Bab [1]

726 62 3
                                    

[1] 𝘾𝙖𝙩𝙝𝙚𝙧𝙞𝙣𝙚 𝘼𝙢𝙖𝙣𝙙𝙖 𝙈𝙖𝙝𝙖𝙧𝙖𝙣𝙞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[1] 𝘾𝙖𝙩𝙝𝙚𝙧𝙞𝙣𝙚 𝘼𝙢𝙖𝙣𝙙𝙖 𝙈𝙖𝙝𝙖𝙧𝙖𝙣𝙞

Happy reading!

***

"Bye, Miss! See you tomorrow!" anak kecil dengan manik mata biru dan rambut pirangnya yang dikepang tersebut melambaikan tangannya kepada Caca, atau biasa disapa Miss Cath oleh murid-muridnya.

"See you tomorrow, Abby!" Caca melambaikan tangan sembari tersenyum lebar. Yang disapa Abby, gadis kecil blasteran Indonesia-Irlandia itu berlari-lari kecil menuju orangtuanya yang menunggu di pagar sekolah.

Caca tersenyum dan mengangguk kecil, menyapa Ibu Abby. Caca melepas napas lega. Akhirnya murid terakhir yang ia dampingi pulang.

Caca mengambil tasnya yang dia simpan di dalam ruang kelas, mengalungkannya di bahu. Kini giliran ia yang pulang ke rumah. Kakinya yang dibalut high heels 5 cm tersebut melangkah menuju gerbang sekolah.

"Pulang ya, Pak!" Caca menyapa satpam yang berjaga. Ada dua satpam. Yang satu masih cukup muda, yang satu lagi sudah cukup tua. Pak Yudi dan Pak Santo. Caca akrab dengan keduanya. Dua tahun mengajar merupakan waktu yang cukup untuk akrab dengan seluruh staff sekolah. Apalagi dengan kepribadiannya yang sangat ramah.

Keduanya tersenyum, membalas sapaan Caca. "Hati-hati, Miss!"

Pak Santo menunjuk ke arah belakang Caca. "Itu udah dijemput pacarnya, Miss."

Caca menoleh. Dia pun memutar bola matanya saat mengetahui siapa yang disebut 'pacar' oleh Pak Santo.

"Untung aja lo belum balik. Soalnya udah lumayan telat dari jam pulang." Ezra menyengir menyapanya.

Caca kembali menatap Pak Santo dengan tatapan lelah. Dia ingat sudah menjelaskan ribuan kali tiap pria itu menjemputnya di Sekolah bahwa Ezra itu bukan pacarnya. Kini dia sudah malas harus menjelaskannya lagi. Terserah deh mau dianggap siapa.

Usai berpamitan sekali lagi, Caca dan Ezra berjalan beriringan menuju mobil Ezra yang terparkir di bawah pohon besar depan halaman Sekolah tempat Caca mengajar.

"GI yuk, Ca. The Halal Guys?" Ezra bertanya sebelum menginjak gas mobilnya.

Caca mengangguk. "Boleh." jawabnya singkat.

Dia bisa makan apa saja sekarang karena perutnya yang sudah lapar maksimal. Selain karena sudah masuk waktunya makan siang, pekerjaannya sangat menguras energi lebih dari yang dikira.

𝘽𝙚𝙩𝙩𝙚𝙧 𝙏𝙝𝙞𝙣𝙜𝙨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang