Bab [2]

494 59 6
                                    

[2] 𝙅𝙪𝙡𝙞𝙖𝙣 𝘼𝙡𝙩𝙖𝙞𝙧 𝙒𝙞𝙧𝙖𝙩𝙖𝙢𝙖

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[2] 𝙅𝙪𝙡𝙞𝙖𝙣 𝘼𝙡𝙩𝙖𝙞𝙧 𝙒𝙞𝙧𝙖𝙩𝙖𝙢𝙖

Happy Reading!

***

Sorakan gaduh penonton meramaikan stadion indoor, dimana sedang diadakan turnamen e-sport nasional. Turnamen siang ini adalah lanjutan dari rangkaian turnamen yang bertajuk Road to International Tournament 2023. Hasil dari pertandingan ini akan membawa tim pemenang ke babak selanjutnya. Perjalanan masih cukup panjang untuk meraih tiket untuk dapat bertanding di kejuaraan global tahun ini.

Para penonton berteriak ricuh menatap layar besar yang menampilkan jalannya permainan. Tim Phoenix dan Tim Warrior. Dua tim yang memiliki reputasi sama-sama kuat. Namun, untuk hal popularitas, Phoenix nomor satu. Selain populer karena prestasinya (tentu saja), visual para pemainnya yang menawan itu membuat tim tersebut lebih unggul.

"Sayang sekali Calleb! Sepertinya permainan Calleb hari ini terkesan cukup sembrono, ya. Pergerakannya seperti kurang diperhitungkan. Cukup bikin gelisah, nih!" komentator pria berambut gondrong bersuara.

"Julian pun hari ini jadi lebih banyak ngomong dari biasanya berkat permainan Calleb. Nggak tahu nih harus makasih atau malah khawatir, ya. " sang komentator wanita  menyahut, sedikit tertawa.

"Jarang-jarang, lho, lihat Julian main sambil banyak ngomong gini ya hahaha... Tim Warrior udah mulai ke menara Tim Phoenix!! Kayanya udah susah nih untuk Tim Phoenix bisa turn the table."

Penonton pendukung Tim Phoenix menghela napas melihat performa tim idola mereka yang kurang baik di game kali ini. Sepertinya harus bersiap untuk skenario terburuk.

Julian, kapten Tim Phoenix, terlihat mengigit bibirnya. Kedua tangannya bergerak lincah. Tangan kirinya di keyboard, tangan kanannya memegang mouse. Pupil matanya di balik kacamata terlihat sibuk bergerak kesana kemari menatap monitor komputernya yang menampilkan permainan. 

"Saski gerak ke tengah! Selametin Dean!" Julian memberikan arahan. Tangannya tetap bergerak lincah menghindar dari musuh.

"Calleb jangan kesana! Musuh ada di sana semua. Kita nggak ada yang bisa gerak kesitu!" Julian sedikit melirik ke arah Calleb yang duduk terpisah dua kursi darinya.

"Sorry, Capt! Gue nggak bisa diem aja disini!"

Julian menghela napasnya. Sepertinya kali ini permainan mereka tidak bisa lagi diselamatkan. Tim lawan sudah mulai menghancurkan Ancient (markas) mereka, sementara kini hanya tersisa dirinya dan Calleb. Ketiga rekan mereka yang lain yaitu Zevon, Saskia, dan Dean sudah mati. Siapapun tahu kalau mereka sudah tidak bisa apa-apa lagi.

𝘽𝙚𝙩𝙩𝙚𝙧 𝙏𝙝𝙞𝙣𝙜𝙨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang