Bab [3]

410 58 13
                                    

[3] 𝘽𝙖𝙙 𝙇𝙪𝙘𝙠

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[3] 𝘽𝙖𝙙 𝙇𝙪𝙘𝙠

Happy Reading!

***

Masih ingat soal balapan yang ditawarkan oleh pelanggan plus penggemar Julian di Bengkelnya tempo hari? Jelas-jelas Julian bilang kalau dia tidak peduli.

Tapi nyatanya di sinilah Julian. Berada di antara kerumunan dan kebisingan orang-orang asing dengan dandanan yang cukup nyentrik beserta motor andalan mereka masing-masing.

Julian yang diberi cuti tiga hari merasa bosan hanya berdiam diri di rumah. Hari pertama ia habiskan di Bengkel, hari kedua ia habiskan untuk tidur sepuasnya, dan hari ketiga dia sudah mulai bingung harus melakukan apa. Ingin latihan, tapi dilarang oleh pelatihnya. Jadilah Julian memutuskan untuk mencoba tawaran pelanggannya—yang hari ini ia ketahui namanya Billy—itu. Ia kepo juga sih.

Namun, pria itu sekarang sedikit menyesal. Agaknya keramaian ini  membuat jiwa introvert-nya sedikit tertekan.

Baru beberapa menit disini, sudah banyak cewek-cewek berpenampilan seksi yang menghampirinya. Mencoba menggodanya, mengajaknya ngobrol, menempelkan badan mereka ke tubuhnga, dan rayuan murahan lainnya.

Julian menyeringai. Mereka pikir Julian cowok apaan? Ia tidak akan terbuai. Bukan, bukan karena dia kelainan atau apa. Mereka bukan tipenya, mendekati saja tidak. Cewek-cewek seperti mereka yang gila uang sama sekali bukan tipenya. Mereka ingin mendapatkan uang banyak tapi usaha minim. Cuma modal badan dan muka yang tidak seberapa.

Julian benci itu.

Rasanya ia ingin segera pergi meninggalkan tempat ini. Tapi kepalang basah, jadi sekalian saja dia nyebur. Ia juga tidak ingin dicap pecundang karena baru datang langsung pergi.

Suara gas dan knalpot motor yang memekakkan telinga serta kepulan asap baik dari knalpot motor maupun rokok itu sedikit mengganggu Julian.

"Gimana, Yan?" Billy mendekat ke arah Julian sambil menawarkan satu kaleng minuman berenergi. Tangan Julian menerimanya. "Welcome to the club! Lo kalau mau kesini kapan pun kabarin gue aja! Siapa tahu tertarik mau balik lagi."

Julian tidak menggeleng maupun mengangguk.

"Lo nggak ikut balapan?" tanya Julian sambil membuka minumannya.

"Gue udah tadi. Lo agak telat datangnya." Julian padahal sudah datang di waktu yang Billy sarankan. Jam 1 Malam. Ternyata acara ini sudah dimulai lebih awal. "Lo mau nyoba?" Billy mengangkat alisnya.

"Lo offer berapa? Nanti gue kasih tahu ke yang lain. Siapa tahu ada yang mau nerima."

Julian seharusnya menolak. Kan dia kesini niat awalnya cuma pengen lihat-lihat. Mengisi rasa suntuknya. Tapi mulutnya berkata lain. "Standard-nya berapa?" Billy terkekeh. Tidak disangka Julian menerima tantangannya di hari pertama pria itu kesini.

𝘽𝙚𝙩𝙩𝙚𝙧 𝙏𝙝𝙞𝙣𝙜𝙨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang