51. One Day With Zein

2.9K 72 19
                                    

"Apakah jadwalmu memang secepat ini?" Emerald membuka pintu apartemen dengan lebar, membiarkan Zein untuk masuk.

Zein masuk lebih dalam, berjalan dengan langkah lebar mendekati ruang tamu, Emerald mengikuti langkah pria itu dan langsung mendudukan diri tepat di hadapan Zein yang saat ini tengah melepas jas dokternya.

"Apa menjadi seorang dokter itu menyenangkan?" Emerald menatap Zein dengan tatapan bertanya.

Zein menghentikan gerakan tangannya yang sedang meletakkan jas dokter miliknya di punggung sofa, melirik Emerald sekilas sebelah akhirnya melanjutkan kegiatan yang sempat terhenti.

"Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?" Emerald menggeleng kecil, "Aku hanya ingin bertanya saja. Sebenarnya aku juga ingin menjadi seorang dokter, sama seperti kau dan Daddy," curhat Emerald dengan satu tangan yang terulur, mengelus perut ratanya tanpa sadar.

"Tapi?" lontar Zein kemudian, Emerald mendesah berat.

"Tapi prosesnya itu benar-benar berat, bukan hal yang menyenangkan yang aku dapati saat kuliah, itu sebabnya aku keluar dari fakultas kedokteran."

"Sekarang kau bekerja apa?"

"Aku pengangguran," lontar Emerald cepat. Wanita itu melipat kedua tangan di depan dada.

"Sebenarnya, aku bekerja sebagai model, tapi semenjak aku hamil aku berhenti untuk bekerja. Selama satu Minggu ini rasa laparku sangat meningkat dan aku tidak bisa menjaga berat badanku dengan baik, lihatlah sekarang aku jadi gemuk karena terus makan."

Zein terkekeh, "Ibu hamil memang banyak mengalami peningkatan asupan. Itu karena kau sedang berbadan dua, ada bayi di kandunganmu yang juga butuh asupan makanan."

Emerald mengangguk menyetujui.
"Tapi menurutku bekerja sebagai dokter lebih menyenangkan daripada menjadi seorang model karena jika ingin menjadi model kau harus tetap menjaga bentuk dan berat badan, kau juga pasti harus selalu menghindari makanan-makanan manis dan banyak lemak."

"Itu memang kelemahannya." Emerald menjentikkan jari, "Tapi setidaknya kepalaku tidak terlalu pusing dengan perhitungan yang membuat otakku bergeser." Emerald tertawa mengingat teori yang dia pelajari sewaktu kuliah dulu.

Zein tertawa mendengar hal itu. Emerald menegakkan tubuhnya, "Sesi pembicaraan selesai, sekarang aku lapar. Sedari tadi aku terus terus menunggumu pulang. Sekarang buatkan makanan untukku."

Zein mengangguk, tanpa banyak kata pria itu segera beranjak dari duduknya untuk langsung pergi menuju dapur, sedangkan Emerald mulai mengikuti dari belakang.

Zein berjalan menuju kulkas untuk memeriksa bahan makanan yang tadinya telah ia pesan, entah sudah terisi di dalam atau tidak. Emerald mendudukan diri di kursi meja makan, menyadari Zein membuka pintu kulkas wanita itu pun mulai angkat bicara.

"Bahan-bahannya sudah tersedia semua, tadi seorang wanita paruh baya datang ke sini dan mengatakan jika bahan-bahan dapur ini adalah pesananmu. Jadi aku menyuruhnya masuk ke dalam untuk merapikan semua bahan-bahan masakan di kulkas, aku juga ikut melakukan sesuai instruksi dan itu aku lakukan karena saat ini aku sedang bosan," gerutu Emerald setengah mendesah berat, bayangkan dia sudah berapa lama terus diam di apartemen tanpa keluar atau melakukan apapun, dia menghabiskan seluruh waktunya untuk tidur dan makan, itu saja.

Emerald sebenarnya ingin keluar, tapi dia tidak tau harus kemana dan akan melakukan apa. Bahkan ayah dari bayi-nya saja tidak pernah mengunjunginya. Ah, entah bagaimana keadaan Athes sekarang, Emerald benar-benar merindukannya. Hanya saja wanita itu masih sakit hati dengan Athes setelah kejadian beberapa hari lalu, itu sebabnya ia tidak ada niat untuk bertemu dengan Athes lagi. Dia ingin mengistirahatkan hati dan pikirannya untuk sejenak, beban dalam keluarganya begitu banyak. Apalagi jika di tambah dengan Athes dan bayi yang tengah di kandungnya sekarang.
Rasanya Emerald benar-benar ingin menghilang dari bumi untuk saat ini.

Godaan Gadis Liar 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang