Bab [12]

448 72 4
                                    

[12] 𝘽𝙪𝙢𝙥𝙚𝙙 𝙞𝙣𝙩𝙤 𝙚𝙖𝙘𝙝 𝙤𝙩𝙝𝙚𝙧, 𝙖𝙜𝙖𝙞𝙣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[12] 𝘽𝙪𝙢𝙥𝙚𝙙 𝙞𝙣𝙩𝙤 𝙚𝙖𝙘𝙝 𝙤𝙩𝙝𝙚𝙧, 𝙖𝙜𝙖𝙞𝙣.

Happy Reading!

***

Wajah Dean mengeras. Emosinya terpancing.

Julian meraih kedua bahu Dean. Memaksa cowok berumur tiga tahun lebih muda darinya itu untuk menatapnya. "Liat gue! Jangan lihat mereka!"

Dean mengatur napasnya yang panjang-pendek karena emosi. Cowok berumur 24 tahun itu mudah sekali terpancing emosinya. Masih menggebu-gebu.

"Tapi, Bang! Mereka udah kurang ajar!" jari telunjuk Dean mengacung pada dua anggota tim OmegaX, salah satu tim satu generasi yang entah kenapa selalu saja membuat perkara dengan tim Phoenix.

Usut punya usut, OmegaX dulu pernah dipermalukan oleh tetua tim Phoenix sebelum Julian menjabat sebagai kapten tim. Kecurangan mereka pernah dibongkar oleh senior Julian yang kini sudah pensiun. Alhasil reputasi mereka sempat jelek. Tetapi mulai bangkit lagi saat dipimpin kapten baru.

Dean pernah menjadi anggota tim mereka, tetapi tidak bertahan sampai setahun karena tidak cocok dengan lingkungannya. Kapten tim yang bernama Reza itu terlalu egois. Mementingkan diri sendiri. Anehnya, anggota timnya selalu patuh. Tapi nggak dengan Dean. Sebab itu dia memilih keluar karena tidak pernah didengar dan tidak bisa berkembang.

"Kita pro-gamers, Yan. Kita main pakai otak. Bukan petinju yang main pakai otot. Kalau lo mau buktiin ke mereka kalau lo unggul. Kalahin mereka pakai skill lo. Paham?"

Dean mengepalkan tangannya. Pokoknya dia dan timnya harus menang. Taruhannya harga diri. Mata Dean yang berapi-api menatap Julian. "Bang, gimana pun kita harus menang. Gue nggak mau tahu. Lo juga nggak mau kalah, kan?"

"Nggak ada kata kalah di kamus kita." Julian menepuk-nepuk pundak Dean. "Tapi jangan biarin emosi nguasain diri lo, Yan. Jangan sampai gue lihat emosi lo ngaruh ke game."

Dean mengangguk. Berjanji pada dirinya sendiri. Juga demi timnya.

"Tim Phoenix udah waktunya naik ke stage, ya."

Julian dan Dean yang tertinggal dari anggota lain yang sudah terlebih dahulu menuju stage pun segera menyusul.

***

"Dengar-dengar tiket Playoff malam ini Sold Out, lho!" sang komentator wanita bernama Feby memulai komentarnya.

"Gimana nggak Sold Out jika yang main malam ini adalah dua tim terbaik dari masing-masing grup yang bagaikan air dan minyak, Feb!" komentator pria, Rendi, menyahut.

𝘽𝙚𝙩𝙩𝙚𝙧 𝙏𝙝𝙞𝙣𝙜𝙨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang