perutnya di dalam wastafel kamar mandi yang ada di dalam apartemennya, pagi-pagi sekali dia terbangun karena merasa perutnya bergejolak, Emerald sudah sebisa mungkin menahan rasa mual-nya namun tetap tidak bisa.

Setelah merasa lebih baik Emerald mencuci wajah dan mulutnya, wanita itu menghela napas sambil memegang kepalanya yang terasa berat. Setelahnya ia pun berbalik hendak keluar dari kamar mandi, namun langkahnya tiba-tiba terhenti ketika melihat Zein yang saat ini tengah berdiri di pintu kamar mandi sambil menatapnya dengan raut wajah cemas, pria itu baru saja datang setelah mendengar suara muntah-muntah dari dalam kamar mandi, saat hendak membantu Emerald memijat tengkuknya wanita itu malah sudah berhenti untuk muntah.

Emerald menatap Zein dengan tatapan datar sebelum akhirnya berlalu pergi dari sana dengan menarik salah satu tangan pria itu, menuntun Zein kembali ke atas ranjang dan duduk berdampingan di tepi ranjang bersamanya.

"Zein." Emerald menggenggam erat tangan pria itu seolah sedang menyalurkan rasa sedihnya.

"Ada apa?" tanya Zein balas berkata lembut. Ia memperhatikan wajah Emerald yang terlihat pucat.

"Aku sudah memutuskan untuk tetap melakukan aborsi, aku tidak ingin menghabiskan waktuku selama sembilan bulan dengan sia-sia hanya untuk melahirkan seorang bayi yang tidak di harapkan."

"Apa maksudmu? Ada yang mengharapkannya, itu aku," tukas Zein cepat.

Emerald menggeleng, "Tidak, tidak ada gunanya mempertahankan bayi ini untuk lahir ke dunia jika pada akhirnya hanya akan membuatnya tersiksa dan tersakiti. Meski kau mengharapakannya tetap saja itu berbeda jika memang Athes yang mengharapkan.

"Apa bedanya? Kami sama-sama manusia dan aku rasa aku lebih pintar merawat anak-anak di bandingkan dia, lagi pula aku memiliki penghasilan cukup besar untuk menyekolahkan dan membiayai hidupnya. Emerald, jangan terus mengatakan hal itu. Sudah aku katakan sedari awal ini memang sudah menjadi perjanjian kita. Tugasmu hanya untuk menjaganya selama sembilan bulan dan melahirkannya, itu saja selebihnya aku yang urus. Dan jika memang kau keberatan untuk menjaganya karena menyita waktumu aku akan memberikan bayaran untukmu. Berapa yang kau perlukan?"

"Bukan seperti itu," sela Emerald cepat, ia menghela napas berat sambil menatap Zein dengan tatapan memelas, "Aku hanya tidak ingin terbayang-bayang dengan Athes terus-menerus, dengan hadirnya anak ini sama saja kau terus membuatku mengingat pria brengsek itu," lirih Emerald dengan suara serak, hendak mulai menangis lagi.

Zein menghela napas berat, "Berhenti membahas pria itu, anggap saja anak yang sedang kau kandung adalah anakku. Darah kami sama."

Emerald terdiam, bibirnya terkatup rapat karena tidak tahu harus mengatakan apa lagi. Zein yang menyaksikan hal itu menghela napas berat.

"Sudahlah jangan pikirkan itu, lebih baik kau makan agar cepat sehat. Anggap saja kau sedang tidak hamil sekarang, mengerti?"

Emerald mengangguk saja meski sebenarnya tak bisa melakukan apa yang dikatakan oleh Zein, mana mungkin dia bisa melupakan hal besar itu.

Zein menatap makanan yang sedari kemarin ia siapkan untuk Emerald, sepertinya makanan itu sudah basi karena terlalu lama. Zein pun meraih makanan tersebut dan membawanya ke dapur. Saat hendak pergi  Zein menghentikan langkah sejenak  menatap Emerald.

"Sedari kemarin aku terus membangunkanmu untuk makan tapi kau terus saja menolak karena sedang bad mood. Lain kali jangan seperti itu, bayi yang ada di perutmu juga butuh asupan makanan mungkin itu sebabnya kenapa kau mengalami morning sickness kali ini, dia lemah karena kau yang makan dengan tidak teratur, untungnya dia baik-baik saja.

"Sekarang kau tidak boleh lagi menolak makanan yang sudah aku siapkan. Ingat, bukan hanya kau yang membutuhkan asupan makanan tapi calon bayiku juga. Aku tidak ingin dia sampai gugur karena keteledoranmu, padahal aku yang sudah berusaha menjaga."

"Maaf," gumam Emerald kemudian.

Zein menghela napas, "Aku memaafkanmu jika kau tidak melakukan hal ini lagi."

Emerald mengangguk patuh dan setelahnya Zein berlalu pergi dari sana untuk memasak dan menyiapkan makanan pagi yang sehat untuknya.

Melihat kepergian Zein Emerald duduk dengan posisi bersandar di atas kepala ranjang, masih teringat-ingat perkataan Zein yang cukup membuatnya tertohok. Emerald menunduk dan menatap perutnya sebelum bergumam kata maaf pada bayi-nya. Emerald menggigit bibir bawahnya kuat, matanya kembali berkaca-kaca ketika teringat dengan kejadian kemarin sore.

Athes-nya, miliknya telah di rebut oleh orang lain bahkan yang merebutnya adalah Edellyn, wanita yang sekarang sangat-sangat ia benci selain Marinka. Pantas saja selama ini Edellyn terkadang memasuki ruangan Athes dengan alasan yang kurang memungkinkan, jika memang ingin menyelesaikan beberapa file dokumen seharusnya hal itu si serahkan pada sekertaris dulu. Ck, Emerald baru sadar jika wanita ular itu juga sama seperti ibunya, ia selalu berbuat licik dan berpura-pura tersakiti agar Athes menyukainya, cih benar-benar wanita rendah!

Emerald juga baru berpikir kenapa Athes memperlakukan Edellyn lebih istimewa dari para pekerja lain.  Karena biasanya jika para pekerja melakukan kesalahan sedikit saja terlebih saat Emerald meminta karyawan itu untuk di pecat Athes pasti akan melakukannya.

Tapi kenapa di saat Emerald meminta Robert untuk memecat Edellyn hasilnya malah zonk, bukannya di pecat Athes malah menaikkan jabatan wanita itu. Ah, Seharusnya Emerald memang mempertanyakan hal itu sedari awal.

Emerald menghela napas berat, ia menunduk sambil menatap perutnya.
"Maaf 'kan Mommy sayang karena membuatmu sampai terlantar seperti ini. Mommy melakukan hal ini karena masih marah dengan pria itu. Sekarang dia sudah bukan ayahmu lagi, mulai sekarang ayahmu adalah Zein, aku yakin jika kau bersamanya kau akan bahagia nanti-- meski tanpa Mom."

Godaan Gadis Liar 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang