Bab [5]

380 54 2
                                    

[5] 𝙩𝙖𝙠𝙙𝙞𝙧 𝙖𝙥𝙖 𝙨𝙞𝙝 𝙞𝙣𝙞?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[5] 𝙩𝙖𝙠𝙙𝙞𝙧 𝙖𝙥𝙖 𝙨𝙞𝙝 𝙞𝙣𝙞?

Happy Reading!

***

"Marsha!" sapa Caca sedikit berteriak sesaat setelah panggilannya diterima.

Marsha diseberang sana sampai menjauhkan ponselnya dari telinga karena kaget. "Astaga, Kak... Santai aja kali! Ada apa nih tumben nelfon?"

Caca menghela napasnya. "Lo tahu nggak gimana caranya gue bisa ketemu cowok yang waktu itu gue salah jambak? Yang lo suka itu. Siapa sih namanya... Jul Jul itu!"

Marsha menaikkan alisnya meski tidak terlihat oleh Caca. "Julian maksud lo?"

"Nah iya! Julian!" Caca menjentikkan jarinya. "Lo tahu nggak gue bisa ketemu dia dimana?"

"Emang kenapa, Kak?" tanya Marsha keheranan. Ada apa gerangan Caca tiba-tiba menelfonnya dan langsung menanyakan Julian. Kurang kerjaan banget.

"Gue mau ada perlu. Urgent banget, Mars!"

"Haduh... gue juga nggak tahu, Kak. Kan gue fans doang, bukan temannya!"

Caca menghela napas lagi.

Astaga, lalu dia harus bagaimana dong! Kalau dia tidak mau dihukum oleh Ma'am Trisha, dia harus membawa Julian ke hadapan wanita itu besok. Sementara saat ini Caca buntu mengenai keberadaan cowok itu. Nggak akan sempat kalau harus mencari tanpa menemui Julian langsung.

"Mau nyoba ke kantor tim-nya aja, nggak? Kalau nggak salah asrama mereka juga disitu, deh." Mata Caca langsung berbinar mendengar ide Marsha.

Kenapa dia bisa nggak kepikiran untuk menemuinya di kantor tim cowok itu?

Senyum terbit di bibir Caca. "Bener juga! Thank you, Mars! Lancar-lancar kerjanya ya, Cantik! Gue tutup dulu, byee!"

"Pokoknya nanti lo harus cerita, ya!" Caca hanya mengangguk dan langsung menutup sambungan panggilannya.

Ia pun segera mencari dimana alamat kantor tim Phoenix di aplikasi peta dan segera memesan ojek online menuju kesana.

***

Motor listrik ojek online yang dikendarai Caca berhenti di depan sebuah bangunan yang lumayan besar. Bangunan dengan desain yang unik dan futuristik tersebut didominasi warna putih, biru langit, dan cream.

Caca melongo sebentar. Terkagum karena ternyata kantor tim yang isinya hanya orang-orang bermain game itu bisa sebesar dan sebagus ini. Menandakan bahwa industri tersebut lumayan sukses dan menghasilkan uang. Tidak seperti yang ia sangka selama ini, atau mungkin bagi masyarakat umum. Game selalu memiliki stigma negatif, khususnya bagi para orangtua.

𝘽𝙚𝙩𝙩𝙚𝙧 𝙏𝙝𝙞𝙣𝙜𝙨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang