Bab [15]

420 74 16
                                    

[15] 𝗣𝗮𝘀𝘁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[15] 𝗣𝗮𝘀𝘁

Happy Reading!

***

"Dor!!" Camilla mengejutkan adik satu-satunya itu dengan menepuk kedua bahu lebarnya.

Sang adik, Julian, yang sedang melamun, menatap kosong taman bunga milik Ibunya pun berjingkat terkejut. Dia langsung menghadiahi kakaknya dengan tatapan protes.

Camilla tertawa. "Ngelamun aja, lo. Kesambet penunggu Tamannya Bunda baru tahu rasa!"

Camilla pun mengambil duduk di sebelah Julian. Ia menyandarkan punggungnya di bangku besi taman yang ada. Di jam 11 malam ini kantuknya sudah sirna karena sempat tertidur saat menidurkan anaknya, Lily.

Perempuan berusia awal 30-an itu menarik napasnya dalam-dalam. Menghirup udara segar malam yang terasa sejuk karena sehabis diguyur hujan. Kemudian matanya melirik ke Julian di sampingnya, yang masih betah menutup mulut. Ia menatap adiknya heran. Adiknya itu kini nampak seperti pemuda galau.

"Lo punya pacar, ya? Hayo ngaku!" tebak Camilla sambil menunjuk wajah Julian. Matanya menyipit menyelidik.

Julian memutar bola matanya. "Mulai sotoy..." ujarnya acuh. Kenapa sih Kakak perempuan itu selalu bersikap sok tahu?

Camilla tersenyum menggoda. Telunjuknya mencolek-colek bahu Julian. "Ciee... ngaku aja kali! Kaya anak baru puber aja, lo!" alis Camilla naik-turun. Dia tidak hanya sekedar menggoda saudaranya itu, di dalam hatinya ia bersyukur —jika memang benar Julian sudah memiliki pacar— karena sudah lebih dari satu tahun Julian tidak tertarik untuk kembali menjalin hubungan dengan siapapun. Bahkan sangat ketus dan skeptis terhadap perempuan. Kecuali dengan dia dan Bundanya.

Julian pernah salah memilih pasangan. Terlalu dibutakan oleh yang namanya cinta. Mata, hati, dan pikirannya seolah-olah ditutup. Dulu dia hanya tahu, selama dia memberikan banyak cinta dan kasih sayang, serta materi kepada pasangannya, maka semua akan baik-baik saja. Seolah-olah itu semua dapat menjaga orang tersayangnya akan terus ada di sampingnya.

Namun, Julian terlalu naif. Sampai dia yang melihat sendiri bahwa mantannya berselingkuh. Ditambah lagi ketika dia melihat sebuah testpack di kamar mandi apartemen mantannya. Ternyata dia hamil dengan orang lain. Julian tentu tahu itu bukan anaknya karena ia berprinsip bahwa dia tidak akan berbuat lebih jauh sebelum menikah.

Dunianya seketika hancur. Semua kepercayaan dan cinta yang ia berikan selama ini ternyata tidak ada harganya. Sia-sia tidak bersisa.

Selama beberapa waktu, dia sibuk menyalahkan diri sendiri. Apa yang kurang darinya? Apa yang belum dia berikan sehingga pasangannya berpaling darinya?

𝘽𝙚𝙩𝙩𝙚𝙧 𝙏𝙝𝙞𝙣𝙜𝙨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang